Mohon tunggu...
NL _
NL _ Mohon Tunggu... -

seorang perempuan--sederhana saja. Menyukai langit, musim gugur dan coklat panas.

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Hujan di Palestina

2 Desember 2012   02:50 Diperbarui: 24 Juni 2015   20:20 85
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

musim penghujan

air mata menggenang

darah tumpah

berbilah-bilah

di tanah gaza



muharam tiba

langit ditempa

cuaca papa

pecah luka

bom membahana

serdadu israel makin gila



kemudian kita tengok televisi

banjir darah mengendusi tiap nyawa yang pecah

rudal buncah menggerusi hari yang patah

tubuh-tubuh mereka terserak menjadi remah berdarah

palestina tak henti menyayatkan elegi yang begitu panjang

sedang kita hanya bisa bungkam dengan segala yang menerjang

berulang kali kubaca kisahnya

ternyata hujan masih tandang di sana

ia masih patuh mengguyuri tiap doa yang jatuh

juga mengiringi tiap langkah suci

para pemegang bayonet ilahi

: peluk mereka tanpa sekat, ya rabbi.

Bandung, 2012

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun