Mohon tunggu...
ulistrobery7
ulistrobery7 Mohon Tunggu... Publisher -

Tak pandai beretorika hanya gemar bercerita

Selanjutnya

Tutup

Lyfe

Romansa Aspura Aspuri, Smudama Never Ending Story

6 Agustus 2017   01:40 Diperbarui: 8 Agustus 2017   21:02 1970
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Tangki kuning, saksi perjuangan siswa mendapatkan air di asrama. Doc: pribadi

Dilansir dari website ika-smudama.org, cerita ini ditulis oleh Irwan Kadir yang kerap disapa Kak Irka.  Alumni angkatan 2 yang menempuh pendidikan di Smudama pada tahun 1997- 2000.

SMA Negeri 2 Tinggimoncong atau yang lebih dikenal dengan sebutan "Smudama" adalah salah satu SMA terbaik di Sulawesi Selatan. Berlokasi di Kabupaten Gowa, di sebuah desa yang dikelilingi pegunungan tinggi, tepatnya 8 km dari Kota Malino. Sekolah yang dibuka sejak 1997 ini telah banyak menorehkan prestasi, baik dalam skala regional, nasional, bahkan sampai internasional.

Dengan konsep boarding school, tentu banyak cerita tersendiri dari siswa yang pernah mengecap pendidikan di sini. Salah satu yang menarik adalah cerita tentang asrama. Seperti yang dituliskan oleh Kak Irka berikut ini....

ROMANSA ASRAMA PUTERA DAN ASRAMA PUTERI

Bagi sebagian besar siswa-siswi generasi 1 (bangga sebagai generasi pertama) hidup berasrama adalah pengalaman baru dan pertama kali dirasakan kecuali buat sejoli. Eeheeem...sebutlah Dinda dan Kanda yang saat jenjang SMP sudah mondok di pesantren yang kalau diceritakan bisa jadi sinetron stripping.

Pembina asrama putera saat itu adalah Bapak Abd. Razak. Asrama putera yang lebih hits disebut ASPURA ini letaknya di bagian bawah terdiri dari dua blok . Blok asrama pinang terdiri dari 6 kamar yaitu pinang 1 sampai pinang 6. Blok asrama ini ditempati kelas 2 yang karena jumlahnya cuma 8 orang jadi yang terpakai cuma pinang 1 dan pinang 2. Blok asrama lainnya yaitu palem yang diperuntukkan untuk siswa kelas 1 saat itu yang berjumlah 22 orang. Spesial buat palem 3 hanya berisikan 2 siswa saja. Karena model asrama yang masing-masing ujungnya dilengkapi dengan kamar mandi, maka saat itu pembagian penggunaan dan pemeliharaan kamar mandi di ujung kanan untuk palem 1-3 dan di ujung kiri untuk palem 4- 6.

Ketua asrama saat itu dipercayakan kepada Suryadi.  Agenda rutin setiap hari minggu jam 7 pagi diadakan apel yang dipimpin oleh pembina asrama. Biasanya sih diceramahin macam- macam, terutama soal kebersihan. Kamar yang kotor siap- siap dimarahin sama beliau. Apel pagi akan diakhiri dengan sesi tanya jawab tetapi lebih banyak tanpa pertanyaan, udah serem duluan lihat kumis beliau..hahaha.

Asrama puteri yang kondang dengan sebutan ASPURI di tahun pertama, pembinanya adalah Dokter Ratna sekaligus dokter poliklinik asrama saat itu. Blok asrama melati ditempati oleh siswi kelas 2 yang berjumlah 12 orang yang menempati kamar melati 1-3. Blok asrama anggrek ditempati oleh siswi kelas 1 yang terisi penuh dari Anggrek 1-6. Ayo masih pada ingat gak nih teman dan tetangga kamarnya.

Aspuri yang jaraknya hanya 3 meter dari aspura ini kemudian berganti menjadi asrama putera sejak tahun 2002. Namanya pun ganti jadi ASBEN. Asben sendiri singkatan dari asrama bencong. Disebut demikian karena asrama ini adalah bekas asrama puteri tapi sekarang sudah menjadi asrama putera. Asrama puteri lalu pindah ke tempat yang lumayan jauh dari aspura, dipisahkan oleh masjid. Aspuri sendiri ada dua lantai dengan 19 kamar. Seiring berjalannya waktu, asrama puteri makin bertambah, dari aspuri, aspurba, asputer, hingga aspucil. Berbeda dengan asrama putera yang selama 20 tahun terakhir hanya menambah satu blok di belakang asben yang disebut blok pinus.

Asben dan aspura di tahun 2015. Doc: pribadi
Asben dan aspura di tahun 2015. Doc: pribadi
Aspuri dan Masjid Jabal Nur. Doc: pribadi
Aspuri dan Masjid Jabal Nur. Doc: pribadi
Banyak kenangan yang terukir indah saat hidup di asrama di tahun pertama. Tidak pernah terbayangkan oleh saya dan teman- teman yang lain bahwa sekolah yang berlabel SMA PLUS oleh warga sekitar ini akan mengalami krisis dan kesulitan air bersih. Apalagi diawal sekolah dibuka masih musim kemarau, bahkan hutan yang ada di lembah belakang sekolah sudah mengering dan menyisakan dedaunan berwarna coklat dan ilalang.

Istilah SMA Plus dari masyarakat setempat juga pada akhirnya berganti jadi SMA Andalan. Hingga saat ini, nama andalan masih kerap digunakan. Sampai pete- pete jurusan Sungguminasa - Smudama pun berlabel ANDALAN.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun