Mohon tunggu...
Ulya IlhamHakiky
Ulya IlhamHakiky Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

saya merupakan mahasiswi dari jurusan Sejarah Peradaban Islam yang berusaha menulis artikel yang menarik.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Wanita Pejuang HAM dari Tanah Papua Yosepha Alomang

26 Juni 2024   17:08 Diperbarui: 26 Juni 2024   17:14 38
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Mama Yosepha Alomang -- Sarklewer http://www.hkip.or.id/2022/11/tokoh-gereja-yosepha-alomang-pejuang.html

A. Biografi Yosepha Alomang

Yosepha Alomang seorang wanita yang lahir pada tahun 1940 di Kampung Tsinga, Tembagapura, Papua Tengah. Ia lahir dari keluarga yang sederhana dan sedari kecil Yosepha Alomang sudah menjadi yatim-piatu. Ayah Yosepha Alomang yang bernama Nereus Magal meninggal ketika Yosepha masih kecil, sedangkan ibunya meninggal dunia ketika Yosepha remaja. Maka dari itu Yosepha Alomang tumbuh dan dibesarkan oleh kakek dan neneknya. Dari kakek dan nenek Yosepha Alomang ia belajar tentang adat dan budaya Suku Amungme serta belajar arti penting perjuangan untuk keadilan dan kesejahteraan.

Keterbatasan ekonomi dan mencari kehidupan yang masih berpindah-pindah sebab tuntutan di masa penjajahan Belanda, membuat ia hanya bisa merasakan pendidikan hanya sampai sekolah dasar, itu pun ia dapatkan dari bantuan pihak Gereja Katolik. Beliau lebih banyak belajar melalui pengalaman hidupnya, yang menjadi pendorong semangatnya untuk terus belajar, Ia belajar secara otodidak.

B. Seorang yang Agamis

Yosepha Alomang adalah tokoh yang sangat berpengaruh dan terkenal di agama Nasrani. Yosepha Alomang, ia beragama Kristen Protistan. Agama menjadi landasan hidup yang selalu ia tanamkan dalam perjalanan hidupnya. Tahun 1970-an, Yosepha Alomang mengabdikan dirinya sebagai bidan dengan bantuan gereja katolik. Tidak hanya sebagai bidan, namun ia juga turut mengorganisirkan gereja dengan bantuan perempuan-perempuan sekitar untuk mengaktifkan kesadaran dalam menjaga lingkungan sekitarnya.

Yosepha Alomang percaya bahwa Agama Kristen mengajarkan tentang keadilan dan kesetaraan. Ia yakin bahwa Agama Kristen dapat menjadi kekuatan positif dalam perjuangannya. Selama ini dalam perjuangannya membela hak asasi manusia yosepha sering menggunakan symbol-simbol Kristen (salib).

Yosepha sering mengutip ayat-ayat Alkitab dalam pidato-pidatonya. Misalnya, ia sering sekali mengutip ayat Matius 25:40, yang berbunyi " sesungguhnya aku berkata kepadamu: Apa yang telah kamu perbuat untuk salah seorang dari saudara-Ku yang paling hina ini, telah kamu perbuat untuk Aku." Itulah salah satu ayat yang sering dia katakana. Dia percaya bahwa Agama Kristen dapat memberikan kekuatan dan inspirasi dan kekuatan bagi para pejuang hak asasi manusia. Berikut ini adalah kutipan dari Yosepha Alomang yang menunjukkan bagaimana ia memandang agama dala perjuangan membela HAM:

  • "Saya sering membawa salib dalam aksi-aksi saya. Salib adalah simbol perlawanan saya terhadap ketidakadilan. Salib adalah simbol harapan saya untuk dunia yang lebih adil dan setara."
  • "Saya percaya bahwa apa yang saya lakukan adalah benar. Saya percaya bahwa saya sedang melakukan apa yang seharusnya dilakukan oleh seorang Kristen. Saya percaya bahwa saya sedang membela kebenaran dan keadilan."
  • "Saya adalah seorang Kristen, dan saya percaya bahwa agama saya mengajarkan tentang keadilan dan kesetaraan. Saya percaya bahwa agama saya dapat menjadi kekuatan yang positif dalam perjuangan hak asasi manusia."

Dalam sebuah wawancara di tahun 2002, Yosepha Alomang mengatakan agama itu sangat penting baginya dan menjadi kekuatan besar bagi dirinya dalam menghadapi hidup, termasuk perjuangan untuk memperoleh hal-hak masyarakat Papua. Seorang pendeta yang bernama Pater Natalis Henepitia mengungkapkan bahwa  Yosepha Alomang adalah simbol emansipasi perempuan Papua. Hal itu terlihat dari sifatnya yang tangguh, pemberani, pekerja keras dan memiliki semangat yang tinggi untuk membela kebenaran dan keadilan.

C. Awal Mula Perjuangan 

Yosepha Alomang mulai dikenal banyak orang sejak ia mulai membela hak asasi masyarakat Papua pada tahun 1970-an. Motivasi dan inspirasi perjuangan emansipasi Yosepha Alomang muncul ketika melihat kebrutalan, kefatalan, dan keradikalan penjajah Indonesia melalui PT Freeport dan antek-anteknya menggusur suku bangsa Amungme, Kamoro, dan bangsa Papua, sama persis seperti Mama Angganeta Manufandu tempo lalu (Giyai dan Kambai. 2003. Hal. 39)

Freeport adalah tambang emas raksasa dunia yang beroperasi di lereng Nemangkawi yang mendapat izin dari pemerintah tahun 1967. Perizinan ini didukung dengan lahirnya Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1967 tentang Penanaman Modal Asing yang disahkan pada 10 Januari 1967. Gunung ini dianggap keramat dalam keyakinan masyarakat Amugme, Komoro dan beberapa suku kerabat lainnya yang tinggal di sekitar gunung itu. Gunung Nemangkawi menjadi tempat bagi masyarakat Papua untuk bertahan hidup, sebab gunung inilah yang menjadi sumber utama bagi mereka mencari makan dan minum. Bahkan dapat diibaratkan Gunung Namangkawi ini sebagai susu dan madu masyarakat Papua. Mulai beroprasinya Freeport ini membuat banyak sekali kerugian bagi masyarakat Papua terutama terkait lahan mereka yang diambil alih menjadi tempat industri mereka sendiri. Kerugian yang dialami seperti hutan menjadi hancur dan sungai yang tercemar akibat sampah industri yang telah diproduksi. Setidaknya 200.000 ton limbah dibuang ke sungai-sungai setiap harinya. Perilaku ini menjadi penyulut problem yang menimbulkan warga Papua marah dan merasa dirugikan.  Kata mama Yosepha Alomang "Gunung Nemakawi itu saya. Danau Wanagon itu saya punya sumsum. Laut itu saya punya kaki. Tanah di tenah ini tubuh saya. Kou (anda) sudah makan saya. Mana bagian dari saya yang kou belum makan dan hancurkan? Kou sebagai pemrintah harus lihat dan sadar bahwa kou sedang makan saya. Coba kou hargai tanah dan tubuh saya". (Markus Haluk. 2014)

 Hutan dan lingkungan sekitar yang menjadi rumah mereka rusak akibat aktivitas tambang PT Freeport. Kawasan perkebunan yang digunakan untuk memenuhi kebutuhan hidup nyaris lenyap, air sungai menjadi keruh dan gunung habis digasak oleh alat-alat berat. Melihat kondisi seperti itu, Yosepha bersama pihak Geraja Katolik mendirikan Koperasi Kulakok yang memasarkan hasil kebun mereka. Namun, Freeport yang lebih memilih memasok makanan dari luar Papua dalam artian mereka tidak memberi dukungan atau tidak memihak pada masyarakat Papua. Lantas hal ini menjadi kekecewaan bagi Yosepha dan masyarakat sekitar yang pada akhirnya mereka melakukan protes dengan menghancurkan buah-buahan dan sayur-sayuran impor.

Pada tahun 1991, Yosepha memimpin aksi unjuk rasa selama kurang lebih tiga hari. Dalam aksinya ini memasang api di landasan udara sebagai tanda porotes atas penolakan Freeport dan pemerintah Indonesia untuk mendengarkan keperihatinan rakyat setempat dan perlakuan buruk yang berkelanjutan terhadap rakyat di Papua. Aksi unjuk rasa ini menyebabkan Yosepha masuk penjara selama dua tahun. Namun setelah keluar dari penjara ia tetap melanjutkan perjuanganya untuk membela rakyat Papua.

Banyaknya kasus kekerasan terhadap masyarakat Papua terutama bagi kaum perempuan. "Banyak perempuan kita yang mengalami kekerasan dalam rumah tangga dan terpinggirkan dari ruang publik, kami ingin melakukan sesuatu''. Selama pendudukan militer di Papua, Yosepha, "Banyak perempuan diperkosa dan keluarga kehilangan orang mereka cintai''. Pada tahun 1992, Yosepha Alomang menggerakkan ratusan kaum perempuan Amungme untuk membuat tungku api besar-besaran di bandara Timika yang membuat aktivitas penerbangan berhenti total. Aksi ini tidak lain adalah bentuk protes terhadap perusakan lingkungan dan perampasan tanah masyarakat Timika oleh PT Freeport yang berkepentingan membangun sejumlah gedung dan hotel di daerah Timika. Dari kasus yang tidak terselesaikan selama bertahun-tahun, Yosepha ditemani para perempuan Papua melakukan pengajuan gugatan terhadap PT Freeport melalui pengadilan federal dan Negara bagian New Orleans Amerika Serikat. Pada tahun 1993, ia mulai bergabung dengan lembaga Masyarakat Adat Amungme, namun setahun kemudian ia ditangkap oleh tentara kerena tuduhan dalam membantu Organisasi Papua Merdeka (Luviana, 2002).

 Semangat dan rasa kemanusian yang tinggi membuatnya terus bergerak untuk menyuarakan keadilan. Setelah bebas dari tahanan, ia mengajukan tuntutan perdata kepada Freeport McMoran Copper & Gold Amerika Serikat dan menuntut ganti rugi atas dirinya serta kerusakan lingkungan yang diakibatkan aktivitas pertambangan. Kegigihannya itu ternyata menuai hasil yang baik. Ia dinyatakan menang melawan perusahaan tambang emas raksasa. Perusahaan ini harus memberikan ganti rugi sebesar $248.000 yang kemudian oleh Yosepha digunakan untuk pembangunan yang bermanfaat bagi kemaslahatan masyarakat Papua, seperti klinik, gedung pertemuan, panti asuhan anak yatim dan monumen pelanggaran hak-hak asasi manusia (ValidNews).

D. Penghargaan Atas Jasanya

Perempuan tangguh dari tanah Papua ini tidak banyak orang Indonesia tau akan jasanya, akan tetapi sepak terjangnya sudah diakui oleh dunia internasional melalui penghargaan yang telah diterimannya. Pada tahun Yap Tian Hiyen Award yaitu penghargaan yang diberikan oleh Pusat Studi Hak Asasi Manusia terhadap oraang yang sudah berjasa besar dalam Upaya nebegakkab hak asasi manusia di Indonesia. Pada tahun 2001, Yosepha Alomang dianugrahi penghargaan dunia yaitu Anugrah Lingkungan Goldman (Goldman Environmental Prize). Pada tahun yang sama ia juga mendirikan Yayasan Hak Asasi Manusia Anti Kekerasan (YAHAMAK). Yayasan ini didirikannya untuk meningkatkan kesadaran perempuan Papua tentang hak-hak mereka dan untuk memberdayakan mereka secara ekonomi. Pada tahun 2002, ia menerima penghargaan dari United Nations Development Fund for Women (UNIFEM) dan penghargaan International Women of Courage Award diberikan padanya dari Departemen Luar Negeri Amerika Serikat pada tahun 2012.

Dibawah ini adalah beberapa pencapayan yang sudah didapatkan oleh Yosepha Alomang selama perjuangannya membela hak asasi manusia:

  • Membantu meningkatkan kesadaran masyarakat internasional tentang pelanggaran hak asasi manusia di Papua
  • Mendorong pemerintah Indonesia untuk meningkatkan perlindungan terhadap masyarakat adat.
  • Menjadi salah satu tokoh kunci dalam Gerakan perlawanan terhadap PT Freeport Indonesia

Dengan keyakinannya yang kuat terhadap agama, membuat Yosepha Alomang sangat bersemangat memperjuangkan hak-hak masyarakat Papua. Beliau percaya bahwa agama mengajarkan kita untuk mencintai sesama manusia dan untuk berjuang demi keadilan dan kesejahteraan masyarakat banyak. "Kalau bapak (pemerintah) bunuh saya sekarang, itu kehendak Tuhan, dan ia akan terima saya. Bapak selamatkan saya pun itu kehendak Tuhan. Bukan bapak." Yosepha Alomang ketika ditangkap.

" Banyak orang berbicara tentang kebebasan. Tapi apa arti kebebasan bagi orang Papua? Kebabasan adalah ketika masyarakatnya berpendidikan dan terbebas dari penderitaan. Itulah arti kebebasan dalam Bahasa kami (Papua) '', ucap Yosepha. (Rafael Sebayang)

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun