Mohon tunggu...
Asep Ulum
Asep Ulum Mohon Tunggu... -

Kalau kau meminta maka tak akan kuberi

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Berucap Kata Baik Adalah Bukti

20 Februari 2011   01:32 Diperbarui: 26 Juni 2015   08:27 995
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Manusia dianugerahi lisan dengan segala keajaiban fungsinya. Entah sudah berapa ratus ragam banyak bahasa manusia, belum lagi jika perbedaan aksen dihitung berbeda, nominal perbedaan bahasa yang dimiliki manusia bisa mencapai angka enam ribuan. Keajaiban fungsi lisan ini tidak dimiliki oleh makhluk lain yang sama-sama mendiami bumi. Fakta ini saja seharusnya sudah membuat manusia berfikir akan pentingnya posisi lisan bagi kehidupan.

Setiap kita bebas mengeluarkan bunyi apapun dari lisan. Jika bunyi itu memiliki makna-dimengerti oleh diri sendiri dan orang lain- maka itulah bahasa perkataan. Awalnya mungkin tidak ada dikotomi antara perkataan baik dengan perkataan buruk. Mungkin dulu hanya ada satu jenis : ucap kata. Tapi, ternyata ada ucap kata yang terasa menyakitkan si pendengar. Bisa jadi itulah awal mula sejarah disebutnya perkataan yang tidak baik.

Berucap kata dengan baik artinya berucap kata yang tidak menyakiti hati pendengarnya. Alih-alih menyakiti, ucap kata baik justru menyenangkan dan menyejukkan hati. Luar Biasa. Tuhan berikan kita ‘hati’ disamping anugerah lisan ini. Hati lah yang menentukan apakah kata yang diucapkan lisan adalah kata-kata yang baik atau justru menyakitkan.

Tanpa lisan, kita tak mampu ungkapkan isi hati.

Tanpa hati, kita tak mampu mencerna maksud lisan.

Maka ucap kata adalah bukti. Jika ingin bukti seseorang memiliki hati yang tulus, tak ada dendam biang amarah, maka perhatikanlah ucapannya yang selalu baik. Saya tidak bermaksud orang yang mengatakan ‘kebaikan’ sebagai orang yang berkata dengan baik. Saya juga bukan ingin mengatakan berkata baik adalah yang sesuai dengan ejaan yang dibenarkan. Orang yang berkata dengan baik justru memberikan kebaikan, bukan memberitakan kebaikan.

Dalam konteks keindonesiaan, negara kita kini mudah sekali tersulut emosi. Mudah sekali diadu domba. Mudah sekali untuk bentrok. Emosi, adu domba, dan bentrok terjadi di semua bidang ; ayah dan anak, antar supporter sepakbola, politisi bahkan agama. Mengapa kebiasaan merusak itu kini sudah demikian menjamur?

Jawabannya karena kita tak lagi ingat akan pentingnya ucap kata yang baik.

Manusia memaafkan dengan perkataan yang baik. Manusia menunjukkan rasa cinta dengan perkataan yang baik. Peduli, memberi, simpati, rasa sayang, semua sisi baik manusia dibuktikan dengan ucap kata yang baik.

Muhammad saw-orang nomor satu dalam 100 tokoh paling berpengaruh di dunia- membuat hukum bahwa ‘Berkata yang baik adalah sedekah’ dan ‘Sedekah adalah bukti’. Bukti bahwa kita manusia adalah dengan ucap kata yang baik. Bukti bahwa kita yakin ada Tuhan yang Selalu Menatap gerak-gerik kita adalah dengan ucap kata yang baik.

Manusia memang tempatnya lupa. Tapi haruskah kita lupa dengan cara berucap kata yang baik?

Berkata baik lah Indonesia-ku!

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun