Mohon tunggu...
Ulul Fahmi Rosyida
Ulul Fahmi Rosyida Mohon Tunggu... Freelancer - Writer

Traveller, Psychology

Selanjutnya

Tutup

Lyfe

Perempuan, Tubuh, dan Kecantikan

24 Juli 2023   11:14 Diperbarui: 25 Juli 2023   13:17 134
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Tidak bisa dipungkiri bahwa tubuh dan kecantikan menjadi urusan utama bagi perempuan. Dari ujung rambut sampai ujung kaki tampaknya sangat penting bagi perempuan. Sejak dini, sudah ditanamkan bahwa kecantikan dan tubuh perempuan sangatlah indah. "Kamu cantik sekali memakai bandana itu." "Adudu, cantik sekali anaknya bu, mata nya sipit hidungya mancung." Merupakan pujian yang sering dilontarkan kepada anak perempuan bahkan saat ia baru lahir.

Penekanan pada kecantikan, sejak dini telah mengajarkan anak untuk bersaing. Dalam keluarga besar bahkan orang tua sendiri membanding-bandingkan kecantikan anaknya dengan orang lain maupun dengan saudarnya sendiri. Anak yang cantik akan lebih sering mendapatkan pujian dibandingkan anak yang terbilang kurang cantik secara fisik. Yang kurang cantik ntah itu dibaikan, kurang diperhatikan atau bahkan mendapatkan komentar yang kurang baik. "Kamu kok gendut sekali sekarang."

Bahkan tanpa disadari dilingkungan sekolahpun anak telah diajarkan utuk bersaing sejak dini dalam hal kecantikan. Pemilihan Duta Cilik Sekolah atau Lomba Busana Dalam Memperingati Hari Kartini. Dan tentu saja yang menang yaitu anak yang dianggap paling cantik atau anak yang memakai busana paling bagus. Segala hal yang ditanamkan kepada anak sejak dini akan berpengaruh saat dewasanya kelak. Karena usia dini adalah usia yang mendasari kehidupan manusia selanjutnya tau bisa disebut dengan the golden age.

Ketika beranjak remaja atau dewasa imbalan peremuan atas kecantikannya akan lebih besar lagi : mudah mendapatkan pacar, mudah mendapatkan pekerjaan, mendapatkan pelayanan yang lebih rama di tempat umum (Restoran, Coffe, Toko dll). Perempuan yang tidak cantik terkadang kurang mendapatkan reward bahkan mendapatkan respon negative. 

Contohnya orang yang berbadan gemuk,banyak dihindari jika berada di tempat umum seperti di tempat atrean atau bus umum, banyak yang enggan untuk duduk di sebelahnya karena hanya mendapatkan ruang yang sempit. Dalam buku Kita Tidak Terlahir Gemuk  yang ditulis oleh Gaabrielle Deydier (2017) dalam buku tersebut Garielle mengkritik bahwasannya tempat umum tidak menyediakan ramah orang gemuk atau fasilitas yang dirancang untuk orang gemuk. Selain itu orang kurang cantik terkadang juga kurang mendapatkan perhatian lebih saat melamar pekerjaan atau saat berada di tempat umum seperti yang disebutkan diatas.

Saat ini media juga mengonstruksi kecantikan perempuan melalu ikla-iklan produk kecantikan, tips-tips menjadi cantik dsb. Iklan dan produk kecantikan bertaburan dimana-mana dengan cerita yang cenderung membuat lawan jenis menjadi kagum melihatnya dengan standart perempuan seperti yang di iklan sesama perempuan juga saling mengagumi dan bahkan diiringi dengan rasa kecemburuan. 

Terkadang perempuan mebandingkan dengan dirinya dengan apa yang dilihat di iklan tersebut. kulitnya menjadi lebih putih halus, rambutnya menjadi lurus dan lembut atau bahkan keriput yang mencadi kencang setelah menggunakan produk-produk ajaib yang terkadang tidak rasional tersebut.

Iklan-iklan semacam itu memberikan vicarious reinforcement, yakni reinforcement yang sebenarnya diterima oleh orang lain (model iklan), tetapi kita sebagai pengamat ikut merasakannya. Hal ini menjadi kita sebagai perempuan tertarik untuk memiliki atau membeli produk tersebut agar mendapatkan reinforcemen seperti yang di dapatkan oleh model tersebut. dalam teori belajar sosial (Theory Social Learning) yang dikemukakan oleh Tokoh Psikologi yaitu Albert Bandura, perempuan yang menyaksikan iklan tersebut akan mengikuti atau meniru (modeling) perilaku si model iklan.

Hal tersebut mempengaruhi perempuan untuk menjadikan tubuh dan kecantikan sebagai aspek penting dalam membangun harga diri. Sekaligus membangun persaingan diantara sesama perempuan. Perempuan, marilah kita memilih kecantikan yang kita inginkan bukan yang dipaksakan untuk kita. Mulailah menatap diri sendiri di depan cermin untuk menemukan kecantikan yang selaras dengan diri kita.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun