Bandung - Dosen UM Bandung Fikfik Taufik mengatakan bahwa metode menentukan arah kiblat dengan menggunakan bayangan matahari sejatinya sudah teruji akurasinya dan relatif mudah diaplikasikan.Â
Kenapa demikian? Kata Fikfik, metode ini merupakan warisan klasik yang terus dimodernisasi hingga saat ini.
Fikfik menyampaikan pandangan tersebut dalam Workshop Kalibrasi Arah Kiblat yang berlangsung di Aula Mujahidin, Kantor PWM Jawa Barat, Jalan Sancang Nomor 6, Kota Bandung, pada Sabtu 10 Februari 2024.
Hebatnya lagi, lanjut Fikfik, metode ini bisa digunakan sepanjang tahun sepanjang hari selama masih ada bayangan matahari.
"Metode ini juga tidak berpaku pada rashdul kiblat yang terjadi hanya dua kali dalam setahun. Mengukur kiblat dengan mizwalah harus mencari ketepatan koordinat lokasi dan didukung cuaca yang cerah agar tidak samar bayangannya," tandas Fikfik.
Workshop ini juga menghadirkan narasumber lain, yakni Dzulbaedah (Ketua Divisi Hisab dan Iptek MTT PWM Jawa Barat) dan Pranoto Hidaya Rusmin (Anggota Divisi Hisab dan Iptek MTT PWM Jawa Barat).
Dzulbaedah mengupas tema "Arti Penting Kalibrasi Arah Kiblat dan Metode-metode Populer yang Digunakan" dengan moderator Ivan Tanoto (mahasiswa HKI UM Bandung).
Dzulbaedah menerangkan bahwa memahami arah kiblat secara benar sangat penting karena berkaitan dengan berbagai hal terutama salat. Mengarah kiblat juga merupakan rukun salat.
"Bukan hanya untuk arah salat, melainkan arah kita dikuburkan pun harus mengarah kiblat. Termasuk berzikir dan berdoa pun dianjurkan mengarahkan kiblat. Bahkan toilet kamar mandi kita pun posisi tempat buang air besarnya tidak boleh mengarah kiblat," tegas Dzulbaedah.
Dzulbaedah mengatakan bahwa ada beberapa metode yang digunakan untuk mengukur arah kiblat secara tradisional dan modern.Â