Hari senin 11 September lalu, aku memaksa diri beranjak dari tempat tidurku mengumpulkan niat untuk kuliah di terik matahari yang menyengat.Â
Siapa yang tidak malas kuliah tengah hari berjalan kaki, tapi sesampainya di kampus hijau nan rindang ini kutemui banyak manusia-manusia yang memiliki semangat sekaligus penyemangatku
Akhirnya kuliah jam pertama selesai, berganti dengan kuliah jam terakhir untuk aku yang ingin segera pulang
Mata kuliah logika, siapa yang tak paham logika?
Aku juga tak memahami awalnya sebelum dosenku bapak Harry Purwanto menjelaskan rinci dengan suara lantangnya yang sedikit menyapu rasa kantuk yang sedari tadi hinggap saja di benak.
Katanya "Logika adalah sesuatu yang masuk akal, harus rasional, nyata, ada faktanya, menalar dan empiris"
Disitu, aku menyimpulkan sendiri tentang dia yang hadirnya tak masuk akal, perginya tak rasional tapi nyata dan ada faktanya. Bukankah aku dipenuhi tanda tanya tadinya?
Tapi, sudahlah dia bukan pelajaran yang harus aku bahas di sini.
Logika yang aku pahami adalah cara berfikir praktis menggunakan akal, sedangkan kata-kata yang begitu melekat adalah logika merupakan cabang ilmu dari filsafat yang dapat di praktikan dalam kehidupan sehari - hari. Sampai sini aku mulai bingung memahami sebab filsafat pernah tidak aku sukai.
Jadi, aku menarik kesimpulan sendiri bahwa, Logika adalah sarana berpikir yang sistematis, setiap manusia yang lahir di dunia harus berpikir menggunakan logika, namun terkadang masih ada saja sejumlah manusia  yang berpikir atau melakukan sesuatu diluar akal sehat.
Setelah itu, aku semakin paham bahwa jatuh cinta tidak hanya harus dengan perasaan saja, tapi juga harus disertai dengan logika, supaya jatuh cintanya tak terlalu parah yang akhirnya akan patah.