sumber foto : http://sp.beritasatu.com/media/images/original/20131105182734692.jpg
Heemmm coba kita renungkan diri kita kapankah terakhir kita melakukan evaluasi terhadap diri sendiri?. Satu tahun yang lalu, bulan lalu, minggu lalu, atau tidak pernah. Pernahkan kita mendengar “hari ini harus lebih baik dari kemarin, dan hari esok harus lebih baik dari hari ini”. Pasti semua pernah dan sering mendengar, karena itu mari renungkan sejenak dalam keheningan malam (sholat tahajud). Sudahkah kita menjadi lebih baik? Mau kemana kita di tahun 2017? tahun telah berganti sudahkah kita berganti menjadi lebih baik?
Jika belum, mari kita mengevaluasi diri kita sendiri secepatnya agar tidak menyesal di kemudian hari. Karena penyesalan pasti datang terlambat, dan kita tidak bisa nengulang kembali masa tersebut. Jauh lebih baik kita mencegah penyesalan kedepan yang mungkin bisa dialami.
Caranya bagaimana dan kapan perlu mengevaluasi diri? saat kita bangun tidur dengan kebingungan dan bertanya-tanya sudahkah kita mencapai apa yang kita cari. Kemudian tidur lagi tanpa bisa berpikir lagi apa yang dilakukan. Atau hubungan yang memburuk dengan orang-orang sekitar kita maka itulah saat kita perlu instropeksi.
Perasaan tidak puas terus menerus bisa mempengaruhi kondisi jiwa , emosi dan dampak hubunggan dengan orang sekitar kita. Jika tidak melakukan evaluasi diri untuk menemukan solusinya maka kita hanya berputar-putar tanpa ujung penyelesaian. Begitu pentingnya evaluasi diri sampai-sampai filsuf Scorates mengatakan “bahwa hidup yang tidak pernah diperiksa adalah hidup yang tidak layak dijalani”
Dan umumnya manusia melakukan evaluasi diri ketika mengalami sandungan hidup seperti dikeluarkan dari tempat kerja, di putus pacar, gaji kecil, dipecat, di usir dari kos-kosan, atau sebagai mahasiswa mendapat peringgatan DO atau tidak bisa ikut ujian karena sudah 4 kali tidak masuk kuliah. Karena itu perlunya kita mencari akar permasalahan dengan fokus melihat diri kita sendiri lebih jauh, bukan teman, pacar, ataupun orang tua. Ibarat pohon kita perlu memperkuat akar-akarnya (diri sendiri) sementara pekerjaan, pertemanan, organisasi, dan masyarakat itu bagian dari cabang-cabangnya.
Mengevaluasi diri secara rutin bisa membuat kita lebih memahami kepribadian kita dan menjadi lebih mengetahui nilai-nilai apa yang penting bagi kita. kita tidak perlu mengunggu adanya permasalahan hidup untuk evaluasi. Dan tidak semua hal menjadi pertimbangan evaluasi seperti gaji kecil. Bisa saja minat dan ketertarikan akan sesuatu justru bisa menjadikan kita bahagia walau gaji kecil. Itupun dengan catatan kita bisa memprioritaskan apa saja yang menjadi minat , tujuan jangka panjang dan keahlian kita dengan memahami diri sendiri terlebih dahulu.
Ada saat diri kita bisa berada di persimpangan evaluasi diri karena banyak nya pilihan. Karena itu perlunya meminta masukan dari orang terdekat akan solusi kesimpulan yang kita dapat bisa menghindarkan subyektivitas. Hanya saja orang-orang malu dan takut mengakui, dengan melakukan diskusi kepada orang terdekat. Dan jangan pernah mengambil keputusan penting saat kita sedang emosiaonal, terutama yang berakibat jangka panjang.
Nah yang menjadi pertanyan sekarang dengan memasuki tahun 2017 sudah berapa kali-kah kita melakukan evaluasi diri. Jika hanya setahun sekali maka kita mengalami jalan ditempat. Sementara jika kita rutin evaluasi diri mungkin lewat sholat tahajud, kita bisa dengan cepat mengetahui hal-hal positif dan hal-hal negatif yang telah dicapai. Sehinga perbaikan bisa segera di lakukan dan itulah yang menjadikan kkita tidak terjerumus di kubangan yang sama. mari di tahun 2017 ini kita melakukan perbaiakan secara terus menerus tanpa menguggu mengalami rintangan hidup.
Sumber :
http://ekhardhi.blogspot.co.id/2010/11/sikap-evaluasi-diri-untuk-mengenal.html