Bandung -- Kemendikbudristek RI belum lama ini membuat gebrakan baru dengan tidak lagi menjadikan skripsi sebagai syarat kelulusan kuliah S1 dan D4. Namun, tugas akhirnya bisa berbentuk proyek, prototipe, atau bentuk lainnya.
Semua itu diserahkan kepada kebijakan kampus masing-masing. Kampuslah yang menilai dan membuat kebijakan untuk para calon sarjananya.
Terkait hal ini, dosen program studi Pendidikan Agama Islam (PAI) UM Bandung Dr Iim Ibrohim MAg menilai bahwa pembaruan dalam dunia pendidikan untuk lebih baik itu penting.Â
Namun, hal yang terpenting lagi, kata Iim Ibrohim, bukan soal bentuk tugas akhir atau syarat kelulusannya skripsi atau non skripsi, melainkan nilai kebermanfaatannya.
Keniscayaan
Iim Ibrohim mengatakan, pertama, bahwa pembaruan merupakan keniscayaan. Itu sudah sunnatullah dan perlu dilakukan.Â
Namun, tentu tanpa perlu melupakan hal-hal prinsip dunia akademik. Al muhafazhatu ala qadimil shalih wal akhdu bil jadidil ashlah (Memelihara yang lama yang baik dan mengambil yang baru yang lebih baik).Â
"Kedua, sebetulnya hal yang terpenting dari produk karya mahasiswa itu soal kebermanfaatannya. Bukan semata-mata bentuk produknya. Terlepas bentuknya apa, dapat dirasakan atau tidak oleh masyarakat luas, itu yang saya rasa lebih substantif," tutur Iim Ibrohim di UM Bandung pada Jumat (08/09/2023).
"Pasalnya masyarakat secara luas menantikan pemikiran, gagasan, solusi, dan atau kebaruan dari para intelek yang dalam hal itu para calon sarjana. Bukankah kata Rasulullah SAW khairunnas anfauhum linnas?" tanya Iim Ibrohim.
Ketiga, menurut Iim Ibrohim, zaman yang serba cepat dan terbuka seperti sekarang ini membutuhkan upaya strategis yang lebih cepat. Setiap mahasiswa hidup pada zamannya masing-masing.Â