Oleh: Umi Kulsum
Tak ada yang menduga tragedi jalanya
Peristiwa  Sabtu malam
Menyisakan  pedih dan suram
Ratusan siswa mata berkaca
Kemungkinan luruh telah menaruh
Tinggal sisa sisa asa yang menyeluruh
Tak tahu, Â tak mampu jadinya
Tuhan bisakah direntakanya?
Bus Trans Putra Fajar melaju gencar
Dengan kecepatan tak menentu
Tiang depan Melayu terhantam sekuat tenaga
Tragedi menyentak nadi
Seketika mata terpejam jantung berhenti
Agenda perpisahan dunia nyata
Rencana berbalik tak terhingga
Kesempatan siswa untuk tawa
Berubah kesempatan berderai air mata
Sudah tak mampu menghitung rasa
Dalam harapan tertimbun cemas
Semua  tak berdaya tinggal lemas
Jeritan tangis meronta ronta
Motor jadi saksi na'as
Ketika puluhan siswa tewas
Kengerian membisu
Berhadapan rasa pilu sendu bertalu
Kini debaran dan iringan do'a, semoga senantiasa masuk syurga
Untuk bisa diresap rasakan pahitnya,
Membasuh tangan dan cuci dahi sekenanya
Melaju degup dan saling memapah jiwa
Luka berat harap segera lewat
Riang kembali untuk negeri yang hebat
Berpisahlah sesederhana saja
Tak perlu hura hura jiwa, semoga Tuhan melindungi kita