Keberagaman muslim saat ini menjadi cerminan dari dinamika yang beragam dan selalu berubah-ubah. Bukan hanya itu ajaran islam pun menjadi pondasi spiritual, tetapi juga bisa berpengaruh dari lingkungan sosial ,budaya pop ,politik global hingga perkembangan teknologi yang mengubah cara umat muslim menjalani dan mengekspresikan keyakinan mereka. Dalam era digital dan globalisasi, pendekatan sosiologis menjadi sangat penting untuk kita bisa memahami bagaimana identitas religious seseorang itu dibentuk dan ditantang oleh arus informasi yang cepat serta interaksi lintas budaya seperti sekarang ini. Agama bukan lagi hanya sekedar urusan pribadi atau ritual, tetapi juga bagian dari percakapan global yang terus berkembang seiring dengan perubahan masyarakat modern.
Dalam masyarakat modern yang terus berubah - ubah, muslim di berbagai belahan dunia menghadapi tantangan dalam mengekspresikan dan mempraktikkan keyakinan mereka. Maka dari itu pendekatan sosiologis ini memberikan cara pandang yang lebih universal untuk melihat bagaimana keberagamaan muslim bisa terbentuk, berkembang, dan beradaptasi dengan perubahan sosial. Dalam konteks ini dipandang sebagai bagian dari kehidupan sosial yang dinamis, dimana interaksi antara agama dan masyarakat terus menerus mempengaruhi satu sama lain.
Sosiologis agama memahami hubungan timbal balik antara agama dan masyarakat. Dalam konteks islam berarti mempelajari bagaimana umat muslim mempraktikkan keyakinan mereka dalam berbagai lingkungan sosial yang berbeda. Dalam buku Max Weber yang berjudul Sosiologis Agama tahun 2019, menegaskan bahwa agama bukan hanya tentang hubungan spiritual individu dengan tuhan ,tetapi juga berfungsi sebagai system nilai yang mengatur perilaku sosial. Fleksibel nya dimana dalam islam kegiatan religious seperti sholat dan puasa bukaan hanya  tindakan ibadah ,tetapi juga mencerminkan nilai- nilai ketaatan,  disiplin dan solidaritas sosial. Namun,  muslim menjalankan ajaran sangat dipengaruhi oleh struktur sosial dan kondisi masyarakat tempat mereka tinggal, yang membuat praktik keberagamaan bisa bervariasi antara satu tempat dan tempat lainnya. Maksud yang terkandung pada lingkungan sosial ,budaya ,dan politik tempat mereka tinggal. Contoh dasarnya yaitu Negara-negara dengan mayoritas muslim ,seperti arab Saudi atau Indonesia ,umat muslim mungkin lebih terbiasa mengekspresikan keyakinan mereka secara terbuka dalam ruang publik. Sholat berjamaah dimasjid dalam lima waktu sehari, menggunakan pakaian yang mengikuti norma agama ,dan menghadiri acara - acara keagamaan besar yang umum dilakukan secara kolektif. Namun, negara-negara dengan mayoritas muslim seperti prancis dan amerika serikat umat muslim yang tinggal disana lebih memilih untuk menjalankan agama mereka dengan raung privat atau dengan cara yang lebih terselubung, karena ada pengaruh budaya sekuler yang lebih dominan atau bahkan keterbatasan sosial tertentu. Disini, kita bisa melihat meskipun ajaran agama tetap sama, hanya saja cara mengekspresikan dan mempraktikkan ajaran tersebut dapat berubah sesuai dengan kondisi sosial setempat. Sehingga kondisi sosial dan budaya memainkan peran penting dalam membentuk praktik keberagamaan.
Selain itu, pengaruh politik juga sangat signifikan dalam membentuk keberagaman muslim. Dibeberapa Negara, agama dan politik terkait dengan sangat kuat. Negara- Negara seperti Iran dan Arab Saudi menerapkan sistem hukum diberlakukannya secara ketat oleh negara. Dalam situasi ini ,keberagamaan bersifat  public dan dikendalikan oleh otoritas politik. Di negara-negara lain ,seperti Indonesia meskipun tidak berbasis hukum agama islam tetap  memainkan peran penting dalam politik. Partai politik-politik berbasis islam dan organisasi keagamaan sering memengaruhi kebijakan publik yang berdampak pada bagaimana agama dipraktikkan ditingkat nasional dan regional. Pengaruh politik ini memperlihatkan bahwa keberagamaan tidak hanya soal keyakinan pribadi tetapi juga merupakan bagian dari sistem sosial yang lebih besar.
Globalisasi dan moderasi juga menjadi faktor penting yang mempengaruhi keberagamaan muslim. Arus informasi yang cepat ,terutama melalui internet dan media sosial,telah membuka akses umat muslim terhadap berbagai pandangan dan interpretasi ajaran islam. Hal ini bisa memperluas wawasan mereka tetapi juga menghadirkan tantangan baru , terutama terkait dengan otentisitas dan keseluruhan dengan tradisi islam yang dianggap "murni". Di satu sisi, globalisasi memungkinkan umat islam untuk memahami islam secara lebih dalam plural dan terbuka. Namun, disisi lain globalisasi juga memicu perdebatan mengenai "kemurnian" ajaran islam antara kelompok konservatif dan progresif. Dalam konteks ini,pendekatan sosiologis membantu kita melihat bahwa keberagaman muslim adalah fenomena yang kompleks dan selalu berkembang seiring dengan perubahan zaman.
Dengan memahami keberagaman muslim melalui pendekatan sosiologis ,kita dapat melihat bahwa agama bukan hanya soal ajaran teologis yang kaku, tetapi juga fenomena sosial yang dinamis. Faktor-faktor eksternal, seperti kelas sosial ,lingkungan budaya, politik, dan globalisasi. Semuanya berperan dalam membentuk cara muslim menjalankan dan memaknai agama mereka. Keberagamaan bersifat beragam, sesuai dengan konteks sosial dimana seseorang hidup. Agama ,dalam hal ini islam terus berubah dan berkembang mengikuti dinamika sosial masyarakat yang menunjukkan bahwa keberagamaan tidaklah statis/tetap, melainkan selalu berinteraksi dengan perubahan sosial disekitarnya.
Nama : Ulva Lailatul Hasanah
Kelas : Perbankan Syariah 1/2024
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI