Mohon tunggu...
Umam Fathurohman
Umam Fathurohman Mohon Tunggu... -

muda, beda ,dan berbahaya

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Terima Kasih Rindu (Rasa dalam Pertautan Hati Part 4-end)

4 Januari 2012   00:27 Diperbarui: 25 Juni 2015   21:22 156
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Rindu ini terkadang aneh , kadang tertawa sendiri , kadang juga dya menangis sendiri tanpa sebab.Dulu aku berharap rindu ini bisa selalu tersenyumsaat mengingatmu, yah apa mau dikata mungkinrindu ini terlalu lemah untuk menerima kenyataan ketika rasaku tak bisa sampai kehatimu,,, kasian yah rindu? Hehe, gakko , gak ada gunanya jg meratapi keadaaan yang sudah ditakdirkan tuhan,, malah aku bangga merasakan rindu yang berwarna seperti ini, ada senang , jg ada sedih. Thanks ya rindu, mungkin itulah yang harus ku katakanpadanya,,, karnanya ku mersakan indahnya rasa dalam sebuah pertautan hati. Eh ya untukmu, iya kamu yang aku selalu rindu makasih juga untuk hatimu karna telah memberi jalanpada hatikuuntuk bisa merasakan rindu itu, walau ahirnya jalan ke hatimu tealah ada yang menjaganya,hehe.

Dulu aku bepikir, ketika rasa ini ada dalam posisi yang salah mungkin semuanya bisa teratasi dengan berjalannya waktu, tapi ya itu sekali lagi aku salah menafsirkan logika, ku terlalu memaksakan logika diatas fakta.hmmmmm sudahlah yang berlalubiarlah berlalu, ku berharap kau tak benci setelah semuanya terjadi ini. Biarkan rasa ini menjadi sebuah rindu, yangakan menjadi sebuah kenangan yang memang tak begitu penting untuk kau ingat, tapi yakinlah abadi bagiku.

Maaf, aku terlanjur melukis luka pada kekasihmu,aku mengotori rasa cinta kalian dengan perasaanku, ku mengertiku terlalu naïf bila mengaharap rindu yang sama seperti kau berikan pada kekasihmu, tapi itulah hati akupun tak berdaya menahannya,,,,maafjuga bila kumarah padamu saat kautak membalas pesanku, aku ya aku dengan segala kekuranganku ku harap kau tetap menganggapku sebagai sahabat. Tapi tak salahkan bila ku berharap semuanyaberubah seperti apa yang ku harapkan?,,, namun, tenanglah sayangku takan mengganggu kalian ber 2. Kubiarkan semuanya mengalir apa adanya , ku biarkan kau dapat menerimakudisaat kaumau untuk itu, tanpa paksaan dariku. Terahir yang perlukau tau, bahwa rindu ini kulukiskan di atas hamparan awan agar ku tak jemu mengingatmu saatku ku melihatnya….

Terimakasih  rindu…

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun