Pada malam sunyi, Salindri mengirimkan pesan singkat melalui Facebook, "Apa Bemo masih jalan di Kota Malang?' Pertanyaan sederhana yang membangkitkan kenangan masa lalu.
"Loh, udah masuk museum Angkut. Emang kenapa?" jawabku, penasaran.
Dia tidak menjawab langsung. Sebaliknya, dia memulai cerita tentang masa kuliahnya di Malang. "Aku selalu naik Bemo dari indekost ke kampus. Kota Malang, tempat kenangan indahku." Tulisnya penuh nostalgia.
Setelah lulus kuliah, Salindri memutuskan merantau ke luar negeri, meninggalkan kenangan dan cinta yang belum terucap. Awalnya, dia menjadi TKW di Hongkong, kemudian sepuluh tahun terakhir bekerja di pabrik Jepang. "Kangen Malang, sebenarnya," katanya, dengan sedih.
Aku penasaran dengan kisahnya, tapi ragu bertanya lebih lanjut. Baru saja menambahkan Salindri sebagai teman di Facebook. Foto profilnya, pohon Sakura yang sedang berbunga.
------------
Aku turuti saja permintaannya. Dia mensyaratkan aku tidak menulis kata rindu dan cinta kepadanya meskipun aku merasa jatuh cinta. Bila melanggar maka dia akan memutus pertemanan.
Salindri tidak bisa melupakan kecelakaan mengenaskan pada masa kecilnya.
"Waktu kecil aku pernah mati suri karena tenggelam di sungai saat diajak mandi Mbah Lanang. Aku terseret arus deras sungai dan tenggelam". Tulisnya.
"Terus ?" Tanyaku ingin tahu.
"Dirumah sudah banyak tetangga yang melayat. Telah tersebar kabar aku mati tenggelam di kali. Untung saja kakek ku bisa menemukan aku di dasar sungai dan melepaskan tanganku yang terhimpit bebatuan besar. Itu menjelang magrib. Aku tenggelam dan hilang kira-kira jam 3 sore."