Dengan logat daerahnya yang kuat Bing melanjutkan,
"Aku tahu aku bukan ahli pendidikan, tapi apa orang-orang pintar yang buat kurikulum itu, orang pendidikan atau pengusaha?
Jaman aku sekolah ibuku tidak pernah ikut campur soal PR-ku, paling kalau ada yang tidak tahu, aku baru tanya, tapi sekarang, aku bingung, anak yang sekolah, ibunya yang blingsatan,
anaknya dijadikan topeng monyet, disuruh nari genderangnya kurikulum,
kuat tidak kuat, mau tidak mau, karena ini formalitas, sistem, ya harus begitu,
kembali soal psikolog tadi, kata dia anak kita sudah banyak banyak ditekan di sekolah, jadi di rumah,
janganlah kau tekan lagi!
Dia dengar sendiri itu Wan, dia juga dengar, bagaimana anak bisa sampai pada titik jenuh lalu mogok ini dan itu, kalau kau pernah ingat dulu ada film I Not Stupid, buatan Jack Neo, film Singapore itulah, lalu ada lagi berita-berita miris soal anak SD bunuh dirilah karena stress, sudah gila semua orang ini, elementary, kau tahu tak arti elementary itu?"
Lagi sebuah pertanyaan retorik,
"Elementary itu dasar, kalau dasar saja sudah buat anak stress, lalu selanjutnya mau jadi apa? jadi aku tanya ke istriku itu, nyonya besar, yang katanya berani bayar 5 juta satu bulan untuk siapa yang mau gantikan dia untuk kasi ajar anak kita supaya bisa ikuti irama kurikulum saja, rupa-rupanya aku ini sudah tidak dianggap benar sama dia, dia tidak tahu apa yang aku permasalahkan, aku bilang jangan ajar anak kita macam gestapo, sampai aku tanyakan lagi, mana lebih penting, nilai akademis atau kesehatan mental anak? aku sampai harus 3 kali kasih tanya hal ini baru bisa dia dengar, dengar saja,
mengerti?