Kiki masih duduk di kursi kantin paling sudut. Matanya masih memandangi Jihan pelayan kantin yang masih kerepotan melayani para mahasiswa yang makan siang. Berulang kali Jihan bilang "Tunggu" pada Kiki dan Kiki hanya mengangguk bosan.
Selang beberapa menit kemudian barulah Jihan mendekati si ayam kampus Kiki. Kiki dengan wajah yang berangsur cerah kembali membisikkan sesuatu ke telinga Jihan.
"Hmm... Lu udah gak tahan yah?" Jihan geleng kepala.
"Bukan. Persediaan duit belanja gue udah kandas jadi butuh pemasukan lagi. Ah, elu kok menyudutkan gue kayak cewek nafsuan gitu sich?" Kiki sewot.
"Lha emang iya khan? Jadi selama ini apa?" Jihan kebingungan garuk kepala.
"Hiks... Terpaksa! Demi uang. Kalo gak gara-gara uang amit-amit gue mau tidur sama laki-laki yang bukan suami gue. Ah, udahlah kok jadi curhat. Pokoknya elu harus cari buat gue! Kalo boleh yang kaya dan jangan tua kayak kemaren." Desak Kiki sambil mengangkat tasnya.
"Iya... Iya..." Jihan mangut-mangut.
"Please, gue serius. Kalo gak ada malam ini bisa-bisa gue gak makan dan kuliah." Kata Kiki memelas.
"Iya!"
***
Sekitar jam 6 sore dalam kamar kost Kiki. Dia terlihat menjaga-jaga Handphonenya. Sebenarnya Kiki bukanlah orang yang tak punya namun konsumerisme-nya itu membuat uang 1 juta rupiah pun bakal lenyap samanya dalam 1 malam. Tiba-tiba Handphone Kiki berdering dan dengan bahagianya dia mengangkatnya.