digital dari budaya dan daerah yang berbeda lebih harmonis ketika mereka sadar akan etika saat berinteraksi di ruang digital. Oleh karena itu, budaya media digital dipandang sebagai landasan penting untuk berinteraksi di dunia maya.
Orang-orang
Dalam ruang digital, komunikasi tidak dibatasi oleh waktu atau tempat, bahkan dalam hal menerima informasi. Siapa pun dapat mengakses informasi tersebut, terlepas dari latar belakang ekonomi atau pendidikan.Â
Namun, ternyata ada tantangan terkait budaya digital yang dihadapi masyarakat Indonesia seiring perkembangan dunia menuju digitalisasi. Seperti lunturnya rasa nasionalisme, lunturnya kesantunan dan keadaban, lenyapnya budaya Indonesia karena media digital sudah menjadi panggung budaya asing.
Kemudian ada masalah lain yang diakibatkan oleh meluasnya pemahaman tentang hak digital dan kebebasan berekspresi, berkurangnya toleransi dan penghargaan terhadap perbedaan, sehingga terkadang mudah memicu masalah SARA.Â
Menjadi aktor dalam digitalisasi budaya dengan bantuan teknologi informasi (TIK). Sarjana dasar menyukai produk rumahan dan memahami hak digital.Â
Kementerian Komunikasi dan Informatika Republik Indonesia dan Gerakan Nasional Literasi Digital (GNLD) Sibercreation berkolaborasi dan meluncurkan Program Ever Capable Digital Indonesia sebagai respon terhadap perkembangan Teknologi Informasi (TIK).Â
Program ini didasarkan pada empat pilar utama literasi digital, yaitu keterampilan digital, etika digital, budaya digital, dan keamanan digital. Melalui program ini, 50 juta orang akan memperoleh keterampilan digital pada tahun 2024. Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H