maka biarkan aku menulis puisi
sekali lagi
bukan untukmu
atau siapa pun
sekadar untuk membaca diriku sendiri
berbulan urung menulis puisi
aku mengeja luka yang tak biasa
kutemukan ia pada kantung mataku yang sembab entah karena apa
kaulah!
tidak!
sebab kau sudah tertinggal di antara hiruk pikuk arus mudik
hingga debu membenamkan namamu di udara
di tengah perjalanan itu kau cidera
luka-luka parah
lalu mati menggigil di pinggir ingatanku
anehnya meski tlah kulupa kau
sekujur tubuh ini tetap saja beku
melihat kau ringsek dalam kenang batinku
sudah cukup!
takkan kubiarkan segala kenang mengendarai
batinku yang tlah tenang
kelak kau takkan ada lagi
jalur menelikung menujumu sudah tertutup rapat
dan logikaku takkan membiarkannya
berdesak dalam perjalanan padat
aku tlah menemukan jalan terang menuju cahaya
dan tak kutemui kau di sana.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H