Mohon tunggu...
Ulul Amri
Ulul Amri Mohon Tunggu... Lainnya - Mencoba belajar selalu introspeksi diri.

Seorang lulusan sarjana fisika yang sedang mencoba mencari beasiswa untuk S2. Bagi yang tertarik dengan matematika dan fisika modern, silahkan berkunjung ke blog: https://nonkomutatif.blogspot.com

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

3 Juta atau 70 Juta Nyawa?

26 April 2020   18:18 Diperbarui: 26 April 2020   18:12 125
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Catatan: Sebenarnya angkanya lebih dekat 2,6 juta (maksimal) tapi penulis bulatkan karena penulis seorang fisikawan by training, we approximate everything to first order.

  • Lockdown vs PSBB vs Go Yolo (dibebaskan)

Jadi berbekal proyeksi tingkat kematian jika dibebaskan (tanpa lockdown+PSBB) maka di Indonesia akan ada jatuh korban paling banyak 3 Juta. Angka ini cukup dekat dengan 2,6 juta proyeksi dari tim riset gabungan beberapa universitas terkemuka nasional dan dunia[9]. Mungkin melihat angka ini akan banyak orang yang kaget ketakutan, jumlah kematian yang begitu besar, sehingga berakibat pada kesimpulan, "Kita harus lockdown total!!"

Masalahnya ada sisi lain yang perlu diperhatikan dalam pengambilan kebijakan lockdown ini, itu adalah... yes, ekonomi. "Hah??!! Ekonomi?? Ekonomi can go under for wherever I care! We should save lives!!"

Secara face value ekonomi mungkin hanyalah angka-angka di excel. Tapi ekonomi di sini sangat berkaitan erat dengan nyawa. Menurut BPS, data februari 2019, jumlah pekerja sektor informal ada 74 juta jiwa[10]. Jika kita melakukan lockdown total, bisakah pemerintah menjamin seluruh kehidupan 74 juta jiwa ini ditambah lagi dengan keluarga yang disokongnya?

Melihat rekam jejaknya, sepertinya hal ini sangat tidak realistis[11]. Ada banyak permasalahan, mulai dari yang paling jelas pelaksana survey yang korup, hingga kesulitan mendata sebagian besar masyarakat yang miskin, serta berapa lama survei ini berlangsung. Mencoba mendata mereka-mereka yang membutuhkan sepertinya hanya akan menjadi administrative nightmare. Uang dan waktu yang dipakai untuk survei, akan jauh lebih baik digunakan untuk bantuan sosial atau social safety net.

Singkatnya, pemerintah harus menjamin seluruh 260 juta lebih manusia Indonesia. Mungkinkah? Jika iya, bagaimana pengawasannya? Bisa mengawasi pergerakan 260 juta lebih manusia? Atau mau jadi negara big brother dengan kamera pengawas di setiap persegi lahan di Indonesia?

Ok lah, terlepas apakah Indonesia mau menjadi surveillance state, penulis sangat-sangat ragu akan kemampuan pemerintah jika diambil kebijakan lockdown. Bukan karena pemerintah tidak kompeten, tapi misal jika pemerintah Indonesia adalah yang paling kompeten di Bumi, menggerakan 260 juta lebih tentara adalah hal yang amat-amat sulit, baik secara logistik maupun administratif.

Singkat cerita, lockdown total akan mengancam puluhan juta atau bahkan ratusan juta manusia Indonesia. Tujuh puluh juta lebih pekerja sektor informal, yang masing-masing mungkin perlu menghidupi keluarganya, nyawa ratusan juta terancam.

Secara angka, 3 juta atau 70 juta nyawa, lebih berat yang mana?

Lockdown total, atau PSBB berlebihan justru hanya akan menggeser beban nasional dari si kaya ke pundak si miskin. Penulis lebih setuju jika rakyat Indonesia sama-sama memikul beban ini, baik kaya maupun miskin. Berat sama dipikul, ringan sama dijinjing.

Pertanyaannya penulis ulang, 3 juta nyawa atau 70 juta nyawa si miskin, lebih berat yang mana?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun