Mohon tunggu...
Uliz Zhahro Al Madani
Uliz Zhahro Al Madani Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Universitas Jember

Halo! Saya Uliz Zhahro Al Madani, Mahasiswa Program Studi S1 Teknik Lingkungan Fakultas Teknik di Universitas Jember

Selanjutnya

Tutup

Nature

Analisis Jejak Karbon pada Aktivitas Industri Perkebunan Kelapa Sawit

18 November 2021   11:00 Diperbarui: 18 November 2021   12:26 1199
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gambar 1. Pembukaan Lahan Perkebunan Kelapa Sawit

Analisis jejak ekologis adalah salah satu alat perencanaan dalam pembangunan berkelanjutan. Konsep ini tidak hanya untuk menilai aktivitas manusia dalam kaitannya dengan keberlanjutan tetapi juga efektif untuk meningkatkan kesadaran masyarakat dan para pembuat keputusan untuk mengelola sumber daya alam secara lebih baik dan komprehensif. Analisis Jejak ekologis adalah alat untuk mengukur konsumsi sumberdaya alam dan batasan asimilasi limbah yang dihasilkan oleh populasi manusia atau ekonomi dikaitkan dengan daya dukung lahan. Salah satu bagian dalam analisis jejak ekologis adalah studi jejak karbon (Carbon Footprint) yang dihasilkan dari proses industri dan perkebunan minyak sawit mentah (crude palm oil - CPO). 

Jejak karbon (carbon footprint) adalah jumlah emisi karbon yang dilepaskan dalam kegiatan memproduksi per periode tertentu. Hasil dari perhitungan tersebut dapat memberikan gambaran mengenai dampak dari aktivitas manusia terhadap lingkungan dalam satuan tertentu (lahan bio produktif) dan dapat dihubungkan dengan daya dukung bumi (biokapasitas). Perhitungan jejak karbon yang dihasilkan dari proses industri dan perkebunan minyak kelapa sawit mentah dibutuhkan untuk mengevaluasi jejak karbon tahunan pada produksi minyak kelapa sawit. Setelah menghitung carbon footprint dari mulai kegiatan budidaya, pengolahan di pabrik kelapa sawit hingga kegiatan rumah tangga, harapannya adalah agar kegiatan produksi CPO dapat mengurangi sumber emisi karbon.

Jejak karbon digunakan sebagai indikator dalam produksi yang berkelanjutan pada banyak tanaman, namun jejak karbon jarang dievaluasi pada pertanaman kelapa sawit di Indonesia. Menurut Direktorat Jenderal Perkebunan (2016) luas perkebunan selama 10 tahun terakhir menunjukkan peningkatan dari 6,59 juta ha pada tahun 2006 menjadi 11,3 juta ha pada 2015. Total produksi adalah 31,28 juta ton minyak sawit atau produktivitas rata-rata mencapai 3,68 ton ha. Hal tersebut menjadikan Indonesia sebagai negara pengekspor terbesar di dunia. Evri (2012) mengatakan bahwa ekspor CPO (Crude Palm Oil) Indonesia ke negara Eropa dan Amerika terganjal isu lingkungan, khususnya ada tuduhan bahwa produksi CPO merupakan sumber pelepasan karbon. Pelepasan karbon tersebut terjadi dalam proses penanaman dan proses industri pengolahan buah sawit. Hal ini berdampak pada kebijakan Uni Eropa dan USA yang mensyaratkan CPO jika dikategorikan sebagai bahan bakar nabati harus mampu menyimpan karbon sebesar 35% dibandingkan dengan bahan bakar fosil. Namun, kajian terkait emisi karbon perkebunan kelapa sawit Indonesia masih terbatas. 

Jejak karbon pada produksi minyak kelapa sawit mencakup emisi karbon yang dihasilkan dari kegiatan produksi untuk setiap satu liter CPO. Emisi karbon tersebut merupakan total emisi karbon yang dihasilkan selama kegiatan produksi dikurangi dengan karbon yang diserap oleh tanaman kelapa sawit (carbon sequestration). Perhitungan jejak karbon tersebut dipengaruhi oleh kegiatan budidaya, pengolahan di PKS hingga kegiatan rumah tangga. Data diperoleh dari pengamatan langsung di lapangan, diskusi, dan wawancara dengan pihak kebun. Data juga diperoleh dari laporan manajemen perusahaan, meliputi keadaan tanah dan iklim, luas areal dan tata guna lahan, kondisi tanaman dan produksi dan norma ketenagakerjaan perusahaan. Sumber emisi karbon diidentifikasi, dan besar nilai emisinya dihitung berdasarkan nilai konversi, referensi pustaka, pengambilan sampling atau wawancara. Selanjutnya menghitung neraca karbon dari sejak kegiatan budidaya hingga dihasilkan CPO. 

Ada pada 3 fase pokok dalam industri kelapa sawit yang menyebabkan jejak karbon, yaitu: Konversi lahan dalam proses ‘land clearing’ menjadi perkebunan kelapa sawit akan terjadi emisi net-C (C debt)Pengelolaan perkebunan, dimana dalam proses ini terjadi emisi dan absorbdi karbon. Transport dari kebun ke pabrik, proses di pabrik dan transport ke ‘end user’.

Dalam fase pengelolaan perkebunan ada 4 proses yang secara signifikan menghasilkan emisi dan sekuestrasi, yaitu dekomposisi gambut, aplikasi pupuk dan pestisida, bahan bakar transportasi dan mesin pertanian, dan sekuestrasi (penyerapan) karbon oleh tanaman. Fase pemrosesan pasca panen menghasilkan emisi karbon terutama bersumber dari limbah padat dan limbah cair.

Fase konversi lahan menghasilkan emisi karbon terutama dari adanya kebakaran biomassa tanaman dan kebakaran lapisan tanah gambut. Pembukaan lahan untuk perkebunan kebanyakan dilakukan dengan cara menebang dan membakar pepohonan atau alang-alang (sistem tebang-bakar). Jenis lahan menentukan perbedaan emisi karbon. lahan gambut mengemisikan CO2 lebih besar dibandingkan dengan lahan mineral. emisi CO2 dari lahan gambut dapat meningkat jika pemeliharaan lahan gambut tidak dikelola dengan benar. untuk pengelolaan gambut yang baik adalah dengan cara mengendalkan faktor yang dapat mempengaruhi emisi CO2 yaitu dengan kedalaman muka air tanah. Penurunan kedalaman air tanah menyebabkan kondisi permukaan tanah gambut semakin aerob. Kondisi tersebut dapat meningkatkan aerasi dalam tanah, sehingga karbon di lahan gambut semakin mudah teroksidasi oleh aktivitas mikroba tanah.  

Gambar 1. Pengangkatan Kelapa Sawit 
Gambar 1. Pengangkatan Kelapa Sawit 

Pada umumnya bahan bakar yang digunakan internal perkebunan berupa bahan bakar fosil, terutama minyak solar. Bahan bakar solar digunakan untuk mesin pertanian, perawatan, pemanenan, koleksi hasil panen, dan transport internal antar kebun sawit dan ke pabrik. Total CO2 yang dihasilkan dari transportasi adalah 499,72 ton tahun-1 .

Gambar 1. Proses Penggilingan Kelapa Sawit 
Gambar 1. Proses Penggilingan Kelapa Sawit 

Emisi Karbon pada pasca panen adalah saat Penggilingan Kelapa sawit intinya dimana pengolahan Tandan Buah Segar (TBS) menjadi CPO (crude Palm Oil) dan PKO (Palm Kernel Oil). Dalam proses penggilingan tersebut akan mempunyai hasil sampingan, yaitu berupa limbah padat, terdiri dari tandan buah kosong (TBK), serat, cangkang, abu ketel, dan limbah cair (POME). Limbah-limbah tersebut akan mengemisikan karbon apabila tidak dikelola dengan baik. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun