Saat bayi bermain, dunia belajarnya juga mulai terbentuk. Bermain adalah aktivitas alami yang dilakukan oleh bayi yang tidak hanya menyenangkan, tetapi juga cara bayi dalam berkembang. Dengan bermain akan membantu bayi memahami dunia sekitarnya. Dalam konteks behaviorisme, bermain adalah proses antara rangsangan (stimulus) dan reaksi (respons). Seperti teori yang dikemukakan oleh Pavlov yaitu menjelaskan bagaimana rangsangan tertentu dapat memicu respon yang diinginkan, dan dapat diterapkan untuk memahami perkembangan bayi saat bermain.
Dari pengalaman dengan keponakan, saya mengamati bahwa sejak bayi lahir ke dunia ia sudah mulai belajar dari hal-hal kecil. Sejak bayi lahir sampai sekitar umur tiga bulan akan berkembang kemampuan motorik nya misal seperti menggerakkan kaki dan tangannya, bayi juga mulai menangkap suara dan meresponnya dengan tawa. Saat ia mendengar suara ibu nya meskipun dari kejauhan ia akan merasa senang dan menggerak-gerakkan tubuhnya, karena ia sudah mengenali dan terbiasa dengan suara tersebut. Pada saat inilah terjadi interaksi antara rangsangan (stimulus) dan reaksi (respon) yang diinginkan. Peristiwa ini sangat relevan dengan konsep dasar behaviorisme. Dalam pandangan behavioristik, pembelajaran terjadi melalui gabungan antara stimulus lingkungan dan respons perilaku. Suara ibu menjadi stimulus yang kuat dan membuat anak merasa aman dan nyaman, sehingga menimbulkan respons berupa rasa senang.
Behaviorisme menekankan bahwa perilaku dipelajari melalui respons terhadap stimulus. Pada bayi baru lahir sampai tiga bulan juga akan mengalami perkembangan sosial dan emosional yang menjadi awal dari proses belajar. Pada saat usia ini bayi berkomunikasi dengan tangisan, terutama pada saat bayi merasa tidak nyaman, mengantuk, dan lapar. Ini adalah contoh bayi belajar bahwa tangisan adalah perilaku yang menghasilkan respons dari lingkungan yaitu mendapatka asi dari ibu nya. Bayi juga mulai merespon interaksi sosial dengan senyuman, seperti jika ada yang mengajaknya bicara atau bercanda ia akan tertawa. Dengan respon sederhana seperti ini bayi mulai membangun ikatan emosional dengan orang di sekitarnya. Mereka juga mulai belajar mengenali dan merespon dengan berbagai ekspresi wajah dan nada suara.
Pada usia selanjutnya, yaitu empat sampai enam bulan bayi mulai menunjukkan perkembangan motorik yang cukup signifikan. Salah satu nya mereka akan belajar berguling, mereka akan berusaha memutar tubuhnya dari terlentang sampai tengkurap dan sebaliknya. Proses belajar tengkurap ini dilakukan secara bertahap, karena otot mereka belum terlalu kuat. Bayi dapat bertahan dalam posisi tengkurap mungkin hanya sekitar 10-30 detik. Selain itu, pada fase ini mereka juga memiliki rasa ingin tau dengan barang-barang disekitarnya. Mereka akan mencoba meraih barang yang ia rasa menarik di matanya entah itu mainan atau yang lainnya. Aktivitas seperti ini tidak hanya membuat bayi merasa senang tapi juga membantu kemampuan belajar tangan bayi dalam menggenggam barang yang diraihnya. Perkembangan motorik dan perilaku bayi pada usia ini dapat dikaitkan dengan prinsip-prinsip behaviorisme. Ketika bayi berhasil melakukan gerakan seperti berguling atau meraih benda, mereka mendapatkan pengalaman yang menyenangkan. Pengalaman ini memberikan dampak positif bagi bayi, yang mendorong mereka untuk mengulangi perilaku tersebut. Selain itu, interaksi bayi dengan lingkungan sekitarnya dan respons yang mereka terima dari lingkungan, misalnya pujian atau perhatian orang tua, juga berperan penting dalam membentuk perilaku mereka. Sesuai dengan pandangan behaviorisme yang menekankan lingkungan dalam pembelajaran.
Di usia ini bayi juga mulai mengenali anggota keluarga nya. Wajah yang sering ia lihat, suara-suara yang sudah tidak asing di telinga nya mulai terbenak di ingatan mereka. Bayi mulai mengenali anggota keluarga melalui fisik nya contoh seperti wajah, warna rambut, nada suara, bahkan aroma tubuh anggota keluarga nya. Bayi belajar melalui berulang-ulang, di mana mereka mulai merespons secara emosional terhadap rangsangan yang diberikan oleh lingkungan sekitarnya. Berinteraksi dengan anggota keluarga juga termasuk cara bayi untuk belajar mengenali dan merespons emosi. Naluri bayi sangat kuat, misal jika ayah berbicara dengan nada yang ceria dan mengajaknya bercanda maka bayi akan ikut tertawa disitulah bayi akan belajar bahwa itu adalah ekspresi bahagia. Nah begitu pun sebaliknya, misal ketika ibu berbicara dengan nada marah maka bayi juga akan merasa tidak nyaman, mereka akan merespons dengan tangisan nya. Pada saat itu pula bayi belajar bahwa itu adalah ekspresi marah. Interaksi bayi dengan anggota keluarga nya adalah dasar untuk perkembangan mereka. Bayi akan meniru suara, ekspresi wajah dan gerakan tubuh keluarga nya. Meskipun ketika diajak bicara bayi belum memahami apa yang dikatakan nya.
Dari sudut pandang teori behaviorisme, bayi belajar dengan menghubungkan rangsangan dengan reaksi. Contohnya, ketika ibu mendekati bayi dengan tersenyum dan berbicara lembut maka bayi akan mulai merasa nyaman dan aman dengan kehadiran ibu nya. Sementara itu, respon bayi seperti tersenyum atau tertawa sering mendapat perhatian positif dari orang tua nya, seperti pelukan atau pujian. Aktivitas ini dapat mendorong bayi untuk mengulangi perilaku nya lagi. Selain itu, ekspresi wajah dan nada suara yang berasal dari anggota keluarga juga berfungsi sebagai bentuk komunikasi bahasa tubuh yang membantu bayi memahami emosi dan maksud orang-orang sekitarnya. Proses ini penting dalam perkembangan sosial dan emosional bayi karena menjadi dasar bagi kemampuan mereka untuk berinteraksi dengan lingkungan sosial pada kedepannya. Meskipun pada tahap awal bayi belum sepenuhnya memahami arti kata-kata yang diucapkan kepadanya, mereka sudah mulai mengamati dan meniru nya. Hal ini sejalan dengan prinsip behaviorisme yang menekankan pentingnya pembelajaran melalui interaksi langsung dengan lingkungan. Dengan demikian, proses perkembangan ini menunjukkan bagaimana pengalaman sehari-hari dan interaksi sosial memainkan peran penting dalam membentuk perilaku serta respons emosional bayi. Teori behaviorisme membantu menjelaskan bagaimana pola-pola perilaku tertentu terbentuk melalui proses pembelajaran yang melibatkan stimulus dan respons.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI