Seorang bijak pernah berkata, “Keputusan dibuat bukan untuk disesali.”
Kalimat itu nampaknya akan selalu mengandung 2 (dua) makna. Makna pertama adalah apapun keputusan yang telah kita ambil, haram hukumnya bagi kita untuk menyesali keputusan kita sendiri di esok hari. Sementara makna kedua adalah kita harus betul-betul memikirkan dengan matang sebelum pengambilan keputusan agar kelak kita tidak menyesal.
Kita misalkan ambil makna yang kedua bahwa kita harus matang betul melakukan pertimbangan sebelum pengambilan keputusan.
Kematangan melakukan pertimbangan-pertimbangan (memilih satu dari sekian pilihan untuk diputuskan) perlu dibarengi dengan kematangan mengambil kendali diri. Satu faktor penting, terutama sebelum keputusan itu diambil adalah apa yang saya sebut sebagai Take (mengambil alih kendali diri 100%).
Mengambil alih kendali diri dapat kita mulai dari mengubah apa yang menjadi fokus pikiran kita. Kebanyakan orang justru berfokus pada apa yang tidak mereka inginkan, sehingga apa yang terjadi dalam hidupnya adalah apa-apa yang tidak mereka inginkan.
Pintu pertama konsep “Take” (mengambil alih kendali diri) adalah mengubah apa yang kita pikirkan dari semua yang tidak kita inginkan menjadi apa-apa yang kita inginkan, dan fokus disana.
Contoh sederhananya kita tidak lagi akan berpikir “Saya tidak suka kamu terlambat,” melainkan setelah ini kita akan lebih berpikir “Saya ingin kamu datang tepat waktu.” Karena memang itulah keadaan yang kita inginkan.
Pikiran kita tidak pernah mengenal konsep “tidak”, “bukan”. Pikiran kita juga tidak mampu membedakan mana yang kita inginkan atau mana yang kita tidak inginkan. Pikiran ini hanya mampu memberikan gambaran tentang apa-apa yang kita fokuskan.
“Pikirkan keinginan Anda sebagai milik Anda, sebagai benda milik Anda, sebagai harta Anda.” (Robert Collier)
Dalam konteks pengambilan keputusan, betul bahwa kita perlu langkah-langkah antisipatif, perlu Plan B bila keadaan yang tidak diinginkan justru terjadi. Hal-hal demikian sangat wajar untuk kita persiapkan. Namun yang menjadi catatan adalah jangan sampai kekhawatiran-kekhawatiran itu justru menyedot, mengambil porsi lebih dari jatah berpikir kita.
Pikirkanlah matang-matang kondisi apa yang kita inginkan setelah pengambilan keputusan nanti.