Mohon tunggu...
Uli Elysabet Pardede
Uli Elysabet Pardede Mohon Tunggu... Karyawan Swasta -

Inspirasiku dalam menulis adalah lagu indah, orang yang keren perjuangannya, ketakutanku dan hal-hal remeh-temeh yang mungkin saja bisa dibesarkan atau dipentingkan… Tuing! blog : truepardede.blogspot.com

Selanjutnya

Tutup

Catatan

Pengampunan-Nya Penyambung Kehidupan

4 September 2011   03:45 Diperbarui: 26 Juni 2015   02:15 78
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Apa pertobatan? Mungkin perubahan dari yang buruk menjadi baik. Dan aku masih tak mampu untuk melakukannya sekalipun aku tahu bahwa bisa saja esok aku akan usai. Namun pengampunan yang tiada henti selalu kita dapat tiap hari.

Segala pelanggaran, kesalahan dan semua yang aku lakukan tetapi tak berkenan pada Dia seharusnya sudah menjadi alasan Dia untuk menyudahi hidupku. Namun pengampunan itulah penyambung hidupku. Takkan dibiarkannya aku sendiri mencari pengertian hidup ini. Aku selalu ditempatkan pada tempat yang dapat selalu dilihat-Nya (memang Dia Maha Tahu).

Hargaku tidak kurang dari debu diujung kakinya. Namun karena kuasa-Nya sekalipun didepan bangsawan-bangsawan aku diangkat-Nya tinggi. Menghapus airmataku walau aku tak tahu kenapa aku harus secengeng itu.

Akulah. Akulah sipenyesal ulung. Yang akan selalu menyesal saat sudah tiada jalan. Tapi masih lebih baik dari mereka yang jelas-jelas menolak. Aku tak tahu sebelumnya dan akan tahu sesudahnya. Sesudah suatu kejadian akan membuka mata hatiku.

Aku berserah dalam Dia saja dan itu akan menjadi komitmenku walau memang aku tak janji untuk menjadi penurut (sangat susah). Aku hanya berpikir akan menjadi terbuang percuma pekerjaan kita di hidup ini kalau tidak berserah pada-Nya.

Apapun itu... Mimpiku adalah mendengar suara-Nya. Entahlah apa mungkin? Mendengar suara-Nya secara langsung. Bisa? Aku yang berdosa ini?

Tuhan, tetaplah disitu
Aku mau berdiri di setapak ini
Yang penting Kau melihat aku
Awasi aku, Selidiki aku
Setidaknya sampai waktu menyudahiku
Tuhan aku benci aku
Tolong buat aku sayang aku
Agar aku tak hina didepan aku
Dosa, pelanggaranku benturkanlah itu Tuhan ke bebatuan itu
Sehingga aku tak mampu menyusunnya kembali
Aku rapuh
Maka itu tolonglah tetap di situ menatap aku
:)

#ditulis sebelum aku mendengar suara-Nya dan suatu saat aku akan mendengar suara-Nya#

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun