Mohon tunggu...
NL _
NL _ Mohon Tunggu... -

seorang perempuan--sederhana saja. Menyukai langit, musim gugur dan coklat panas.

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Maka Biarkan Aku Menulis Puisi

17 Agustus 2013   10:22 Diperbarui: 24 Juni 2015   09:12 88
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

maka biarkan aku menulis puisi
sekali lagi
bukan untukmu
atau siapa pun
sekadar untuk membaca diriku sendiri

berbulan urung menulis puisi
aku mengeja luka yang tak biasa
kutemukan ia pada kantung mataku yang sembab entah karena apa

kaulah!
tidak!
sebab kau sudah tertinggal di antara hiruk pikuk arus mudik
hingga debu membenamkan namamu di udara

di tengah perjalanan itu kau cidera
luka-luka parah
lalu mati menggigil di pinggir ingatanku

anehnya meski tlah kulupa kau
sekujur tubuh ini tetap saja beku
melihat kau ringsek dalam kenang batinku

sudah cukup!
takkan kubiarkan segala kenang mengendarai
batinku yang tlah tenang

kelak kau takkan ada lagi
jalur menelikung menujumu sudah tertutup rapat
dan logikaku takkan membiarkannya
berdesak dalam perjalanan padat

aku tlah menemukan jalan terang menuju cahaya
dan tak kutemui kau di sana.

Cirebon, 12 Agustus 2013.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun