Mohon tunggu...
UMI KULSUM
UMI KULSUM Mohon Tunggu... Guru - GURU SDN 2 LOGANDU KARANGGAYAM

Saya suka bersama anak anak , senang membaca serta berharap selalu mendapat ilmu baru

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Menahan Gejolak Mengayuh Kayuh

14 Mei 2024   12:45 Diperbarui: 14 Mei 2024   13:00 180
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Oleh: Umi Kulsum
Dalam jiwa teringat sepeda
Serangan lirihmu tak pedulikan lagi
Angin menyentuh tulang pada dinginya malam
Cahaya merambat pada gelombang pekat 

Tercipta aura semu membisu
Dalam lorongnya kalbu
Jalur sepeda masih terus dicoba
Sempitnya haluan tak menyurutkan semangat
Biarkan gemuruh menyambar seolah tak sabar
Menanti gejolak yang hendak meledak

Tetap bertahan dan berjuang bersama mengayuh
Ingin kukayuh sepeda baru itu tapi jalan berkumuh
Tersender di dinding biru
Berdiam terpaku menanti jalur teratur
Menahan gejolak dari segala kultur

Hembusan angin menitipkan salam
Kerinduan yang menumpuk demam
Tetap bertahan dalam gejolakku
Semakin lama semakin membiru
Bertahan dalam keheningan semu
Kebumen, 14 Mei 2024

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun