Seminggu sebelum bulan puasa tahun lalu, saya diberi kesempatan untuk mengunjungi tempat ini. Itu lah penampakan Bab e Khyber atau gerbang Khyber yang merupakan salah satu monumen bersejarah di Pakistan. Gerbang tersebut terletak di Peshawar 16 Km dari kota Peshawar ibukota provinsi Khyber Pakhtunkwa (KPK). Gambar gerbang ini terdapat di mata uang kertas 10 rupees Pakistan.Â
Bangunan ini sendiri dibangun pada abad ke 10 dan merupakan simbol pintu masuk memasuki wilayah Asia Selatan. Jalan ini banyak dilalui oleh penakluk-penakluk dahulu kala seperti Alexander the Great, kerajaan Persia yang menginvasi wilayah Hindustan ataupun Babur yang mengungsi ke Afghanistan dari Uzbekistan sang pendiri Kerajaan Mughal di Delhi.
Apabila  kita meneruskan perjalanan sekitar satu jam ke arah barat, maka kita akan sampai di Torkham sebuah wilayah yang akan mengantarkan kita memasuki Afghanistan. Di Torkham pula terdapat sebuah kantor bagian imigrasi yang mengatur keluar masuk manusia yang hendak ke Afghanistan ataupun Pakistan. Selepas Torkham tidak serta merta langsung menginjak bumi Afghanistan, melainkan kita akan melawati sebuah wilayah yang dikenal dengan sebutan tribal area.Â
Daerah ini bukan wilayah Pakistan maupun Afghanistan. Wilayah ini merupakan daerah yang berbahaya karena tidak ada hukum yang menaungi di sini. Hukum yang berlaku adalah hukum suku Pashtu yang mendiami wilayah ini.
Suku Pashtu adalah suku yang mendiami Pakistan maupun Afganistan. Pashtu Pakistan dapat berbicara bahasa Pashto dan Urdu, sedangkan di bagian Afghanistan mereka berbicara Pashto dan Farsi. Suku ini terkenal sebagai suku yang paling konservatif di Pakistan maupun Afghanistan. Kalau anda pernah mendengar Taliban, sebagian besar anggotanya merupakan suku ini baik Taliban Pakistan maupun Afganistan.Â
Suku ini juga terkenal dengan agamanya yang kuat. Fisik mereka sangat kuat dan besar, tetapi apabila sudah berbicara mengenai agama hati mereka gampang sekali luluh. Dan satu lagi, wanita dari suku ini sangat terkenal akan kecantikannya. Walaupun kita tidak akan dapat melihat mereka secara langsung karena mereka selalu memakai Burka yakni sejenis baju kurung yang menutupi badan wanita dari ujung kepala sampai kaki. Hanya ada lubang-lubang kecil di bagian mata agar mereka dapat melihat keluar.
Untuk mencapai gerbang itu cukup mudah. Apabila kita dari Islamabad yang merupakan ibukota Pakistan, perjalanan dapat dilakukan dengan menggunakan kereta api maupun bus. Kebetulan saya menggunakan kereta api dari Islamabad tujuan Peshawar dengan tarif 250 rupees atau setara dengan 30rb rupiah. Perjalanan memakan waktu sekitar 3,5 jam. Kemudian dilanjutkan dengan bus tepat di depan stasiun dengan tarif 40 rupees. Perjalanan di bus memutuhkan waktu sekitar 2 jam.
Diperlukan keberanian untuk mengunjungi tempat ini. Bukan rahasia umum kalau Peshawar merupakan zona merah untuk dikunjungi dan sering terjadi ledakan bom. Jangan heran pula di sepanjang jalan banyak tentara lengkap dengan senjatanya selalu bersiaga. Semua orang di wilayah ini memakai pakaian yang sama yakni Shalwar dan Qomish. Kita akan terlihat aneh apabila memakai jeans, kaos ataupun kemeja.Â
Kalau kita berpakaian seperti itu bersiap-siap jadi pusat perhatian karena semua mata akan tertuju kepada kita. Pengalaman itu pula yang penulis rasakan. Walaupun perjalanan sedikit memacu adrenalin, tetapi ada rasa puas ketika sampai di gerbang para penakluk.
sumber: blog pribadi penulis http://ulumuddinwanderer.blogspot.co.id/
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H