Loh…??? Emangnya siapa yang mau jadi kupu-kupu? Bukannya kebanyakan orang-orang bercita-cita ingin menjadi orang sukses seperti jadi pengusaha, doctor, dan bahkan pejabat penting? Dan ada yang mau jadi binatang dari bangsa serangga seperti kupu-kupu? Tunggu dulu, yang saya maksud bukannya ada orang ketemu ibu peri dan pas diberi kesempatan “make a wish”, dia minta jadi kupu-kupu. Bukan gitu maksud saya.
Yang saya maksud seperti yang pernah diposting dalam salah satu thread di situs yang pastinya udah nggak asing lagi, yaitu Kakus… eh… Kaskus (ampun, bang Andre Darwis… Saya nggak bermaksud insulting). Sayangnya, saya sendiri lupa itu dari postingan tanggal berapa dan saya juga lupa siapa kaskuser yang mempublishnya. Yang pasti postingan tersebut berhasil masuk kategori Hot Thread dan saya sangat menyukai postingan tersebut.
Dalam postingan tersebut, sang kaskuser mengkategorikan tipe-tipe mahasiswa-mahasiswa di Indonesia berdasarkan bagaimana mereka mengisi kegiatan mereka selama kuliah. Penamaan tipe-tipenya pun cukup unik dengan menggunakan nama-nama hewan yang sebenarnya merupakan singkatan. Seperti, kupu-kupu (kuliah pulang-kuliah pulang), kura-kura (kuliah rapat-kuliah rapat), dan kuda-kuda (kuliah dagang-kuliah dagang). Dan yang akan saya bahas dalam postingan saya kali ini adalah mahasiswa tipe kupu-kupu.
Seperti yang sudah saya ketik di atas (karena ini ketik, okeh? Bukan tulis), kupu-kupu adalah singkatan dari kuliah pulang-kuliah pulang. Maksudnya adalah mahasiswa yang kuliah sekedar kuliah tapi tidak punya kegiatan sampingan lain seperti berorganisasi, bisnis, ngerjain tugas dari pak dosen atau bu dosen, atau minimal nongkrong bareng temen-temennya sembari berbagi informasi dan ngobrol ngalor ngidul
Bagi mahasiswa tipe ini, hidup mereka hanya berkutat pada kampus-rumah atau kosan atau apalah tempat tinggal lainnya-warung makan (yaiyalah… masa nggak makan). Hampir tidak ada yang baru pada hidup mereka dan tentunya terasa sangat datar dan biasa-biasa saja. Entah bagaimana mahasiswa yang lebih aktif melihat mereka. Mungkin hanya seperti seonggok mayat hidup.
Mungkin ada beberapa faktor yang tentunya bisa menjelaskan mengapa seorang mahasiswa menjelma menjadi “kupu-kupu” bukan menjadi mahasiswa yang lebih aktif berorganisasi, atau tipe “kura-kura”. Ada beberapa faktor yang saya ketahui bisa mendorong mahasiwa satu ini “bermetamorfosis” menjadi “kupu-kupu”. Dan saya disini mencoba menjelaskannya secara sederhana.
Faktor pertama, nggak punya temen. Duh… hari gini masih nggak punya temen. Kasian bingitss. Masalah ini mungkin terjadi kepada para mahasiswa yang lebih suka berdiam diri, bukan melamun memikirkan IPK atau tugas dari dosen yang numpuk puk puk. Melainkan memang mungkin tipe ogah bicara dan lebih menyukai kesendirian. Atau bisa juga karena belum menemukan teman yang cocok untuknya. Saya teringat satu peribahasa “Barangsiapa yang mencari teman tanpa cela, maka dia tidak akan mempunyai teman”. So, jangan suka-suka pilah-pilih teman karena nggak ada teman yang sempurna. Yang ada adalah kita harus saling menyempurnakan.
Jadi kesimpulan saya begini: ngerasa nggak cocok à nggak punya temenà berpikir “ngapain gue lama-lama di kampus? Mending gue balik” à rasa malas bersosialisasi dan malas berorganisasi mulai menjadi “kepompong” yang membungkus seluruh tubuh à jadilah mahasiswa “kupu-kupu”.
Faktor kedua, dia merasa nggak ada UKM atau organisasi yang cocok sama figurnya sendiri. Inget, bro, sis, mas, mbak, aa, teteh, bang, mpok, akhi, ukhti, bukannya nggak ada UKM atau organisasi yang cocok sama diri kita sendiri tapi karena kita sendiri yang belum berhasil menemukan adanya “telaga yang indah” dalam diri kita masing-masing.
UKM atau organisasi sebenarnya sangat beragam tinggal pilih mana yang cocok sama diri kita sendiri. Yang jiwa tolong-melolong eh… tolong menolongnya kuat bisa ikut PMI, yang jiwa patriotis bisa ikut Menwa (Resimen Mahasiswa) ataupun Pramuka, yang suka nyanyi-nyanyi nggak jelas di kamar mandi atau menari-nari bisa ikut sanggar, yang getol banget jadi kader dakwah atau pengen menempatkan dirinya pada syi’ar Rasulullah SAW bisa ikut LDK (Lembaga Dakwah kampus), begitupun juga buat kamu-kamu semua, lo-lo semua, dan antum-antum semua yang suka gambar, fotografi, hiking, olahraga, dan beladiri.
Faktor ketiga, emang dasar males maunya cepet-cepet boci (bobo ciang :3). Yaudah nggak usah dijelasin karena pasti kalian semua sudah tau -__-.
So, buat gaes-gaes semua, jadi mahasiswa yang kuliah jangan sekedar kuliah. Jadi mahasiswa pasti juga punya waktu kosonglah disamping dengerin pak dosen menjelaskan materi. Isilah waktu-waktu kosong tersebut dengan hal-hal yang bermanfaat. Jangan mentang-mentang pak dosennya absen langsung pulang, ganti baju, nyalain kipas angin, dan bobo. Dan jangan datang ke kampus cuma buat nitip presensi.
Selagi masih muda, otaknya dan jiwanya masih sesegar pagi hari, isilah waktu-waktu kosong kalian dengan “bongkahan-bongkahan emas dan berlian”. Buat kalian yang suka berorganisasi bisa ikut BEM dan LDK. Buat yang suka dagang atau bisnis atau otak-otaknya Mail di Upin-Ipin, juga bisa kuliah sambil dagang atau sambil kerja. Tapi bila sudah aktif berorganisasi dan berbisnis jangan sampai kalian lupakan tugas-tugas kuliah kalian juga.
“Kalau hidup sekedar hidup, babi juga hidup. Kalau bekerja sekedar bekerja, monyet di hutan juga bekerja”
-Buya Hamka-
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H