Tersentak dengan berita Romo Magnis Surati ACF (Appeal of conscience Foundation), tentang Romo Frans Magnis Suseno, mengirim surat perihal kelayakan SBY mendapatkan penghargaan “World Statesman Award”. Dalam penyampaianya ia ingin agar pihak ACF mempertimbangkan ulang, agar SBY tidak layak diberikan penghargaan ini karena apa yang terjadi di Indonesia, sangat jauh dari kedamaian, toleransi antara umat beragama dan demokrasi sebagaimana kriteria dasar pemberian penghargaan ini. Saya terkesan begitu murah hatinya Romo Frans mau memberikan pertimbangan kepada ACF. Saya jadi berpikir sudah begitu bebalnya akah Presiden SBY sehingga Romo Frans enggan menasehati SBY justru yang dinasehatinya adalah pihak pemberi penghargaan?
Kalau melihat kiprah Romo, terutama kawan-kawannya para tokoh agama, mengafirmasi kenyataan ini, sudah beberapa kali mereka melayangkan statemen2 individu, ataupun kolektif kepada presiden SBY dalam kebaikan berbangsa dan bernegara tapi apa ayal tidak satupun di indahkan olehnya. Sepertinya orang dengan moral tertinggipun fahsum tidak ada lagi yang bisa diharapkan dari pemimpin bangsa ini.
Penghargaan ini adalah bentuk apresiasi lembaga yang memegang moto Kedamaian, tolerasi umat beragama dan demokrasi. Benarkah moto tersebut sudah dijalankan oleh SBY. Saya kira sangat jauh dari kenyataan. Sebagai orang yang hidup di negara Indonesia tentunya kita sangat akrab dengan apa yang dialami, diskriminalisasi kelompok minoritas. Lihatlah contoh Bagaimana Ahmadiya didatanggi di masjidnya oleh kelompok radikal, dilempari, rumahnya dibakar, jamaahnya disiksa, ajarannya dibredel hingga korban bertjatuhan. Bagaimana Jamaah Syiah, tidak jauh berbeda diusir dari halamannya padahal sudah berpuluh-puluh tahun tinggal disitu, dibakar rumahnya sehingga mereka harus diungsikan. Bagaimana Jamaah Gereja HKBP digusur dengan kekerasan, dan otoritas negara membiarkannya. Bagaimana preman berjubah main hakim sendiri atas nama agama tertentu.
Kalau memang Pancasila dan konstitusi menjadi pegangan negara ini untuk menidak kelompok pengguna kekerasan, kemanakah pengemban, penegak amanah ini. Apakah kita ingin kembali lagi keabat peperangan masa lalu, susana penuh teror dimana-mana?
Ternyata ditengah genggap gempita, teriakan masa monoritas tertindas, malah presidennya hanya diam, bak penonton sepakbola hanya menjadi suporter didalam istana megahnya. Tapi anehnya malah kalau berhubungan dengan pencirtaran dirinya, misal kasus surat nazarudin, namanya dilecehkan, malah paling cepat merespon dan memberikan tanggapan.
Masih belum cukupkah presiden dikibuli, direndahkan oleh negara pemberi penghargaan itu, sebegitu serakahkan SBY hingga matanya gelap karena kilau penghargaan disaat bersamaan penghargaan itu adalah barang gadai (pembungkangan terselubung) dengan kedaulatan negaranya, dan ketidakadilan semenana kepada warganya. Lihat saja penghargaan Knight Grand Cross in the Order of the Bath oleh kerajaan Inggris. tidak berselang lama, Inggris memberi izin didiraikan kantor Papua Barat merdeka di negara mereka, inikan menginjak-injak kedaulatan indonesia namanaya.
Kasus kedua. Penghargaan Honorus Causa dari Nanyang Technological University (NTU) singapura, padahal kampus ini pernah membunuh mahasiswa Indonesia, David (dibunuh didalam kampus) dan sampe sekarang kasusnya tenggelam tanpa penyelesaiannya. Kalau ini menari di atas jasad warganya sendiri.
Saya khawatir, penghargaan ini tidak akan jauh berbeda kepentingannya dengan dua penghargaan di atas. ACF mungkin saja tidak mendapat mendapatkan informasi yang lengkap atas penghargaan ini. Dan kalau saja itu terjadi, dan tidak lama kemudian mereka (pihak ACF) melihat keadaanya carut marut intoleransi, demokrasi dan kedamaian di negara Ini, maka mereka akan tertawa terbahak-bahak. Dalam hati alangkah bodohnya SBY ini.
Saya cuman mau menyampaikan, sadarlah wahai presiden SBY, kalau kau sudah tidak punya nurani karena gemerlapnya penghargaan-penghargaan semu itu, maka jagalah nama baik bangsa dan negara Indonesia ini, karena anda masih tetap Presiden Negara Republik Indonesia sekarang ini didalamnya tersemat nilai-nilai kebangsaan yang luhur buah dari perjuangan anak bangsa selama berpuluh-puluh tahun memperjuangkan, meninggikan martabat bangsa dan negara ini.
Salam
by Umaee (@AzzamUma)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H