Banyak hal yang menjadi faktor  penghambat kemajuan negara Indonesia dan salah satunya adalah tontonan kurang edukatif yang mendominasi media. Banyak program televisi dan konten platform digital yang menekankan pada hiburan ketimbang nilai-nilai pendidikan. Anehnya hal semacam ini malah digemari masyarakat dari semua kalangan dan berakibat pengalihan perhatian masyarakat, terutama generasi muda dari informasi yang lebih penting dan mendidik.
Mengapa hal ini bisa menghambat kemajuan Indonesia?
Tentu saja karena tontonan kurang edukatif memiliki dampak negatif bagi pola pikir masyarakat, terutama kalangan generasi muda. Ketika anak-anak menonton konten yang tidak mendidik, mereka cenderung menyerap nilai-nilai dan norma yang dapat membentuk cara pandang mereka terhadap dunia. Misalnya ada tayangan tentang perilaku negatif yang dapat membuat mereka menganggap hal-hal tersebut sebagai norma yang dapat diterima. Selain itu, konten-konten yang bertebaran hanya mengadung kesenangan sementara tanpa ada pemahaman mendalam tentang suatu hal dan menjadikan kurangnya kemampuan anak muda untuk berpikir kritis dan menganalisis informasi. Akibatnya bisa berdampak pada perilaku yang kurang positif dalam kehidupan sehari-hari dan bersikap apatis terhadap isu-isu penting di Indonesia.
Beberapa cara konten edukatif menjadi menarik
- Format yang variatifÂ
Belakangan ini podcast sangatlah digemari oleh masyrakat. Karena podcast sangat fleksibel, bisa didengarkan dimana saja sambal beraktivitas. Dengan podcast kita bisa memasukan tema pengembangan diri, sains, sejarah, dan lainnya. Selain itu juga didalam podcast juga terdapat diskusi dari bebarapa pihak hal ini bisa menguatkan dan merubah pandangan kita.
- Â Keterlibatan influence atau ahli
Dapat meningkatkan daya tarik dan kredibilitas informasi. Ketika seorang pakar berbagi tentang pengentahuan dan pengalamannya, tentu saja audiens akan lebih  percaya dan terinspirasi oleh topik tersebut. Dengan menghadirkan influencer  dapat memperluas jangkauan dan meningkatkan interaksi, kolaborasi antara ahli dan influencer dapar menghasilkan informasi yang jelas dan pesat pengembangannya.
- Konsistensi dan kualiatas
Konten yang disajikan haruslah berkualitas dan relevan dengan kehidupan sehari-hari. Misalnya saat mendekati UTBK uploud konten membahas soal dengan cara penyampaian menarik, bahasa yang mudah dipahami dan tentunya harus konsisten. Audiens akan cenderung Kembali jika konten yang mereka lihat sesuai kebutuhan dan apa yang mereka harapkan.
Dengan beberapa cara tesebut konten edukatif akan bisa naik sedikit demi sedikit. Lalu bagaimana dari sudut pandang masyarakat sebagai audiens? Bagaimana cara agar bisa memilih konten edukatif daripada konten hiburan semata yang tidak berguna, seperti prank dan permainan rumah tangga para artis-artis Indonesia.
Cara paling tepat adalah jangan berikan handphone ketika anak dibawah usia 12 tahun karena di umur itu orang tua masih bisa mengcover penggunaan handphone yang tidak terlalu dibutuhkan. Kembali lagi ke orang tua yang harus fokus pada pengembangan diri anak, perlihatkan tontonan yang edukatif dan sesuai umurnya, bukan berita gosip gosip tidak jelas, hal ini bisa menggunakan media televisi agar anak tidak condong menggunakan handphone diumur ini. Sebagai orang tua juga harus menanamkan nilai-nilai postitif yang boleh dilakukan dan tidak dilakuan serta nilai-nilai agama takut akan tuhan. Dengan pengenalan karakter anak akan tau akibat jika dia melakukan hal yang tidak seharusnya dilakukan, misalnya jika secara terus menerus menonton konten tidak bermanfaat dan akan membuang waktu berakhir keteteran ketika melakukan tugas-tugas lain.
Selain peran orang tua, juga harus ada kemauan dari sendiri untuk merubah jika itu sudah terlanjur dilakukan di usia dewasa. Dengan cara mempelajari skala prioritas, manajemen waktu, dan mungkin pengaruh dari orang lain, seperti teman dan tokoh yang menjadi inpirasi. Kita bisa mendatangi seminar dan terinspirasi dari pemateri, contohnya yang akhir akhir ini ada anak muda bernama Kevin Lius Bong yang berkata bahwa motivasi tidak harus besar dan kompleks, tapi dari motivasi kecil ini akan berkembang dan bisa membantu orang lain, dengan motivasi ini kita terpikirkan apa yang harus dilakukan. Hal ini berarti kita harus memikirkan apa yang akan dihasilkan jika kita melakukan sesuatu yang tidak berguna. Maka dari itu jangan membuang waktu, selektif dalam memilih tontonan agar pola pikir yang terbentuk dapat mendukung perkembangan karakter dan intelektual yang lebih baik, karena hal ini dapat memepengaruhi daya saing dan inovasi bangsa di masa depan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H