Mohon tunggu...
Umar Zidan
Umar Zidan Mohon Tunggu... wiraswasta -

I'm not a writer...

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Sialantologi

16 Desember 2014   00:52 Diperbarui: 17 Juni 2015   15:14 50
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
14186401501184524146

Ketika dibelakang sebuah kata diberi akhiran “logi” biasanya diartikan sebagai “ilmu tentang…..”, ambil misal terminologi diartikan sebagai ilmu yang mempelajari tentang terminal angkot atau arkeologi yang diartikan tentang ilmu yang mempelajari mahluk hidup yang bernama arke yang berasal dari spesies arkeniensis dari ordo cupusaurus dan masih banyak logi-logi lainnya.

Terus gimana dengan :”sialantologi” apakah berarti ilmu tentang sialan? bisa iya bisa engga. Jika jawabannya iya maka ilmu tentang sialan termasuk ilmu yang baru dan wajib masuk dalam kurikulum 2013 pada prodi kesehatan masyarakat , sedangkan jika jawabnya engga, maka sialantologi sebaiknya dimasukkan sebagai bacaan wajib pada semua penghuni dan calon penghuni penjara KPK.

Sejak kapan ilmu tentang sialan atau sialantologi ini berkembang, diyakini belum ada yang tahu, karena ilmu sialan ini baru ditemukan sejak tulisan sialan ini dipublikasikan di Kompasiana, terbukti dari penggalian di situs google tidak ditemukan satupun dokumen yang mengulas tentang sialan, jadi karena saya pengembang pertama ilmu sialan maka saya patut mendapat penghargaan Bapak Sialan Indonesia.

Mari mulai belajar ilmu tentang sialan dengan hati riang gembira bahagia sentosa sesuai ajaran Ki Sabdopanditoratu.

Mempelajari ilmu tentang sialan itu penting bagi segenap putra putri Indonesia, mulai sejak taman kanak-kanak hingga perguruan tinggi, lebih penting lagi bagi anggota DPR dan segenap pejabat-pejabat yang menjabat jabatan-jabatan penting agar jabatan-jabatan yang mereka jabat tidak disalahgunakan untuk berjabat erat dengan korupsi.

Dimana pentingnya dan seberapa penting , akan kita bahas pada bab-bab selanjutnya pada akhir semester terakhir.

Kita langsung masuk saja pada pokok bahasan sialan ini, yaitu tentang dua unsur penting yang membentuk sialan, yang pertama adalah “ngawur” dan kedua adalah “rapopo”, perkawinan dua unsur inilah yang melahirkan sialan.

Mari kita periksa di kabebei, arti ketiga kata tersebut (Ngawur, rapopo dan sial) , hasilnya sebagai berikut itu dibawah ini,

Ngawur

awuran /awur·an/ n sesuatu yg tidak teratur, terencana, dsb: orang itu menjawab pertanyaan secara ~ , tidak dipikir lebih dahulu

Rapopo,

Ternyata rapopo itu bahasa Jawa bukan bahasa Indonesia, maaf rupanya kita salah kamus.

Sialan,

menyialkan /me·nyi·al·kan/ v mendatangkan sial;
sialan /si·al·an/ n 1 orang yg sial; 2 (yg) mendatangkan sial; 3 kas untuk memaki: -, bagaimana dia bisa tahu;
kesialan /ke·si·al·an/ n keadaan sial; ketidakmujuran; kemalangan; kecelakaan: ia murung ditimpa –

Dengan demikian, ketika tiga kata, Ngawur, Rapopo dan Sialan dipaksa untuk bergabung akan menghasilkan depinisi maksa yang bunyinya begini ,

“membiasakan diri merapopokan sesuatu yang teidak teratur, terencana dsb akan mendatangkan keadaan sial, ketidakmujuran, kemalangan, kecelakaan”

Markiper (gaya mbah killer sing palenye peang) gambar itu dibawah ini,

[caption id="attachment_359606" align="aligncenter" width="448" caption="bikin jembatan kok bikin banjir (dokpri)"][/caption]

Poto diatas lebih dari cukup untuk menggambarkan perencanaan yang jelas-jelas ngawur kemudian dilegalkan dengan rapopo, masak sih mereka ngga mikir sungai yang disempitkan begitu bakalan menghambat arus air saat badai menghantam Indonesia, sialan kan ?

Masih soal ngawur, ada pengalaman saya yang tidak aktual tapi menarik dan inspiratif ketika bekerja disebuah perusahaan angkutan paling top di Indonesia, waktu itu bis-bisnya di kontrak oleh Japan School di Jakarta, dan salah satu permintaannya adalah meletakkan jam dinding kecil di atas kaca depan bus, nah montir-montir Indonesia beserta supervisornya menentukan titik tengah hanya dengan teriak-teriak, “ ya kiri kiri, kanan dikit kanan dikit, ya ok sip”.

Apa yang terjadi ketika diperiksa oleh orang-orang Jepang, mereka mengukur dengan meteran, hasilnya para montir disuruh merubah posisi jam dinding tersebut dengan hasil ukur si orang Jepang.. memalukan bukan ? hanya menentukan titik tengah saja orang Indonesia gak bisa, jelas hasilnya beda , orang kita mengukur pakai perasaan sementara orang Jepang pakai meteran.. haduh biyung.

Begitulah ukuran ngawur yang dirapopokan hasilnya jelas sial, harus mengubah lagi dari awal.

Masih gagal paham ? , mari baca cuplikan berita “sialan” di Kompas 10/12/2014 ,

“..Permainan oknum aparat dapat berlangsung pada saat patroli pengawasan. Modusnya, patroli pengawasan sengaja tidak beroperasi untuk memberi keleluasaan bagi kapal pencuri ikan oleh aparat karena arahan pimpinan..”

Dari cuplikan itu jelas perbuatan ngawurnya, yaitu sengaja tidak diawasi, kemudian di rapopo kan oleh pimpinan, dan hasil sialannya adalah berupa ikan-ikan Indonesia ludes des.

Terungkaplah sekarang bahwa Ngawur yang dirapopokan secara terstruktur, masip dan sistemik akan menghasilkan sialan, iya ngga sih !

Masih gagal paham juga ? , ok ok markiper cuplikan berita Kompas soal jujur yang ngawur lantas berakibat sialan, yuk simak dibawah ini,

“..Menurut kepala SMAN 76 Jakarta Utara , Retno Listyarti, mengtakan kantin atau warung kejujuran pada dua tahun lalu pernah menjamur. “Tetapi, kantin tersebut sulit berjalan karena yang sering terjadi, anak yang jujur malah ikut-ikutan teman-temannya yang tidak membayar juga…”

Haiya.., tapi parahnya ini

“Di ruang wartawan Kejaksaan Agung, misalnya, kantin kejujuran tak lagi beroperasi setelah setahun berjalan. Alasannya, terus merugi…”

Hah.. Wartawan ?halooooo….

Langsung kesimpulannya saja bang dos, laper nih ? ok ok , sialan itu rupa-rupanya akibat dari sikap ngawur yang selalu di-rapopo-kan, maka ketika hal itu sudah menjadi sesuatu yang diwajar-wajarkan dan ditularkan kepada sesama anak bangsa maka jadilah Indonesia hari ini.

Solusinya apa bang dos, makin laper nih ? ok ok mau tidak mau kita harus bersetuju dengan “isi” pidato Pak Jokowi pada Hari Anti Korupsi di UGM, ini sedikit cuplikan beritanya,

“.. Dengan adanya perubahan sistem dan pola pikir birokrasi, Jokowi yakin, pemerintahan akan mendapatkan kepercayaan dari rakyat..”

“sistem” memang menjadi masalah besar, karena selama ini sistem yang berjalan adalah sistem sialan yang pro mafia hampir di semua sektor dan disemua tingkat struktural,Jika Presiden Jokowi mau merubah sistem , haruslah sistem sialan yang pro-rakyat, akan percuma jika mengubah sistem tetapi ujung-ujungnya tetap saja sistem sialan yang pro-mafia.

Gimana ngujinya ? gampang lihat saja siapa yang ngedumel

Jika sistem sialan pro-rakyat bisa berjalan, maka mafia-maifa itu akan berucap “Sialan nih Jokowi, bisnis guwe jadi mampet..”

Jika sistem sialan pro-rakyat tidak berjalan, maka rakyat akan berucap “ Sialan nih Jokowi, apanya yang berubah..”

Contoh belum sempurna tapi sukses dalam merubah sistem adalah , PT. KAI dibawah Ignatius Jonan, minimal sukses mengantar Jonan jadi menteri, tapi saya berani menyatakan sukses karena saya adalah penikmat akut kereta api sejak tahun 90’an hingga sekarang , jadi sangat merasakan benar perubahan-perubahan yang dilakukan, dari sistem sialan pro-mafia menjadi sistem sialan pro-rakyat , meski harus diakui belum 99% sempurna.

Apakah Presiden Jokowi akan berhasil merubah sistem-sistem sialan yang bejibun di negeri ini menjadi sistem sialan yang pro-rakyat ? menurut saya akan gagal total jika tidak berhasil, argumennya tunggu bab berikutnya pada akhir semester terakhir.

Ya sudah ndak usah meramal secara sialan, mari terus bersialan-ria dengan hati riang gembira ala Ki Sabdopanditoratu yang punya eyang mantan presiden, sialnya tidak diketahui turunan keberapa , lebih sial lagi tulisannya TA melulu, rupanya ilmu sialan yang dipakai oleh Ki satu itu adalah kualitas high end.

Sialantologi di sore hari pukul 17 minggu ke 51 tanggal 15 bulan 12 tahun 2014

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun