Gender ialah konstruksi sosial atau komitmen nasional atau internasional yang digunakan untuk mencapai sebuah kesetaraan dan keadilan gender, hal ini dapat dilihat bahwa peningkatan kesetaraan dan sebuah keadilan gerder pada bidang pendidikan sangatlah penting untuk dilakukan supaya dapat menjamin lebih untuk semua warga perempuan maupun laki laki agar bisa mengakses pelayanan pendidikan, dan berpartisipasi aktif sehingga perempuan maupun laki laki dapat mengembangkan potensi yang dimiliki secara maksimal.
Upaya yang dapat dilakukan dalam meningkatkan kesetaraan maupun keadilan gender pada bidang pendidikan bisa dikembangkan sejak usia dini baik melalui pendidikan yang formal atau pendidikan nonformal di lingkungan sekitar dengan tujuan dapat menciptakan kondisi belajar yang dapat menghargai kesetaraan gender selain itu supaya dapat mengkritisi bentuk permainan dan media ajar yang masih bias gender.
Pada umumnya terdapat tiga model yang dapat digunakan, yaitu:
1. Ekspresi Emosi
     Anak laki laki maupun perempuan akan menunjukkan perbedaan bawaan yang berkaitan dengan adanya faktor biologis, kenaikan diferensial pada androgen dan estrogen pada masa pubertas, mengaktifkan saraf pada sistem gairah emosional. Adapun perbedaan gender antara perempuan dan laki laki memiliki perbedaan yang dipengaruhi oleh faktor biologis, seperti adanya perbedaan jenis kelamin pada ekspresi gen di dalam rahim yang bisa menyebabkan otak maupun tubuh perbedaan perempuan dan laki laki.
2. Teori Perkembangan Psikologi
     Teori skega gender ialah salah satu teori sosial yang mengusulkan bahwa anak perempuan maupun laki laki dapat mengembangkan skema kognitif untuk jenis kelamin berdasarkan pengamatan lingkungan mereka masing masing.Skema ini meliputi adanya perilaku maupun sifat yang berhubungan dengan adanya perempuan dan laki laki
3. Pembelajaran Sosial Teori/Sosialisasi
     Menurut para ahli mereka telah melakukan studi observasional dari kegiatan interaksi antara orang tua dan anak pada kelas menengah, terutama anak anak prasekolah. Mereka melakukan observasi ini telah menemukan bahwa seorang ayah menunjukkan sebuah respon yang lebih besar untuk marah dan ekspresi emosi yang tidak harmonis dengan anak laki laki dibandingkan dengan anak perempuan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H