Mohon tunggu...
Umam Fathurohman
Umam Fathurohman Mohon Tunggu... -

muda, beda ,dan berbahaya

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Salahkah Ketika Lelaki Harus Menangis? (Rasa dalam Pertautan Hati Part 3)

4 Januari 2012   00:19 Diperbarui: 25 Juni 2015   21:22 208
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

“Rindu itu perlahan membuat ku mengerti apa arti dari sebuah kekuatan menahan airmata” .Masih tentang cerita aku dan kamu yang tak mungkin bersatu menjadi kita.Inilah takdir yang tak mungkin kita lawan, rasa yang terlarangantara 2 hati yang telah termliki satu sama lain ini ternyata tak seindah mimpiku dulu, takseindah harapan bahwa rasa ini akan terus bertahan walau dalam ketidak adilan, tak seindah khayalkubisa mencintaimu dalm jarak, jarak antara 2 hati yg terlalu kuat untuk dirobohkan, aku tau aku berada di posisis yang salah ketika mengagumimu, tapi inilah realita cinta, selalu tersirat bukan tersurat.Apakah aku harus menyalahkan situasi mengapa rasa ini timbul pada saat yang salah?Ah egois memangkalau aku berfikir seperti itu. Itulah takdir kehidupan yang harus aku terima mengagumimu hanya dolam baris doaku.

Dulu aku pernah melihat wanita menangis di hadapanku, lalu ku Tanya kamu kanpa? Dengan singkat dya menjawab “ karna rindu” lalu aku bilang padanya “ sudahlah teman tolong katakan pada kelopak matamu agar tak menjatuhkan air mata di pipi merahmu itu.hehe Lucu, kenapa saat ini kelopak mataku yang harus mengatakanagar tak menjatuhkan air mata, cengeng ya, mungkin itu kata orang , tapi taukah mereka rindu yang kurasakan ini sekarang? Rindu yang tak lagi kurasan sakitnamun lebih dari perih ketika harus mengingatmu,mengingat rasa yang berpaut saat kita pertama kali jumpa, rasa yang membuat hari hariku bahagia, yang mungkin kau tak pernah bayangkansebelumnya, bahwa akubisa tersenyum ketika setiap detik mengingatmu. Namun kini hanya tinggal luka yang tersisadari serpihan2rasa yang kau berikan walau secaraabstrak. Tenang, sayang ini bukan salahmu, ini salahku terjebak rasa diantara jurang yang terlalu jauh.

Ketikakau putuskanuntuktak menerima rasa dari hatiku, percayalah rasa ini selalu ada selagi aku mengingatmu, meski kita tak bisa saling memiliki secara utuh,,, gombal?Bukan sayang,rasa ini ada karna anugrah tuhan, walau aku yang harusmenampung rasa ini sendiritanpamu,,ku tau perasaan ini fiktif , tak logis, karna kita belum pernah sekalipun berkata saling menyayangi,,, terahir biarkan rasa ini ada dihatimu meski kau menolaknya,karna ku tak perlu balasan tentang itu,dan sekarang biarkanku merindukanmu dalam jarak, mencintaimu dalm doa, walau dengan air mata harus menetes dpipi ku.

‘sayang’ijinkan aku memanggilmu seperti itu walau dalam barisan doaku.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun