Mohon tunggu...
Ullul Azmi Lestari
Ullul Azmi Lestari Mohon Tunggu... pelajar/mahasiswa -

Mahasiswi Ilmu Komunikasi UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta

Selanjutnya

Tutup

Catatan

Maaf, Tapi Bagi Saya Badut itu Monster

30 November 2013   07:00 Diperbarui: 8 Agustus 2016   10:18 534
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Tak sedikit orang didunia ini yang memiliki phobia akan hal – hal tertentu. Bahkan terbilang beberapa orang memiliki phobia yang unik, seperti aktor Iko Uwais yang takut akan kerupuk. Terdengar lucu memang seorang mahir silat memiliki phobia dengan kerupuk, namun bagi para penderita phobia itu merupakan hal yang mengerikan. Saya sendiri memiliki phobia yang harusnya di usia 18 tahun ini, Saya tidak boleh takut dengan yang namanya Badut. Diejek oleh ponakan “udah gede kok takut badut” , itu sudah biasa.Coulrophobia adalah phobia atau ketakutan yang berlebihan akan badut. Saya menghargai orang-orang yang berprofesi menjadi badut dengan menghibur orang banyak, dan para penonton senang dengan badut yang katanya lucu dan menggemaskan. Sampai sekarang Saya sendiri masih heran dimana letak kelucuan dari badut. Sdikit bercerita beberapa pengalaman Saya. Bermula dari usia kanak – kanak , Saya diajak saudara ke sebuah taman hiburan di Jakarta. Tanpa sengaja Saya menabrak orang didepan dan Saya menengok ke atas.Tampak dengan perut besar, rambut kribo , make up yang mengerikan (bagi Saya) , hidung merah memberikan senyuman lebar. Saya terdiam , jantung berdebar dan merasa takut, entah dari mana perasaan itu datang. Saya pun lari dan badut tersebut malah mengejar , ditambahlah Saya menangis sekencang – kencangnya. Saudara – saudara hanya tetawa dan mencoba melindungi Saya.

Saya pernah diberitahu oleh Saudara bahwa badut itu suka menculik anak. Entah itu bercanda ataupun bukan , yang namanya anak kecildiberi tahu itu tertanam di memorynya. Selucu apapun badut, bagi saya badut tetaplah moster yang mengerikan, suka menculik anak. Badut pula yang membuat Saya malu luar biasa. Semasa liburan SMK saya berlibur ke tempat saudara, dan diajak ke sebuah pasar malam. Awalnya senang – senang saja berada disana, tiba – tiba ditengah kerumunan orang dari belakang ada yang menepuk punggung, Saya pun menengok .Sesosok badut tersenyum kepada saya dan mengatakan “ mau mencoba permaianan itu mbak?” . Saya seperti tak dapat berkata – kata seperti teringat masa lalu, lutut medadak merasa lemas, jantung berdebar dagdigdug, keringat dingin keluar dan sedikit teriak. Saudara Saya mengatakan bahwa Saya takut badut. Namun badut tersebut mendekat dan pecahlah tangisan Saya di tengah pasar malam itu. Orang – orang sekitar tertawa, yang mungkin lucu bagi mereka, tapi sakit bagi saya.

Kadang ada rasa was-was jika ke pasar malam, trauma jika bertemu badut.Badut memang selalu memberikan senyuman namun yang namanya badut tetap badut. Sosoknya yang mengerikan bagi Saya. Orang tua juga sering mengatakan kepada Saya bahwa badut hanyalah orang biasa, tak perlu ditakuti, dan kadang ada saran dari teman jika bertemu atau melihat badut untuk berpura – pura tidak takut. Karena badutjustru akan mengejar orang – orang yang takut dengannya. Jangankan berpura – pura tidak takut jika bertemu dengan badut, melihat gambarnya saja Saya takut. Betapa menyeramkannya rupa badut.Saya pernah mebaca di link health.detik.com , salah satu mengatasi coulrophobia dengan cara memperlihatkan objek yang ditakuti secara periode waktu tertentu. Pernah mencoba, hanya dengan melihat gambar-gambarnya dan tetap takut. Dan menjadi sedikit paranoid, terbayang – bayang dengan gambar badut.

Terkadang teman – teman senang menggaggu Saya dengan menakuti gambar atau memakai topeng badut. Banyak film yang menyertakan badut didalamnya, dan beberapa diantaranya film – film yang horror ataupun sadisme. Hal tersebut menambah citra badut yang misterius. Seperti kemarin, Saya ditawari untuk nonton film “100 Tears” ,menurut teman itu film horror. Awalnya Saya oke, oke, saja. Dan ternyata film tersebut menampakkan badut yang menyeramkan, sontak Saya kaget dan segera menghapus film tersebut. Bagi orang normal mungkin lucu menggoda orang phobia dengan hal yang ditakuti, namun sungguh tidak mengenakkan badi penderita phobia.

Saya menghargai usahapara badut untuk mengibur orang – orang , membuat hati orang senang atau terhibur, itu amal yang baik. Namun bagi Saya, kostum dan make up badut tetap menyeramkan, dan layaknya monster. Pernah sewaktu kecil, terlintas di pikiran saya untuk menjadi politikus dan melarang adanya badut di Indonesia, hahaha,,,,,, itu hanyalah khayalan anak kecil.Kita tidak tahu siapa dan bagaimana orang yang menjadi badut itu bertindak. Bagi para coulrophobian (termasuk Saya) merasa benci dan takut denganya dan kadang berpikiran yang tidak- tidak, seperti “jangan-jangan dari senyum dan sikapnya yang menghibur ada hal jahat yang bisa badut lakukan”. Sekeren apapun orang yang menjadi badut, bagi saya jika sudah memakai kostumnya dan bermake –up tetaplah menakutkan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun