Saya beruntung kuliah di Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY), dan tambah merasa beruntung lagi bisa aktif alias berkecimpung di dunia perfilman, ya, saya adalah bagian dari MM Kine Klub (Kine) --- sebuah unit kegiatan mahasiswa yang reputasinya cukup tersohor.Saya bisa merasakan bagaimana asiknya industri film. Dari pengalaman saya sebagai anggota Kine, ternyata tidak semewah yang dirasakan oleh unit kegiatan serupa dari kampus lain. Misalnya saja soal pendanaan saat ingin memproduksi karya. Ini masalah klasik yang ada pada hampir seluruh filmmaker indie.
Tidak bisa dipungkiri pembuatan film membutuhkan dana yang tidak sedikit. Untuk film pendek karya mahasiswa saja angka tujuh digit masih terasa kecil, apalagi dalam dunia komersil tentu angkanya bisa mencapai jauh lebih besar.
Hitung-hitungan sederhananya ada
pada biaya sewa alat yang meliputi perlengkapan kamera, perlengkapan pencahayaan, perlengkapan artistic, busana dan lain-lain, pokoknya tidaklah murah. Belum lagi konsumsi seluruh crew dan juga untuk keperluan transportasi maupun sewa lokasi. Jika crew juga dibayar tentu akan makin membebankan anggaran, untungnya banyak filmmaker yang rela tidak dibayar maupun dibayar dengan dana minim dalam pembuatan film karya.
Hal yang melegakan seluruh film maker adalah tersedianya dana. Namun banyak mahasiswa filmmaker yang kurang disupport oleh kampus dalam hal pendanaan.
Mahasiswa harus merogoh koceknya sendiri untuk gotong royong dalam projectnya atau ngalor-ngidul mencari pendanaan untuk filmnya.
Saya beberapa kali sharing dengan beberapa teman dari kampus film di Indonesia maupun mahasiswa yang bukan dari kampus film tapi terjun ke dunia film, mereka  tidak didanai kampus mereka sama sekali walaupun beberapa disupport dengan dipinjami alat syuting oleh kampus, namun untuk didanai saya belum menemukannya.
Saya baru mendapati hanya UMY yang mensupport alat dan juga mendanai project film mahasiswanya. Kampus juga mendukung mahasiswanya untuk turut berkompetisi dalam lomba film maupun festival film yang ada di Indonesia maupun mancanegara. Walau terkesan kampus memburu prestasi untuk akreditasi namun dalam hal ini semua pihak diuntungkan, mahasiswa sebagai filmmaker mendapat kesempatan untuk berkarya dan kampus mendapatkan penghargaan atas pencapaian mahasiswanya.
Berbeda dengan banyak kampus di Indonesia yang melockdown kampusnya di masa pandemi, Universitas Muhammadiyah Yogyakarta justru menugaskan mahasiswa untuk berkarya dan berkompetisi dalam Festival Film Mahasiswa Indonesia (FFMI)  dengan protocol kesehatan yang berlaku tentunya. Dengan segala keterbatasan dan kesulitan syuting di masa pandemic, dua  karya mahasiswa mendapatkan penghargaan di kompetisi yang sama. MM Kine Klub UMY dengan film Dalam Jaringannya menyabet juara satu dan Cinema Komunikasi dengan film Ayo Dolannya menyabet juara tiga harapan yang menjadikan Universitas Muhammadiyah Yogyakarta  sebagai Juara Umum.
Hanya berselang satu bulan, kampus kembali menugaskan filmmaker UMY untuk berkompetisi dalam DIGIMOVIE, sebuah lomba yang diselenggarakan oleh KOMINFO, Bhakti serta Komisi Penyiaran Indonesia. Film Setiti yang diproduksi oleh Anggota MM Kine Klub UMY dan juga Cinema Komunikasi diganjar dengan juara harapan satu.
Penghujung tahun 2021 menjadi tahun yang membanggakan bagi masyarakat film UMY. Pasalnya film Piknik Panik garapan MM Kine Klub UMY dinobatkan sebagai film pendek terbaik dalam pagelaran Anti Corruption Film Festival 2021 yang diselenggrakan oleh Komisi Pemberantasan Korupsi. Tak hanya berhenti disitu  film Piknik Panik juga dinobatkan sebagai terbaik 1 dalam Festival Film Jambi serta mendapatkan 8 nominasi dalam Festival Film Pendek Sumedang.
Film Mabbere yang juga diproduksi oleh MM Kine Klub UMY juga menjuarai Lomba Film Pendek Moderasi Beragama yang diselenggarakan oleh Kementrian Agama Republik Indonesia sebagai juara satu.
Selain mendanai project film mahasiswanya, UMY juga memberikan fasilitas alat-alat produksi untuk komunitas film UMY. Puluhan juta digelontorkan untuk mensupport masyrakat film UMY, itu belum termasuk  dana yang digelontorkan untuk kegiatan mahasiswa lainnya.