Bing baru saja telpon saya, dia bilang dia jengkel, marah, frustasi, akibat ulah istrinya,
saya bilang, "Siapa yang tidak?", tapi sepertinya kelakar saya belum dapat dimengertinya.
Karena perubahan mood-nya, dia memutuskan untuk tidak keluar malam ini, sedianya dia akan menuju ke rumah saya untuk melihat koleksi CD Jazz dari Negeri Matahari Terbit yang baru saja saya terima siang tadi.
"Aku mau ngomong bentar bisa ngga?",tanya Bing
"Ya....Bing-kan memang mau kemari, tapi ngga jadi, ya aku sendiri memang tidak buat rencana apa-apa, aku pikir kita mau sama-sama dengar CD kiriman."
Lalu Bing mulai bicara tentang apa yang membuatnya gusar,
"Sudah dari awal aku kasih tahu ke dia, kalau kasih ajar anak di rumah itu, jangan pakai cara-cara gestapo, aku ini orang juga keras ya, perutku ini pendek, aku tahu aku tidak punya cukup kesabaran untuk kasih ajar anak aku, itu namanya sadar diri, daripada buat anakku itu tertekan mentalnya, jadi lebih baik aku tidak kasih ajar sama dia, lantas kita itu tahu ya, bahwa anak kita itu memang ada kekurangan, span konsentrasinya pendek, sehingga memang perlu ekstra sabar ya untuk kasih latih supaya span konsentrasi bisa lebih panjang.
Lantas, baru saja dua minggu lalu aku pergi sama dia ke psikolog anak, si psikolog juga bilang, untuk anak kita itu, yang perlu dilatih utamanya adalah memperpanjang span konsentrasi, jadi dalam proses ini, kita diminta maklum kalau nilai disekolah turun, atau bukan prioritas utama, ya....0,1 diatas 'KM' sudah baik-lah.
Si psikolog itu punya opini - katanya, sistem pendidikan kita disini itu sudah amburadul, anak tidak lagi menjadi subjek, tapi objek, lebih parah lagi, anak-anak itu hanya statistik dalam sistem pendidikan, aku setuju sekali itu, kayak anak kita, Gina itu baru kelas 4 SD, diajar untuk tahu sistem pemerintahan desa, buat apa coba?
Kau pernah coba kasih angkat anak kau punya tas belum?", tanya Bing lalu berhenti dan mengambil nafas panjang.
Pertanyaannya (yang retorik) dan pernyataannya membuat saya duduk tegak dan masuk dalam moda serius, jujur saya belum pernah menimbang berat tas yang dipikul Lorna, anak saya, yang juga duduk di kelas 4 SD, tapi saya tahu tas itu berat, jadi sewaktu saya tugas keluar kota, saya membelikan dia backpack yang beroda, jadi bila sewaktu-waktu Lorna capek menggendong, dia bisa menyeretnya.