Mohon tunggu...
Farhan Iskandar
Farhan Iskandar Mohon Tunggu... Guru - Penyair Akhirat

Sebelum daun itu kering basahilah bibirmu dengan pujian

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Terima Kasih Bung Fiersa dan Mbak Nana

21 Februari 2020   19:39 Diperbarui: 21 Februari 2020   19:41 186
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Usiaku memang tak beda jah dengan Mata Najwa. Jika Mata Najwa baru 1 dekade aku sudah 2 setengah dekade, jika mata najwa sudah mampu menginspirasi jutaan muda-mudi Indonesia bahkan dunia, apalah dayaku yang hanya mampu menginspirasi tukang parkir Indomaret karna setiap belanja memarkir motor selalu memberi 5 ribu ditambah senyum perpisahan, tapi bahagia bisa menjadi bagian dari millenial, karna berada di zaman transformasi dari karet gelang hingga tiktok meradang.

Bung kamu hebat! Sudah berhasil melewati fase dimaana gagasan hanya sebatas lewat telingam karya seni dipandang sebelah mata, prinsip lebih mahal dari teori, dan proses lebih berharga dari popularitas. Barangkali sekarang lelahmu terbayarkan, usahama dibayar mahal, air matamu terhapuskan. Bahagia ada di tidur dan bangunmu, banyak orang termotivasi bahkan berloma-lomba tampil sebaik mungkin ikut mewujudkan gagasan, cita-citamu.

Mungkin aku salah satu dari jutaan orang yang terinspiriasi, tapi aku lebih senang menjadi bagian dari 100 ribu orang yang punya mimpi, 1.000 orang yang merealisasikan mimpi, 100 orang yang menularkan gagasan kepada banyak orang dan satu orang yang menjadi diri sendiri.

Indonesia tentu buth anak-anak muda yang main tiktok untuk hiburan, inspirasi disamping itu agen kesejahteraan masyarakat, pendobrak kreativitas, motivator bagi ayah-ibu dan keluarga besar Nabi Adam. 

Mba Nana kapan-kapan kita diskusi satu panggung, biar prang tua pun merasa tidak sia-sia mendidik aku sebagai murid terbaik sepanjang masa, setelah itu manggung denganmu bung!. Semakin tau identias diri, jika kita sama-sama menabung waktu untuk membunuh ego, kegelisahan, lalu saling berkarya, saling mengkritik, maka komunitas manusia dan alam semesta akan semakin harmonis dan solid.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun