"Gangguan penyerapan gizi bu", ucap dokter setelah sekian waktu kami berkonsultasi.
Kecemasanku terbukti. Maryam anakku, mengalami gangguan penyerapan gizi yang mengakibatkan berat badan sulit naik, dan berimbas kepada tinggi badan. Salah satu faktor yang memprakarsai hal ini adalah genetik alergi yang kami- Ayah dan Ibu turunkan sebanyak 60%.
Selama 6 bulan meng-ASI-hi dan 2 bulan MPASI, Alhamdulillah tidak ada kendala berarti. Maryam mampu makan dengan lahap. Semua menu- ayam, daging, telur, hati ayam, hati sapi, hati bebek, udang, ikan- dengan santai ia lahap. Walaupun sesekali ia semburkan suapan tanda sudah kenyang atau bosan.
Setiap bulan, aku selalu optimis bahwa berat badan Maryam akan melesat.
Dengan semangat dan sukacita, ku gendong ia ke polindes yang hanya berjarak beberapa langkah dari rumah: langsung menuju timbangan.
Hasilnya? Demam bapil diare dan ditambah pencetus alergi, benar benar menjadi pencuri tumbuh kembang, huh!
Ingin rasanya aku mengeluh.
Ingin juga rasanya menangis.
Kadang pula aku merasa gagal ketika melihat anak seusia Maryam yang lebih gembul dan roti sobek
Tapi, ketika aku melihat tawa riang Maryam, buru buru aku beristighfar dan meminta maaf kepadanya.
Bukan hanya aku, tapi Maryam juga sedang berjuang kan?
Maryam memulai semua ini dari berat 2,3kg -dibawah rata rata. Tapi ia mampu dan selalu melewati hari dengan gelak tawa dan gerakan lincah.
Kalau aku mengeluh, sama saja aku mengkhianati upaya Maryam, iya kan?
Duh, nak.
Maafkan umma yang memiliki banyak kekurangan selama mengasuh Maryam.
Maafkan umma yang masih sering lupa bahwa ini bukan hanya perjuangan umma, tapi juga Maryam.
Terima kasih sudah selalu percaya dan menumpukan segala rasa aman nyaman Maryam hanya kepada umma seorang.
Umma cinta sekali neuk.
Yuk, semangat bertumbuh
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H