Awal-awal saya menetap di Jakarta, saya kerap kali harus mengulang kalimat, "TERIMA KASIH", seperti suatu kali saya sedang memesan makan malam di daerah Pecenongan, saya pesan ini, itu, minum ini, itu, lalu setelah semua terkonfirmasi,
saya bilang, "Terima Kasih Bang..."
"Ya...bagaimana?" tanya si pelayan kembali, seolah tidak terlalu mendengar atau mungkin salah mendengar apa yang harusnya ia dengar.
"Terima Kasih."
"Oooo...ya..." jawab pelayan tadi.
Lalu, masih ditempat yang sama, pelayan yang lain mengantarkan pesanan minuman saya, setelah menaruhnya dimeja,
saya bilang, "Terima Kasih Bang..."
"Hah...?"
"Terima Kasih." kata saya kembali.
Si pelayan hanya tersenyum dan mengangguk, tapi matanya seperti mencari jawaban.
Kejadian yang saya ceritakan ini berlangsung diawal saya menetap di Jakarta, pertengahan 1997, dan sampai sekarang pun bukannya tak sering saya mengalami hal yang serupa, begitu langka-kah kita mengucapkan kata "Terima Kasih" itu, sehingga sering kali asing terdengarnya?