Sandang, pangan, papan, paketan (internet). Itulah kebutuhan primer (beberapa) manusia di beberapa tahun belakangan ini. Sejak teknologi android ‘menyerbu’ masyarakat, paket internet menjadi hal yang paling banyak dicari. Dengan paket internet, eksistensi diri dalam media sosial pun bertambah, berbagai informasi juga dengan mudah didapatkan. Sayangnya, tidak semua orang sanggup mengakses paket internet. Jangankan membutuhkan paket internet, perangkat (gadget) saja mungkin tidak punya.
Diakui atau tidak, internet bagaikan pisau bermata dua. Di satu sisi internet sanggup menjadi penyedia informasi apapun yang dibutuhkan dan yang tidak dibutuhkan. Namun, di sisi lain internet menjadi media kejahatan, seperti cyber crime. Filter diri memang sangat dibutuhkan untuk menyikapi penggunaan internet dengan bijak.
Terlepas dari kekurangan dan dampak negatif internet, jika dipergunakan dengan baik dan benar internet bisa menjadi media mempelajari sesuatu yang bermanfaat bagi kehidupan. Seorang kawan saya, sebut saja namanya Wahid, dia membuat resep rahasia untuk merintis usaha warung bebek penyetnya berdasarkan resep-resep dari internet. Resep-resep tersebut diuji coba hingga kemudian dia mendapat resep yang pas menurut dia. Akhirnya, dia pun mendirikan warung bebek miliknya.
Bagaimana jika wahid-wahid lain bermunculan? Saya membayangkan akan lebih banyak lagi orang berdaya. Orang yang kesulitan melamar pekerjaan di perusahaan orang lain pun akan berkurang drastis karena mereka akan lebih memilih mendirikan usaha sendiri. Ah, bagaimana pula jika saya mendapat paket internet gratis puluhan hingga ratusan gigabite? Tentunya, ada banyak hal yang bisa saya lakukan seandainya hal itu benar-benar terjadi pada saya.
Pertama, saya akan mempergunakan paket internet gratis tersebut untuk lingkungan sosial terdekat saya. Yup! Keluarga saya. Sebuah unit komputer di rumah saya akan lebih bermanfaat jika disambungkan dengan paket internet. Ibu saya akan bisa lebih banyak mempelajari resep kue dan masakan yang nantinya bisa dijual secara online dan offline dan akhirnya bisa menambah pendapatan keluarga kami. Ibu pun akan mendapatkan lebih banyak informasi mengenai tips kesehatan, pengetahuan serta wawasan tentang perempuan, dan tentunya, ibu akan lebih melek teknologi. Beliau juga akan bisa mendapatkan informasi dan inspirasi dari luar sana melalui internet. Sehingga ke depan, informas yang beliau dapatkan bisa bermanfaat bagi orang lain.
Bapak pun tidak akan bersusah payah meminta orang lain mencarikan informasi ketika beliau membutuhkan informasi tersebut di internet. Akan ada lebih banyak hal yang bisa beliau pelajari dari internet. Begitu pula dengan adik-adik saya yang masih usia sekolah. Di samping menyediakan pengetahuan yang menunjang mereka belajar, mereka juga bisa mendapatkan informasi tentang beasiswa sehingga kehidupan dan pendidikan mereka akan lebih mudah.
Kedua, paket internet gratis yang saya dapatkan akan saya pergunakan untuk mempermudah kehidupan warga desa saya. Warga desa yang mayoritas bermata pencaharian sebagai petani akan lebih mudah mendapatkan informasi teknologi pertanian, sehingga pertanian mereka bisa lebih sukses. Selama ini, warga desa lebih memilih untuk bertanya kepada teman sesama petani untuk memecahkan persoalan pertanian yang mereka miliki. Dengan internet, warga desa akan lebih mudah memecahkan permasalahan pertanian mereka dengan mencari informasi yang ditulis para pakar pertanian di internet. Petani juga bisa mencari informasi tentang harga komoditas pertanian terkini sehingga mereka tidak akan dibohongi para tengkulak yang mencari untung banyak dari hasil kerja keras mereka.
Usaha kecil menengah (UKM) di desa saya sangat kecil sekali. Seandainya warga desa dapat mengakses internet dengan mudah, mereka bisa belajar dari youtube atau situs lain mengenai tutorial membuat membuat kerajinan (handicraft), membatik, hingga membuat berbagai macam penganan. Saya yakin UKM akan bermunculan di desa saya. Dengan kemunculan UKM, tenaga kerja akan banyak terserap sehingga angka pengangguran di desa akan nol. Taraf kehidupan warga desa pun berubah lebih baik.
Untuk memuluskan hal itu, tentunya saya juga harus berusaha menyediakan perangkat untuk mengakses internet. Saya berencana akan meminta kerja sama dengan pemerintah desa saya untuk menyediakan beberapa perangkat komputer di setiap balai dusun yang dapat diakses secara gratis oleh masyarakat. Kami akan mengajukan permohonan bantuan kepada pemerintah kabupaten atau kepada perusahaan agar menyediakan dana CSR (corporate social responsibility) untuk penyediaan perangkat komputer di desa kami. Di samping itu, disediakan pula pelatihan komputer bagi masyarakat yang masih gagap teknologi.
Saya membayangkan jika mimpi ini benar-benar terwujud, keluarga dan masyarakat di desa saya akan mempunyai daya saing yang bagus. Terutama, menjelang pemberlakuan Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) pada 2015 ini. Masyarakat Indonesia termasuk warga desa saya harus mempunyai kompetensi dan meningkatkan skill sehingga bisa bersaing dengan orang-orang dari luar negeri. Dengan begitu, kita akan menjadi tuan rumah di negeri sendiri. Semoga benar-benar terwujud! Semoga!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H