Mohon tunggu...
Khoerul umam
Khoerul umam Mohon Tunggu... Penulis - Mahasiswa Syari'ah IAIN Purwokerto

Seorang mahasiswa semester 4 fakultas syariah IAIN Purwokerto dan pegiat literasi.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Ajaran Babad Nitik Sultan Agung

19 Juni 2020   16:09 Diperbarui: 19 Juni 2020   16:13 326
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ajaran babad nitik sultan Agung.
Naskah ini adalah perwujudan nilai sastra yang tinggi pada masyarakat jawa pada zaman dahulu. Babad nitik sultan agung merupakan karya satra jawi klasik yang berisi budaya dan nilai-nilai spiritual yang tinggi. 

Di dalamnya berisi cerita kerajaan mataram dan juga berisi ajaran yang syarat akan nilai-nilai kebaikan. Di dalam ajarannya ada gambaran pola hubungan yang terjadi di dunia. Seperti; hubungan Manusia dengan Tuhan, Manusia dengan Alam, manusia dengan masyarakat, manusia dengan sesama, dan manusia dengan dirinya sendiri.

1. Manusia dan Tuhan. Manusia jawi klasik sudah sejak kecil diajarkan tentang kepercayaan kepada Tuhan. Oleh karena itu, dalam pelajaran sejarah kita bisa mengetahui adanya kepercayaan pada orang purba dulu, seperti animisme, dinamisme, dan lainnya. Pada babad nitik sultan agung, ajaran yang ditekankan adalah ajaran agama islam. Hal ini tidak mengherankan mengingat sultan agung adalah raja yang beragama islam sehingga berpengaruh juga terhadap naskah babad tersebut. Dalam babad ini, diajarkan tentang keesaan Tuhan dan agar selalu berusaha mendekat dengan Tuhan.

2. Manusia dan masyarakat.
Pada hubungan ini dibatasi hanya pada kerukunan antar warga dan menjalankan musyawarah. Manusia dengan masyarakat berusaha bersama-sama menyelesaikan masalah yang dihadapi bersama maka dibutuhkan musyawarah agar tercipta solusi yang bisa diterima oleh semua orang sehingga kerukunan antar warga akan terbentuk dan terbina.

3. Manusia dan Alam.
Manusia memanfaatkan alam untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Manusia mengambil milik alam sebagai usaha yang dilakukan manusia agar kehidupannya tetap bisa berlangsung. Maka dari itu, manusia jangan hanya mau mengambil manfaatnya saja, akan tetapi juga merawat alam agar terjadi keseimbangan.

4. Manusia dan sesama.
Manusia tidak bisa hidup sendiri, ia butuh yang namanya manusia lain agar bisa saling melengkapi. Maka dari itu, biasanya akan terjadi suatu perkawinan yang mana bertujuan agar kedua manusia tersebut bisa saling melengkapi dan menutupi keperluan masing-masing.

5. Manusia dan dirinya sendiri.
Setiap manusia pasti membutuhkan yang namamnya kenyamanan dalam hidupnya. Manusia harus bisa mengendalikan dirinya sendiri, membangun kenyamanan untuk dirinya sendiri dengan batasan tidak merugikan orang lain. Manusia dengan dirinya sendiri mempunyai keterkaitan yang tidak bisa dipisahkan dan saling membutuhkan antara manusia dan dirinya.

Itu tadi beberapa hubungan yang digambarkan di babad nitik sultan agung. Semoga bermanfaat. Terima kasih.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun