Mohon tunggu...
Ulyses Sitompul
Ulyses Sitompul Mohon Tunggu... -

Saya adalah seorang konsultan yang sedang berjuang untuk menyelesaikan banyak mimpi saya,,seorang pemusik yang berusaha mencapai mimpi dalam menciptakan musik yang indah dan seorang manusia yang sedang berjuang mencapai hakikat dirinya

Selanjutnya

Tutup

Politik Artikel Utama

Catatan Kemerdekaan dari Papua

17 Agustus 2011   00:33 Diperbarui: 26 Juni 2015   02:43 1244
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

[caption id="attachment_129759" align="aligncenter" width="640" caption="Ilustras/Admin (Shutterstock)"][/caption] Tulisan ini saya tuliskan sebagai sebuah catatan untuk mengingat perjalanan singkat dan penuh makna ke pulau paling Timur Indonesia,,,( tulisan ini pula yang menjadi catatan Kemerdekaan saya untuk rakyat Papua ) mungkin inilah catatan perjalanan pertama yang ingin aku tuliskan karena pemaknaan yang teramat dalam ketika melakukan tanggungjawab sebagai seorang profesional profesi,,, Kami berangkat tanggal 4 Agustus 2011 untuk perjalanan keberangkatan dan dari Bandara Soekarno Hatta pesawat kami diberangkatkan pukul 05.00 WIB. Pesawat harus transit dahulu di Bandara Sultan Hasanuddin di Makasar untuk kemudian melanjutkan perjalanan berikutnya ke Jayapura,,, Kami tiba di Papua tepat pukul 14.00 WIT dan melanjutkan perjalanan ke Hotel tempat kami menginap. Perjalanan 1 jam ini membuat hatiku tersadar, ada sebuah wilayah yang teramat indah yang tidak disadari sejak dahulu kala untuk dikembangkan menjadi sebuah aset wisata nasional,,Pemandangan indah Danau Sentani menyambut kami dengan hamparan luas yang begitu indah,,danau biru yang sangat luas memberikan ingatan yang dalam akan sebuah danau indah di kampung halaman yang sudah hampir 8 tahun tidak kukunjungi, Danau Toba,,Papua yang sangat indah menjadi Point 1 dalam catatan perjalanan saya ini. Kami tiba di hotel dan langsung melanjutkan aktivitas untuk menyiapkan bahan bahan pekerjaan yang akan kami lakukan. Aku mempersiapkan bahan bahan bacaan dan artikel yang diperlukan untuk mengetahui kondisi Papua lebih dekat,, Papua ketika kami hadir, tepat dalam masa masa pergulatan politik yang amat dalam.. Pemilihan Gubernur dan Wakil Gubernur di bulan Oktober, adanya Wacana Referendum yang dilancarkan oleh beberapa gerakan Separatis dan masyarakat yang merasakan ketidakadilan, pertikaian antara suku suku setempat yang membuat Papua sempat terperosok pada kasus kasus SARA dan konflik vertikal dan horizontal,, Hari pertama kami lalui dengan beristirahat karena kelelahan dalam perjalanan 8 jam dari Jakarta untuk mempersiapkan diri untuk pekerjaan yang menanti esoknya,, Hari kedua di Papua, kumulai dengan doa dan harapan semoga semua lancar hari ini, dan kami boleh melakukan semua hal dengan baik dalam setiap pekerjaan kami. Rencana hari ini adalah menemui pihak pihak terkait di Provinsi Papua berkaitan dengan penugasan kami di Bumi Papua, dan kami juga harus meninjau beberapa tempat yang letaknya ada di Perbatasan Bumi Papua dan Papua New Guinea serta beberapa tempat di kabupaten lain yang berjarak cukup jauh dari Jayapura. Lokasi yang kami mau lihat ada di Distrik Demta, Kabupaten Jayapura dan Kabupaten Nabire. Namun, sekali lagi perjalanan kami mengalami hambatan yang berasal dari eksternal kondisi kami sendiri. Tempat yang sedianya kami kunjungi di Perbatasan terpaksa kami batalkan, karena ternyata terjadi konflik yang cukup berbahaya di 3 km menuju perbatasan. Papua yang penuh konflik menjadi sebuah catatan saya yang ke 2 dalam catatan perjalanan saya ini. Kami akhirnya tidak jadi pergi ke perbatasan Papua dan PNG dan kemudian melanjutkan tinjauan kami ke dalam kota. Kami melihat nyata bahwa pembangunan itu begitu timpangnya,,harga komoditi yang begitu mahal, keseimbangan pembangunan Pusat dan Daerah yang sangat terasa, ketidakpedulian terhadap pembangunan kapasitas SDM daerah menjadi sebuah tolak ukur yang mengatakan bahwa Bumi Papua sudah berpuluh tahun tidak diperdulikan dalam proses pembangunan Nasional. Ketidakadilan Pembangunan Nasional menjadi Catatan penting saya yang ke 3 dalam perjalananan ini.. Bukan sebuah kebetulan pula, kami tingal menetap di sebuah hotel dengan seorang anggota Parlemen yang terhormat. Mungkin karena kami sama sama menginap di sebuah hotel cukup ternama Sejak hari pertama, kami sepertinya diperhatikan oleh beliau.namun kami baru sempat bertegur sapa di hari ke 3 kami bertugas. Sesaat di meja makan di hari ketiga perjalanan kami, kami bertegur sapa di meja makan dan kami bertemu dalam tujuan yang berbeda. Kami akan berangkat menuju sebuah tempat yang menurut penuturan berjarak kurang lebih 6-7 jam perjalanan dari Kota Jayapura. Letaknya kurang lebih 350 km dari Jayapura. Sebuah distrik, yang dalam frase Indonesia kita sebut kecamatan, namanya Distrik Demta, Kabupaten Jayapura. Kami bertukar sapa di meja makan. Kami memperkenalkan diri dan mengatakan akan ke Distrik Demta, namun anggota parlemen, yang kita sebut DPR, berkata dimanakah itu letaknya. Bersama seorang teman kami mengujar tidak tahu karena ini adalah kali pertama kami menginjak Bumi Papua..namun yang tidak terduga, kami di perkenalkan beliau bahwa beliau dari Perwakilan daerah Papua dan beliau saat itu hadir dalam rangka melihat langsung kondisi Papua karena adanya konflik. Dalam hati aku tertawa, seorang wakil Rakyat yang berasal dari Papua pun juga tidak mengetahui daerahnya sendiri. Aku tertawa dan berkata mungkin karena hanya sibuk memikirkan pembagian jatah dan pembagian proyek di Parlemen, dia juga tidak sempat melihat langsung daerahnya sendiri. Ketidakpedulian dan ketidak pahaman seorang anggota dewan yang terhormat menjadi catatan penting saya yang ke 4 dalam perjalanan ini.. Setelah diskusi itu kami berangkat ke tempat tujuan kami. Sebuah tempat yang kami belum tahu bagaimana lokasinya dan dimana itu berada. Perjalanan penuh tanda tanya dan rasa penasaran yang luar biasa. Kami mencoba mempersiapkan diri dengan baik. dan tentu saja dalam perjalanan kami kembali disuguhkan dengan indahnya pemandangan bumi Indonesia yang ada di tanah Papua,,Pemandangan indah Danau Sentani dan indahnya hutan yang masih sangat hijau dalam perjalanan 100 km pertama. Namun, 250 km perjalanan terakhir, aku menyadari sebuah hal yang disebut dengan permasalahan jaringan transportasi Nasional. Jalan jelek, penuh lubang, jembatan yang tidak selesai, jalan berlumpur, kondisi yang diperparah dengan kami berada di hutan yang tidak terjangkau sinyal komunikasi. Amazing, karena kami sesekali menemukan beberapa tempat yang ada penduduknya. beberapa tempat yang berdenyut dan menjadi sub distribusi daerah tersebut. Kami bersyukur karena masih melihat manusia disana,walaupun ketakutan akan bahaya juga sesekali muncul dalam benak dan pikiran. Sangat menarik teman, ternyata kami sampai juga dan kami melihat daerah yang kami kunjungi ternyata adalah daerah dimana Lahan kelapa sawit menjulang dengan sangat gagah. Ratusan truk hilir mudik mengambil hasil bumi dan bersiap dikirim ke Pabrik untuk diolah. Namun, aku sedih dengan lingkungan disana. Masyarakat masih sangat hidup begitu pas pasan. Kondisi yang begitu kontras dengan kondisi di Jakarta dan bagian lain di bumi Indonesia. Hal yang paling mengejutkanku adalah karena ketiadaan fasilitas air bersih disana. Penuturan masyarakat disana mengatakan bahwa mereka sangat tergantung air hujan. dan tanpa hujan mereka tidak bisa berbuat apa apa. Hal itu diperparah dengan belum adanya jaringan listrik terpadu dari PLN. Mereka sebagian besar bergantung pada Genset yang sangat membutuhkan ketersediaan bahan bakar Solar yang mahal. Aku tertegun dan mencoba mengingat betapa mudahnya di pulau Jawa semua diperoleh. Air bersih, Listrik dan semua fasilitas lain yang menjadi hak semua anak Bangsa sangat sering kuhamburkan di tempat asalku dan tempatku tinggal saat ini. Namun di Papua, mereka berteriak akan itu semua. Aku tidak bisa membayangkan bagaimana anak cucu di tanah Papua bisa beroleh itu, dan apakah mereka bisa berkompetisi secara wajar dengan anak bangsa Indonesia di belahan lain. dan yang menyedihkan adalah Negara belum melihat ini semua dan belum melibatkan semua elemen yang ada untuk membangun di tanah ini. Bahkan mungkin perusahaan yang mengambil hasil bumi disana juga belum tentu memperdulikan itu semua. Tingkat pemenuhan fasilitas dan pemerataan yang belum seutuhnya terjadi menjadi catatan saya yang kelima di tanah Papua,,, Tiba saatnya kami hendak pulang ke Jayapura, karena kami harus mengejar waktu. Kami harus tiba di Jayapura segera, karena kondisi jalanan yang tidak begitu baik dan kekuatiran akan bahaya dalam perjalanan kami pulang mengingat situasi yang belum aman di tanah Papua. Kami pulang dan dalam perjalanan kami pulang, kami melihat begitu besarnya potensi tanah Papua. Hutan, Mineral, Batuan, Air, Udara dan begitu banyak potensi lainnya yang belum tergarap. Namun, banyak pencuri di tengah jalan kami. Banyak sekali Illegal Logging yang terjadi di tanah ini. Hasil bumi diambil tanpa izin yang mungkin belum diperoleh. Sungguh sebuah ironi dimana di Jakarta semua orang di Pemerintahan dan Parlemen berteriak Keadilan, Pemerataan, Anti Korupsi dan Kedamaian. Sesaat air mata yang memang sudah saya tahan tertetes. Membayangkan ini semua, membuat saya berkaca apa yang sudah saya perbuat untuk bangsa saya dan untuk Indonesia. I still do nothing for this Country,, ( setelah sekian banyak yang kulakukan, aku menyadari bahwa apa yang kulakukan selama ini bukanlah apa apa dan belumlah apa apa,, ) Ini lah catatan penting terakhir yang kuperoleh Sepulang dalam perjalanan, aku mencoba merenungkan itu semua. Dalam perjalanan menuju Jakarta, aku mencoba menguatkan hati untuk berjuang dan bekerja lebih banyak untuk Indonesia. Mungkin selangkah demi selangkah, dengan pertolongan Tuhan, aku meyakini akan ada hal baik yang bisa diperbuat,,, Papua,,,terimakasih untuk perjalananku yang tidak panjang ini namun membuka mataku yang kecil dan hatiku yang sempit,,, Suatu saat aku akan kembali dan mencoba berbuat sesuatu yang lebih berarti, Papua,,, itu jadi janjiku buatmu,,,

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun