Mohon tunggu...
umar hariyadi
umar hariyadi Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Ketahanan Pangan dan Tantangan Pertumbuhan Penduduk Indonesia Periode 2018-2023

29 Oktober 2024   16:46 Diperbarui: 29 Oktober 2024   16:49 47
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Ketahanan pangan merupakan isu krusial di Indonesia, terutama mengingat laju pertumbuhan penduduk yang tinggi, yang mana antara tahun 2018 hingga 2023, Indonesia menghadapi berbagai tantangan dalam memastikan ketersediaan, aksesibilitas, dan kualitas pangan yang cukup bagi seluruh penduduk, yang membuat dinamika ketahanan pangan di Indonesia cukup dinamis selama periode tersebut, terutama dengan adanya tantangan dari segi produksi pangan akibat perubahan iklim yang semakin tidak menentu serta alih fungsi lahan yang semakin meningkat yang berpengaruh langsung terhadap jumlah produksi bahan pangan, dimana data Badan Pusat Statistik (BPS) menunjukkan bahwa produksi pangan di Indonesia memiliki tren yang fluktuatif sepanjang tahun 2018 hingga 2023, dimana produksi padi, misalnya, sempat mengalami peningkatan di awal periode, tetapi dihadapkan dengan penurunan luas panen akibat perubahan iklim dan alih fungsi lahan, dan pada tahun 2023, luas panen padi diperkirakan mencapai 10,18 juta hektar, sedikit lebih rendah dibandingkan tahun sebelumnya yang mengindikasikan adanya tantangan dalam menjaga stabilitas produksi pangan tersebut, 

selain itu data dari Kementerian Pertanian juga menunjukkan peningkatan produksi komoditas penting lainnya seperti jagung, kedelai, dan sayuran, namun produksi pangan strategis ini tidak selalu mencukupi kebutuhan dalam negeri, sehingga sering kali kenaikan harga pangan internasional juga berdampak pada inflasi pangan di Indonesia, yang mengharuskan adanya kebijakan yang lebih efektif untuk menjaga kestabilan harga pangan di dalam negeri, di sisi lain ketahanan pangan tidak hanya berfokus pada ketersediaan pangan saja, tetapi juga mencakup aspek konsumsi dan gizi yang mana Skor Pola Pangan Harapan (PPH) yang digunakan untuk mengukur diversifikasi dan keseimbangan pola makan penduduk menunjukkan peningkatan selama periode ini, dimana pada tahun 2022, Skor PPH Indonesia mencapai 92,9, melebihi target nasional sebesar 92,8 yang mengindikasikan adanya peningkatan kualitas konsumsi pangan menuju pola yang lebih seimbang dan bergizi, 

meski demikian konsumsi beras masih mendominasi sehingga perlu dorongan lebih lanjut untuk meningkatkan konsumsi sumber protein, sayuran, dan buah-buahan yang sejalan dengan target Badan Pangan Nasional untuk meningkatkan Skor PPH menjadi 95,2 pada tahun 2024 dengan mengurangi ketergantungan pada beras, disisi lain dengan pertumbuhan penduduk yang terus meningkat, diperkirakan mencapai lebih dari 275 juta jiwa pada 2023, tantangan ketahanan pangan semakin kompleks karena meningkatnya jumlah penduduk otomatis meningkatkan permintaan pangan yang memerlukan peningkatan produksi yang signifikan, 

belum lagi alih fungsi lahan pertanian menjadi kawasan perumahan dan industri juga menjadi faktor utama yang mengancam produksi pangan dalam jangka panjang, hal ini telah disadari oleh pemerintah yang telah melakukan berbagai upaya untuk mengatasi masalah ini termasuk program diversifikasi pangan, peningkatan produktivitas pertanian melalui teknologi, serta distribusi pangan yang lebih merata antarwilayah, selain itu pengembangan program urban farming juga menjadi salah satu solusi inovatif untuk memenuhi kebutuhan pangan di kota-kota besar, sementara itu untuk menjawab tantangan ketahanan pangan, pemerintah Indonesia berkomitmen pada pendekatan yang berkelanjutan dengan salah satu strategi utamanya adalah melalui inovasi teknologi pertanian seperti penggunaan benih unggul dan sistem irigasi yang efisien yang diharapkan dapat meningkatkan hasil produksi tanpa memperluas lahan pertanian,

 selain itu pengembangan data dan informasi pangan juga menjadi prioritas sebagaimana terlihat dari penerapan Food Security and Vulnerability Atlas (FSVA) yang memetakan daerah rentan rawan pangan dan memungkinkan pemerintah untuk lebih cepat merespon kebutuhan pangan di daerah yang kekurangan, dengan penguatan kelembagaan seperti Badan Pangan Nasional (NFA) yang menjadi langkah penting dalam memastikan koordinasi kebijakan pangan yang lebih terintegrasi, yang mana NFA memainkan peran kunci dalam mengawasi ketersediaan, distribusi, dan stabilitas harga pangan serta dalam mengimplementasikan program untuk mengurangi daerah rawan pangan, secara keseluruhan ketahanan pangan di Indonesia selama periode 2018 hingga 2023 mengalami tantangan yang kompleks dari fluktuasi produksi hingga meningkatnya permintaan akibat pertumbuhan penduduk, meski demikian dengan berbagai kebijakan yang terus dikembangkan termasuk penguatan diversifikasi pangan dan adopsi teknologi pertanian, Indonesia terus berupaya mencapai ketahanan pangan yang berkelanjutan dengan pendekatan yang kolaboratif antara pemerintah, petani, dan sektor swasta yang menjadi kunci dalam menciptakan sistem pangan yang tangguh dan adaptif di masa depan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun