Mohon tunggu...
Asep Saeful Ulum
Asep Saeful Ulum Mohon Tunggu... Operational Manager of ButterflyAct - Training and Coaching -

Panggilan hati saya adalah tentang Pengambilan Keputusan. Saya tertarik untuk belajar dan membantu apapun yang berkaitan dengan pengambilan keputusan. Sedang menekuni bidang Personal Decision Making, menulis buku tentang keputusan, dan akan merambah pada Government Decision Making. "Trainer Pengambilan Keputusan | Authorized Trainer of ButterflyAct"

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Pentingnya Nilai Diri Dalam Pengambilan Keputusan

10 September 2014   15:44 Diperbarui: 18 Juni 2015   01:07 741
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

“Hidupku Pilihanku” indah sekali rasanya bila ada orang yang berkata demikian. Orang yang sudah memegang penuh kendali atas dirinya sendiri bak penguasa aura independen bahwa prinsipnya sulit diubah. Teguh pendiriannya dan setiap pilihan serta tindakannya selalu berpijak pada argumen yang kuat.

Namun, kita sering melihat contoh kasus ekstrem, efek samping dari pengambil alihan diri yang tidak tepat.

Ada orang yang setelah bertekad mengambil alih 100% tanggung jawab dirinya justru mengabaikan orang lain. Dia abaikan kehadiran orang lain, dia abaikan perasaan orang lain, bahkan dia abaikan peran orang lain. Seolah semua faktor yang datang dari luar tidak pernah ada artinya.

“Inilah keputusan saya. Inilah hidup saya. Anda tak berhak ikut campur. Saya siap 100% bertanggung jawab atas risikonya.”

Ada rasa pongah tersendiri dari aplikasi tidak tepat konsep take 100% responsibility of your life (mengambil sepenuhnya tanggung jawab hidup pribadi).

Keadaan di atas mungkin pernah dialami oleh orang-orang yang mulai merasa “Aha! Seperti inilah seharusnya hidup saya!”

Percayalah bahwa mengabaikan peran orang lain, mengabaikan proses menjalin hubungan yang baik dengan orang lain adalah jalur tercepat menuju kejatuhan episode hidup seseorang.

Dalam konsep DMoL (Decision Making of Life), tahap paling awal untuk mengambil keputusan adalah “Take” (mengambil alih kendali diri ini, siap bertanggungjawab 100% atas apapun risikonya). Namun, jangan berhenti hanya sampai di sana. Tahap akhir sebelum mengambil keputusan, yang perlu diperhatikan adalah “Value” (Nilai-Nilai).

Value on Decision Making ibarat lampu kuning yang membuat kita berhati-hati sebelum pengambilan keputusan.

Salah satu yang harus kita periksa dalam pengambilan keputusan adalah value (nilai-nilai) diri kita sendiri. Selanjutnya, baru periksa value (nilai-nilai) orang lain, keluarga, lingkungan, perusahaan, dan seterusnya.

Nilai-nilai diri yang dianut oleh seseorang, biasanya adalah hasil dari pengkondisian (pola asuh) orang tuanya atau keluarganya. Apa-apa yang dia yakini adalah turunan dari apa yang diyakini pula oleh keluarganya atau orang tuanya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun