Akhir Bulan Maretlalu Rumah Bersama – rumah tempat berkumpul komunitas-komunitas di Kota Metro-mendapat kunjungan dari jurnalis Kompas. Mereka datang dari Jakarta untuk sebuah project liputan bertajuk Smart City.Kami sempat berdiskusi dan mendapat banyak masukan terkait smart city.
Beberapa hari sebelumnya (24/3, saya membaca berita , Wapres RI, Jusuf Kalla meluncurkan Indeks Kota Cerdas di Indonesia. Dalam berita tersebut disebutkan ada 98 Kota yang akan disurvey diseluruh Indonesia menggunakan Indeks Kota Cerdas. Indeks ini sendiri bertujuan untuk mengukur dan memeringkat kinerja pengelolaan kota berbasis teknologi digital terhadap pelayanan masyarakat. Parameter ini mempertimbangkan kemampuan kota untuk mengelola sumber daya yang terbatas secara cerdik demi menjamin bahwa tempat tersebut layak huni bagi warganya.
Konsep Kota Cerdas yang digagas ITB, PGN, dan Kompas adalah kota Pertama, adalah cerdas secara ekonomi. Maksudnya, kota ditopang oleh perekonomian yang baik dengan memaksimalkan sumber daya atau potensi kota, di antaranya adalah layanan TIK, tata kelola, dan peran sumber daya manusia yang baik. Kedua, adalah masyarakat sosial cerdas yang memiliki keamanan, kemudahan, dan kenyamanan dalam melakukan interaksi sosial dengan sesama masyarakat ataupun dengan pemerintah. Ketiga, masyarakat lingkungan cerdas. Maksudnya adalah masyarakat yang memiliki tempat tinggal layak huni, sehat, hemat energi, serta pengelolaan energi dengan dukungan layanan TIK, pengelolaan, dan peran SDM (people) yang baik
Tentang Metro
Kota Metroberjarak 45 km dari Kota Bandarlampung, Ibukota Provinsi Lampung.Sebelum menjadi kota otononom, Metro merupakan kota administratif yang berfungsi sebagai ibukota Lampung Tengah hingga tahun 1999.
Sejarah panjang Kota Metro telah mengantarkan wilayah yang dulunya hanyalah bedeng bermetamorfosis menjadi sebuah kota tentunya memiliki sejarah yang panjang. Kini Metro telah bertransformasi menjadi sebuah wilayah dengan pusat konsentrasi penduduk dengan segala aspek kehidupannya mulai dari bidang pemerintahan, sosial politik, ekonomi dan budaya.
Kota Metro yang tak memiliki sumber daya alam berlimpah maupun industri kini justru menjadi tempat mencari nafkah penduduknya. Penduduk kabupaten yang berbatasan langsung dengan wilayah ini yakni Lampung Tengah dan Lampung Timur mencari nafkah dengan berdagang dan menjual jasa. Karena itu, disiang hari penduduk Metro lebih banyak dibanding jumlah penduduk resminya.
Metro juga kini menjadi kota yang menjadi tujuan pendidikan di Lampung.Bagi yang berminat kuliah di perguruan tinggi di Metro, terdapat beberapa perguruan tinggi negeri dan swasta, di antaranya Universitas Muhammadiyah Metro, Sekolah Tinggi Ilmu Tarbiyah Agus Salim, Sekolah Tinggi Ilmu Agama Islam Negeri, Institut Agama Islam Ma'arif Nahdlatul Ulama, Sekolah Tinggi Pertanian, Akademi Pertanian, PGSD Unila dan masih banyak lainnya.
Data juga menunjukan bahwa Indeks Pembangunan Manusia (IPM)tertinggi di Provinsi Lampung adalah Kota Metro dan Bandar Lampung dengan IPM 77,30 dan 76,83. IPM merefleksikan tiga pencapaian sekaligus, yaitu indeks harapan hidup (life expectancy index), pendidikan (educational index), dan indeks daya beli (purchasing power parity).
Indeks pendidikan dapat dilihat dari rata-rata lama sekolah dan harapan lama sekolah. Provinsi Lampung memiliki rata-rata lama sekolah 7,4 tahun (BPS, 2012), lebih rendah dari nasional 7,6 tahun. Hanya Bandar Lampung dan Kota Metro yang rata-rata lama sekolahnya mencapai 9,75 dan 9,59. Jika dilihat angka partisipasi menurut usia, walaupun 90% penduduk usia 7—15 tahun mengenyam pendidikan sampai SMP, hanya sekitar 50% penduduk usia 16—18 tahun yang bersekolah di SMA. Kecuali untuk Kota Metro dan Bandar Lampung yang angka partisipasi SMA-nya mencapai 70%.
Dilihat dari angka harapan hidup, masyarakat Lampung memiliki umur rata-rata 70,08 (di bawah angka nasional 72) dengan umur rata-rata tertinggi ada pada masyarakat Kota Metro 72,98 dan Bandar Lampung 71,61. Fakta-fakta ini menunjukan bahwa sesugguhnya letak keunggulan Kota Metro sesungguhnya terletak pada sumber daya manusianya.
Metro dan Mimpi Tentang Kolaborasi
Ide inovatif para Kepala daerah di Indonesia dalam rangka mendorong kotanya menuju Smart City seyogyanya memang dilandasi oleh perubahan mindset pemerintah dan juga warganya dalam melihat dan mengelola persoalan wilayahnya. Menurut penulis, yang disebut Smart City bukanlah sekedar penggunaan teknologi maju sekedar untuk mempermudah komunikasi warga dan aparat. Ukuran sebuah kota yang baik adalah tidak hanya sekedar mengunakan berbagai teknologi dan piranti canggih semata tapi lebih kepada bagaimana sebuah kota yang mampu memberikan kenyamanan bagi penduduknya.
Saya sendiri sependapat dengan pendapat yang mengatakan bahwa tiga faktor yang menjadi penilaian kota yang cerdas adalah cerdas secara ekonomi, cerdas secara sosial dan cerdas secara lingkungan yang pada gilirannya diharapkan bisa membantu perkembangan kota secara siginifikan.Bukankah parameter Kota Cerdas adalah mempertimbangkan kemampuan kota untuk mengelola sumber daya yang terbatas secara cerdik demi menjamin bahwa tempat tersebut layak huni bagi warganya.
Kota dapat dikategorikan sebagai kota yang cerdas secara ekonomi apabila kota tersebut sudah ditopang dengan perekonomian yang baik, kota dapat memaksimalkan seluruh sumber daya kota dan memiliki potensi sebagai penghasil keuntungan bagi pemerintah dan juga penduduknya. Kota yang masuk sebagai kota yang cerdas secara sosial, apabila kota tersebut sudah memberikan keamanan, kemudahan dan kenyamanan ketika berinteraksi sosial dengan sesama penduduk ataupun dengan pemerintah kota. Kota yang dikategorikan sebagai kota yang cerdas lingkungan, jika kota tersebut sudah menjadi tempat yang layak huni, sehat, hemat dalam penggunaan energi serta pengelolaan energi.
Fakta-fakta tentang Metro sebagaimana dipaparkan diatas sesungguhnya membuat warga harus berpikir inovasi dan kreatifitas apa yang dirasa cocok bagi Kota Metro ditengah berbagai keterbatasannya menuju kota yang Cerdas, Kreatif dan Hijau. APBD yang terbatas hanya sekitar Rp.600 Milyar tentu tak memungkinkan untuk membuat mega proyek. Terlebih jika separuh dari anggaran tersebut telah habis oleh biaya rutin.
Sebagi langkah awal, penulis mengusulkan Project One Vilagge One Garbage Bank and One Village One Citizen News Portal (1 Kelurahan 1 Bank Sampah dan 1 Portal Berita Jurnalisme Warga). Mengapa ide tersebut?Pertama, sebagaimana saya sampaikan diatas, saya sependapat bahwa Kota Cerdas adalah cerdas secara ekonomi, cerdas secara sosial dan cerdas secara lingkungan.Kedua, Penulis dan komunitas-komunitas yang ada di Kota Metro telah mengujicobakan gagasan tersebut lewat portal jurnalisme warga pojoksamber.com dan Kampanye Metro Menulis serta mendirikan bank sampah CangKir hijau disalah satu kelurahan di Kota Metro.
Permasalahan Metro sebagai Kota yang terus bertumbuh salah satunnya adalah persoalan pengelolaan sampah. Saat ini Metro hanya memiliki satu Tempat Pembuangan Akhir (TPA) sampah yang menjadi muara dari sampah 160.000 warga Metro.Bayangkan bila hal tersebut tidak segera dicarikan jalan keluarnya, Metro akan berubah menjadi lautan sampah pada waktunnya. Gerakan Pungut Sampah (GPS) dan tagar #sayangimetro yang terus-menerus digelorakan oleh berbagai komunitas yang ada di Kota Metro tentu belum cukup untuk mengatasi persoalan pengelolaan sampah yang ad di Kota Metro.
Gagasan 1 kelurahan 1 Bank sampah adalah bagian dari insiatif warga untuk mendorong perubahan perilaku dan pengelolaan sampah. Untuk merealisasikannya gagasan ini bisa diwujudkan dengan kerjasama dengan berbagai stakeholders. Di banyak tempat kita bisa melihat kerjasama pengembangan bank sampah baik lewat inisiatif warga, program CSR maupunprogram pemerintah.
Sampah-sampah yang dikelola oleh warga melaluiBank Sampah bisa diproduksi menjadiberbagai produk kreatif dan energi terbarukan. Kita bisa melihat bank-bank sampah yang melahirkan berbagai pernak- pernik kreatif hingga pengelolaan samah menjadi pupuk cair hingga biogas. Hal inilah yang saya pikirkan sebagai cerdas secara lingkungan.Kebersihan lingkungan menjadikan sebuah kota menjadi nyaman untuk ditinggali.
Ide selanjutnya adalah 1 kelurahan , 1 portal berita warga. Dengan label Kota pendidikan maka idelanya budaya literasi (baca-tulis) juga berkembang. Lewat portal berita warga yang menjadikan warga sebagai pewartanya, pemerintah dapat melakukan evaluasi sekaligus koreksi atas berbagai proyek pembangunan. Pada konteks ini portal berita warga dapat dijadikan media advokasi, disamping sebagai media komunikasi dan sosialisasi gagasan maupun kegiatan.
Dinamika kegiatan warga bisa menjadi sumber penulisan pada website. Berbagai peristiwa di kampung saat ini dapat terdokumentasi dengan rapi dan mudah untuk diketemukan kembali. Peristiwa di kampung seperti kegiatan kerja bakti, kematian, kelahiran, opname di rumah sakit dan lainnya, tidak akan berlalu begitu saja karena selalu terekam di website. Demikian juga kegiatan rutin seperti rapat RT, arisan PKK, posyandu lansia, posyandu balita, PAUD dan lainnya, dapat terdokumentasi apik di website.
Jurnalisme warga harapanya mampu memberikan ruang untuk media komunikasi dua arah antara warga dan pengurus RW. Warga yang sungkan mengemukakan usul atau saran secara langsung saat pertemuan warga, bisa dengan mudah menuliskannya di website. Tentu saja jalur ini akan lebih cepat mendapat mendapat tanggapan baik dari pengurus RW ataupun dari warga yang lain. Warga dan sanak saudara yang tinggal di daerah lain pun dengan mudah mendapatkan informasi tentang kampung halamannya.
Komunitas online kampung seperti ini akan lebih mudah menghubungkan antara partisipasi warga dengan berbagai saluran komunikasi pemerintah daerah berbasis internet. Bagaimanapun, partisipasi warga menjadi bagian utama dan sangat diperlukan oleh pemerintah daerah dalam pembangunan. Adanya komunikasi yang baik warga dengan pemerintah daerah tentunya akan menumbuhkan transparansi di kedua pihak, karenanya jajaran pemerintah daerah juga akan dituntut untuk akuntabel.
Hal inilah yang saya maknai sebagai cerdas secara sosial, yakni bagaimana meningkatkan responsifitas pemerintah melalui teknologi informasi disatu sisi dan disi lain mendorong masyarakat menjadi komunitas pembelajar yang terhubung satu sama lain. Masyarakat di satu Kelurahan bisa mengikuti berita atau aktifitas warga di Kelurahan lainnya.
Disisilain portal berita warga juga menjadi media bagi warga untuk mempromosikan berbagai produk kreatifdi lingkungannya.di Metro sendiri bisnis online terus berkembang dengan pesat. Komunitas online juga pada gilirannyamemungkinkan terbentuk komunitas bisnis onlineyang produktif yang pada gilirannya akan berdampak padapeningkatan kualitas hidup warga masyarakat. Hal inilah yang saya sebut sebagai Kota yang cerdas secara ekonomi.
Bagaimana mewujudkannya?
Kita bisa belajar dari pengalaman kolaborasi Kampoeng Digital Samirono diSleman yang dibangun berkat kerjasama dan kolaborasi denganBUMN maupun sektor swasta. Di Sleman terdapat 10 kampoeng digital yang 9 di antaranya ada di kecamatan Depok, satu lagi ada di kecamatan Sleman yaitu di dusun Brayut.
Saya juga membayangkan jika Bandung dibawah Ridwan kamil memiliki konsep “Bandung Udunan” dimana semua orang bisa berpartisipasi dan berkolaborasi baik pikiran, waktu tenaga dan dana. Maka gerakan serupa sesungguhnya bisa dilakukan oleh warga lewat konsep “Metro Urunan”. Udunan dan Urunan sesungguhnya memiliki makna filosofis yang sama.
Mimpi, Metro sebagai Kota Cerdas, Kreatif dan hijau sesunggguhnya tidak membutuhkan biaya yang besar, sepanjang para pihak mampu berpartisipasi dan berkolaborasi. Ada banyak ide, kreatifitas yang bisa dilakukan secara bersama-sama agar kita bisa merasakan bahwa mimpi itu semakin dekat.
Universitas dan kampus-kampus yang ada di Kota Metro bisa menggunakan program riset maupun pengabdian terhadap masyarakat untuk mendukung terwujudnya cita-cita Kota yang Cerdas, Kreatif dan Hijau. Begitu juga dengan berbagai komunitas-komunitas warga dapat menggerakan berbagai potensinnya dalam sebuah gerakan lingkungan.Pemerintah bisa mengalokasikan sejumlah dana untuk mendukung berbagai fasilitasdan sektor swasta juga dapat mengalokasikan program-program csr-nya untuk ikut mendukung gagasan Kota Cerdas, Kreatif dan Hijau. Bila hal ini dilakukan secara simultan dan bersama-sama , saya berkeyakinan bahwa Mimpi Kota Metro yang Cerdas, Kreatif dan Hijau dalam waktu yang tidak terlalu lama dapat diwujudkan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H