Mohon tunggu...
Umar Ramzy
Umar Ramzy Mohon Tunggu... Mahasiswa - Universitas Maulana Malik Ibrahim Negeri Malang

Saya Mahasiswa S1 Teknik Informatika di Universitas Maulana Malik Ibrahim Negeri Malang

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Alam & Tekno

Pendekatan 4Rs: Refleksi Kritis dalam Pengembangan Sistem Informasi untuk Inklusi Sosial dan Teknologi

18 September 2024   00:44 Diperbarui: 18 September 2024   00:45 14
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi Reflexive Research in ICT4D (Sumber: Freepik.com)

Pendekatan 4Rs: Refleksi Kritis dalam Pengembangan Sistem Informasi untuk Inklusi Sosial dan Teknologi

Dalam konteks sistem informasi, khususnya dalam penelitian yang terkait dengan ICT for Development (ICT4D), pendekatan reflektif dan partisipatif semakin menjadi perhatian penting. Artikel yang ditulis oleh sejumlah peneliti di bidang ini, berjudul "The 4Rs: A collective reflexive methodology for realising critical self-transformation in ICT4D research practice", menawarkan pandangan baru tentang bagaimana praktik penelitian di bidang ICT4D dapat dimanfaatkan untuk transformasi diri secara kritis. Salah satu aspek utama yang ditekankan dalam artikel ini adalah pentingnya refleksi bersama (collective reflexivity), yang melibatkan seluruh pemangku kepentingan dalam mengevaluasi dampak sosial dari implementasi teknologi. Ini relevan dalam praktik sistem informasi, di mana proyek-proyek berbasis teknologi sering kali menghadapi tantangan dalam penerapannya di komunitas yang terpinggirkan atau dalam lingkungan yang belum siap secara infrastruktur.

Pendekatan 4Rs yang diusulkan dalam artikel ini mencakup empat komponen utama: refleksi, redistribusi, rekognisi, dan representasi. Setiap komponen memberikan kerangka kerja yang dapat digunakan untuk menciptakan perubahan sosial melalui teknologi. Pada tahun-tahun terakhir, ada peningkatan fokus pada bagaimana teknologi dapat berfungsi sebagai katalisator untuk pembangunan berkelanjutan. Misalnya, pada 2020, ICT4D telah tumbuh menjadi industri global senilai lebih dari $50 miliar, menunjukkan minat yang signifikan dalam mengembangkan solusi teknologi untuk komunitas berkembang. Namun, tanpa pendekatan reflektif yang mengakui konteks lokal dan tantangan budaya, banyak proyek ICT4D menghadapi kegagalan atau hasil yang tidak diinginkan.

***

Artikel "The 4Rs: A collective reflexive methodology for realising critical self-transformation in ICT4D research practice" menyoroti pentingnya refleksi kritis dalam sistem informasi, terutama dalam penerapan teknologi di proyek-proyek ICT for Development (ICT4D). Pendekatan 4Rs---Refleksi, Redistribusi, Rekognisi, dan Representasi---dapat diterapkan secara luas dalam sistem informasi untuk memastikan keberhasilan teknologi dalam menciptakan perubahan sosial yang positif.

Dalam konteks refleksi, artikel ini menekankan pentingnya mengevaluasi peran teknologi tidak hanya dari aspek teknis, tetapi juga dampaknya terhadap masyarakat yang dilayani. Hal ini relevan bagi para pengamat sistem informasi yang terlibat dalam mengembangkan solusi teknologi yang digunakan oleh komunitas global. Misalnya, sebuah studi pada tahun 2019 menunjukkan bahwa hanya 35% proyek ICT4D berhasil mencapai tujuannya karena banyak proyek gagal mempertimbangkan aspek-aspek sosial dan budaya dari komunitas yang menjadi target pengembangan. Refleksi kritis memungkinkan para peneliti dan praktisi untuk mengevaluasi tidak hanya hasil teknis, tetapi juga bagaimana teknologi dapat memperbaiki atau bahkan memperburuk ketimpangan sosial.

Redistribusi menyoroti pentingnya memastikan manfaat teknologi tersebar merata. Dalam proyek ICT4D, sering kali terjadi ketimpangan distribusi di mana manfaat teknologi lebih banyak dinikmati oleh pihak yang lebih berkuasa atau memiliki sumber daya lebih besar. Fenomena ini juga dapat terlihat dalam platform e-commerce, di mana usaha besar dengan akses teknologi lebih baik memiliki keunggulan kompetitif dibanding usaha kecil. Pada tahun 2020, laporan dari World Economic Forum menunjukkan bahwa 60% UKM di negara berkembang mengalami kesulitan dalam beradaptasi dengan platform digital, menunjukkan ketimpangan dalam akses teknologi.

Rekognisi adalah tentang penghargaan terhadap pengetahuan dan budaya lokal. Proyek-proyek ICT4D sering kali gagal karena kurangnya pengakuan terhadap nilai-nilai lokal. Misalnya, pada tahun 2017, sekitar 70% proyek teknologi di Afrika dilaporkan gagal memberikan dampak signifikan karena tidak adanya adaptasi teknologi terhadap konteks lokal. Dalam pengembangan sistem informasi, penting untuk memahami bahwa solusi teknologi harus disesuaikan dengan budaya dan praktik komunitas pengguna agar dapat diterima dengan baik.

Akhirnya, representasi adalah komponen penting yang mengharuskan partisipasi aktif dari komunitas yang dilayani dalam setiap tahap pengembangan teknologi. Representasi bukan hanya tentang mendengarkan umpan balik, tetapi melibatkan masyarakat dalam proses pengambilan keputusan. Prinsip ini memastikan bahwa teknologi yang dihasilkan benar-benar relevan dan memenuhi kebutuhan pengguna akhir, sehingga meningkatkan keberhasilan implementasinya.

***

Pendekatan 4Rs yang diusulkan dalam artikel "The 4Rs: A collective reflexive methodology for realising critical self-transformation in ICT4D research practice" menawarkan panduan yang relevan bagi para pengamat sistem informasi dan platform digital. Melalui refleksi, redistribusi, rekognisi, dan representasi, penelitian dalam bidang ICT4D dapat lebih responsif terhadap kebutuhan sosial dan budaya komunitas yang dilayani. Hal ini juga memberikan pelajaran penting bagi sistem informasi secara umum, di mana teknologi harus dilihat sebagai alat transformasi yang mempertimbangkan aspek manusia, bukan hanya solusi teknis.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Lihat Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun