Kaca di rumah saya retak, terbelah menjadi dua, saya sadar kacanya terbelah menjadi dua, kalau saya berkaca persis di tengah garis keretakannya, maka wajah saya pun retak, tapi saat saya berkaca di masing-masing bagian pecahannya, wajah saya tampak jelas, jadi punya pikiran, saya bagi dua saja, lalu dibingkai ulang, tapi saya jelas tahu dua kaca yang rapi terbingkai itu berasal dari sebuah kaca utuh yang telah retak, jadi saya memilih untuk membiarkannya, bentuk kejujuran terhadap diri saya sendiri.
Lalu saya bertanya, ibu cantik kenapa ya hidungnya disuntik kanan kiri, seperti saudara-saudara kita di taman yang punya belalai tapi bisa menyusui, ibu cantik memang 'pesek' seperti Yati yang tetap cantik seaslinya pesek, mungkin ibu cantik kacanya rusak.
Tadinya saya tidak mau ikut komentar soal yang bilang rela digantung di pohon tomatnya Jack The Beanstalk, hidungnya tetap tidak memanjang seperti Pinokio, mukanya lempeng bak tol jagorawi yang sudah banyak makan korban, saya yakin di rumahnya banyak kaca, rusak atau tidak saya kurang tahu, tapi dari sikapnya, mungkin kacanya ditutupi kain kafan, nampak sebentar tapi lebih baik dikaburkan.
Andai kaca kita pakai untuk berkaca, damai bagai rumput yang bergoyang.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H