Mohon tunggu...
Umar Karim
Umar Karim Mohon Tunggu... -

Politisi dan pemerhati demokrasi

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Puting Tak Bersusu

22 Januari 2015   18:00 Diperbarui: 17 Juni 2015   12:36 33
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Sang bapak...
Wajah dibalut kulit legam, sayu tertegun tatap hamparan kering kerontang
Kaki kurus tampak tulang melangkah lunglai di pematang tandus, gersang

Sang isteri...
Mata sayu, tatap nanar tungku tak berapi
Tangan kerut, gemetar tutup baju kusam sobek tersingkap

Sang anak...
Si bungsu, pucat pasih merintih menetek di puting tak bersusu
Si sulung, dekil, buncit berseragam lusuh, tak bersepatu mengeja huruf di sekolah reot...

Di sana....
Mereka para penguasa
Di gedung gagah nan kokoh membusung dada membentak, menghardik
Di lantai licin mengkilap hilir mudik telunjuk pongah, menitah
Di kantor mewah nan megah menggores pena bertinta emas, menista
Di meja makan berpiring porselin melahap kenyang perut buncit membengkak
Di mimbar kepal tangan, garang, mulut berbusa bicara kesejahteraan....

UK.
12/6/2013

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun