Mohon tunggu...
Khoiry Bachrul Ulum
Khoiry Bachrul Ulum Mohon Tunggu... Penulis - Pengasuh Sepatumerah.net

Dunia hanya jembatan. Tempat menghamba kepada Tuhan.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Kematian adalah Kebutuhan Primer, Jangan Diratapi Terlalu Dalam

17 November 2019   01:05 Diperbarui: 18 November 2019   01:34 186
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kenapa Harus Mati? (ustadzmuslim.com)

Persoalan kematian

Orang-orang yang tiada mempercayai adanya alam akhirat senantiasa berusaha melawan naluri, dengan menjadikan alam ini sebagai alam yang abadi untuk menggembirakan hati mereka sendiri. 

Oleh karena itu mereka sering membahas perihal "sebab-sebab terjadinya kematian" yang memungkinkan bagi mereka untuk melepaskan diri dari sebab-sebab kematian tersebut, untuk tetap hidup selama-lamanya (di dunia ini).

Tetapi mereka gagal. Dan setiap kali mereka mempersoalkan lagi persoalan tersebut, mereka kembali menghidangkan pembahasan-pembahasan baru tentang  kepastian adanya kematian. 

Dan hal tersebut merupakan hal yang tidak bisa dihindari. Berkali-kali mereka melakukan pembahasan, berkali-kali pula mereka menemui kebuntuan.

Kenapa harus mati?

Kenapa Harus Mati? (ustadzmuslim.com)
Kenapa Harus Mati? (ustadzmuslim.com)

Dari pertanyaan ini, hampir ada dua ratus jawaban, yang kebanyakan disampaikan pada pertemuan-pertemuan ilmiah. Di antara jawaban terbuktilah: Manusia mati karena:

  1. Tubuh kehilangan keefektifannya
  2. Berakhirnya proses kerja bagian yang tersusun
  3. Membekunya jaringan-jaringan urat syaraf
  4. Hilangnya zat-zat pelumas yang sedikit geraknya pada tempat bagian tubuh yang banyak geraknya
  5. Melemahnya jaringan-jaringan penghubung
  6. Menyebarnya racun bakteri ke dalam perut besar
  7. Dan lain-lain sebagainya

Analisa Pendapat Penyebab Kematian

Analisa Penyebab Kematian (Foto: AP)
Analisa Penyebab Kematian (Foto: AP)
Pendapat yang menyatakan bahwa mati karena tubuh kehilangan keefektifannya berpendapat bahwa keefektifan tubuh merupakan gaya tarik akal. 

Sesungguhnya setelah masa tertentu, alat-alat yang terbuat dan zat besi, zat kulit dan tenunan semuanya akan kehilangan keefektifannya. Demikian juga tubuh kita akan kehilangan keefektifannya seperti baju yang kita pakai pada musim dingin.

Tetapi sayangnya ilmu pengetahuan tidak menyokong pendapat tersebut. Sebab penelitian ilmiah terhadap tubuh manusia menguatkan bahwa tubuh manusia tidaklah seperti kulit binatang, alat-alat dari besi dan tidak pula seperti gunung. 

Hal yang paling menyerupai tubuh manusia ialah sungai. Sejak beribu-ribu tahun yang lalu sungai telah mengalir di atas permukaan bumi. Siapakah yang dapat mengatakan bahwa sungai yang mengalir, arusnya semakin jauh semakin melemah.

Sesuai dengan prinsip ini Dr. Luns Planck,(1) percaya bahwa secara teoritis manusia adalah abadi, sampai batas yang luas. Sebab sel-sel tubuh manusia merupakan alat yang secara spontan berfungsi untuk menggantikan dan menyembuhkan tubuh yang sedang terserang penyakit. Meskipun demikian manusia tetap menjadi lemah dan mati.

Penyebab kematian tetaplah menjadi sebuah rahasia yang membuat kagum para sarjana. Tubuh kita ini selalu mengadakan pembaharuan. Zat-zat pelumas yang terdapat dalam sel-sel darah kita mengerut kemudian memperbarui diri. Demikian juga seluruh sel-sel tubuh, menjadi aus dan digantikan oleh sel-sel baru, terkecuali sel seluruh syaraf.

Penelitian ilmiah telah menjelaskan bahwa darah manusia seluruhnya memperbarui dirinya kembali sekitar empat tahun sekali. Seperti halnya seluruh atom tubuh manusia mengadakan perubahan dalam beberapa tahun. Dari hal tersebut dapat diambil kesimpulan bahwa tubuh manusia tidaklah seperti kerangka. Akan tetapi seperti sungai yang mengalir atau merupakan proses kerja yang terus menerus.

Dan disinilah semua teori yang menyatakan bahwa sebab terjadinya kematian karena tubuh menjadi lemah kekuatannya menjadi gugur. Sedangkan bagian-bagian tubuh yang aus atau yang keracunan pada masa kanak-kanak atau pada masa remaja, bagian-bagian tersebut telah terbuang dari tubuh sejak masa yang lama. 

Dan tentu saja hal ini tidak ada artinya bila dijadikan sebagai penyebab kematian. Sebab terjadinya kematian terletak pada tempat yang lain. Bukannya terdapat dalam pencernaan makanan, jaringan tubuh maupun dalam jantung.

Sebagian sarjana mengatakan bahwa jaringan urat syaraflah yang menjadi sebab kematian. Dasarnya adalah karena jaringan urat syaraf tetap tinggal dalam tubuh manusia sampai akhir hayat dan tidak mengadakan pembaruan. interpretasi yang menyatakan bahwa sistem syaraflah yang merupakan titik kelemahan dalam tubuh manusia itu benar, maka merupakan hal yang mungkin. 

Kita mempunyai dugaan bahwa dimana ada tubuh yang tidak mempunyai sistem syaraf, maka dia akan berumur lebih panjang daripada tubuh yang mempunyai sistem syaraf.

Namun penelitian ilmiah tidak mendukung pendapat ini. Sebagai contoh, sistem ini tidak terdapat pada pohon. Akan tetapi di antara pohon-pohon tersebut ada yang berumur panjang. 

Sedangkan gandum, yang tidak mempunyai sistem syaraf ini berumur tidak lebih dari setahun. Demikian pula dalam kehidupan amuba, tidak terdapat alat-alat syaraf. Padahal masa hidupnya tidaklah lebih dari setengah jam.

Berdasarkan interpretasi itu juga, maka binatang-binatang yang dianggap sebagai keturunan yang lebih tinggi dan yang lebih sempurna dan lebih baik sistem syarafnya, tidak boleh tidak akan hidup lebih lama daripada binatang-binatang keturunan yang lebih rendah dan lebih lemah sistem syarafnya. Tetapi kenyataan tidak menguatkan pendapat ini juga. 

Kura-kura, buaya dan ikan patik lebih panjang umurnya daripada binatang-binatang yang lain. Padahal binatang-binatang tersebut merupakan binatang jenis kedua (binatang keturunan rendah dan lebih lemah sistem syarafnya).

Demikianlah penelitian-penelitian yang bertujuan untuk menjadikan kematian sebagai hal yang tidak meyakinkan dan merupakan hal yang mungkin tidak akan terjadi, tetaplah merupakan dugaan saja.

Adapun yang didukung oleh zaman ialah bahwa manusia akan mati pada umur berapa saja, pada waktu kapan saja, dan kematian merupakan hal yang tidak bisa dihindari, walaupun bagaimana juga usaha-usaha yang telah dilakukan.

Terhadap persoalan yang sulit ini, Dr. Alexis Carrel telah membahasnya secara panjang lebar dengan judul Masa Intern. Beliau menyebutkan diantaranya tentang usaha-usaha yang gagal yang telah dicurahkan terhadap hal tersebut. Lalu dia berkata: 

"Sampai kapanpun, manusia tidak akan merasa lelah untuk berjibaku membahas tentang kehidupan yang abadi beserta perjalanan selanjutnya. Padahal, akan sampai kapanpun juga, perjibakuan itu tidak akan sampai pada titik kemenangan. 

Sebab, susunan tubuh telah tunduk oleh sebuah hukum tertentu. Memang dia dapat menghentikannya atau memperlambat masa fisiologi anggota tubuh. Sehingga kematian bisa diperlambat untuk jangka yang pendek. Tetapi untuk mengalahkan kematian manusia selama-lamanya tetap tidak akan mampu."(2)

Footnote

(1) Pemenang hadiah Nobel di bidang ilmu pengetahuan.

(2) Alexis Carrel, Man The Unknown. Halaman 175

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun