Mohon tunggu...
Uli Elysabet Pardede
Uli Elysabet Pardede Mohon Tunggu... Karyawan Swasta -

Inspirasiku dalam menulis adalah lagu indah, orang yang keren perjuangannya, ketakutanku dan hal-hal remeh-temeh yang mungkin saja bisa dibesarkan atau dipentingkan… Tuing! blog : truepardede.blogspot.com

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Cinta Beda Agama Bag. 4

1 Oktober 2011   04:55 Diperbarui: 26 Juni 2015   01:27 685
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Novel. Sumber ilustrasi: PEXELS/Fotografierende

Sebelumnya, Cinta Beda Agama Bag. 1, Cinta Beda Agama Bag. 2, Cinta Beda Agama Bag. 3...

mencoba apa salahnya, walau nyatanya belum cinta... tapi terlanjur cintakah nanti aku???

*******************

Nama kamu ada di sini

Laura berjalan masuk ke perpustakaan matanya sembab dan seperti kurang tidur. Dia duduk di sudut perpustakaan sambil berpangku tangan dia tidak sadar disampingnya ada seseorang. Dia meletakkan tas itu ke pangkuan seseorang itu. Tatapan matanya masih kosong. Seseorang itu mengembalikan tas Laura dan berdiri. Laura meliriknya betapa terkejutnya dia ternyata itu Sahlan.

“Kamu…” Laura memicingkan mata.

Laura segera berdiri dan mengambil tasnya. Tapi Sahlan menahan tangannya dan Laura tak mampu melangkah lagi. Sahlan memandang memelas padanya.

“Lan, plis…” Laura berusaha menarik tangannya kembali. Tapi Sahlan meremasnya kuat membuat Laura tak mampu bergerak lagi.

“Aku berharap kamu mau sama aku…. Aku betul-betul punya cinta.. Bukan seperti Romeo kamu itu.. Plis juga percaya sama aku….” Kata Sahlan mendekatkan wajahnya. Laura menunduk-nunduk, banyak orang yang sudah menyadari apa yang sedang terjadi. Karena Laura tak memberi jawaban. Sahlan lanjut lagi berbicara.

“Laura… 1 bulan pertemanan kita tapi rasanya sudah seperti menunggu 1 tahun untuk mendapat cinta kamu…” Kata Sahlan memelas..

“Gak usah sok puitis.” Laura mendorong tangannya kearah pipi Sahlan. Tapi Sahlan mencoba untuk bersabar.

“Aku harus berbuat apa supaya kamu percaya???” Tanya Sahlan.

“Gak ada….!!!” Kata Laura ketus tapi dia tidak bisa berbuat apa-apa karena tangannya masih ditahan Sahlan.

“Jahat banget sich kamu sama aku??? Padahal aku baik sama kamu… Mau traktir kamu makan siomay..” Omongan Sahlan sedikit ngelatur membuat Laura memonyongkan bibirnya kesal. Tiba-tiba Sahlan merabakantong celananya dan mengeluarkan silet. Mata Laura membelalak. Apa yang hendak diperbuat Sahlan?? Mau bunuh dirikah? Atau mau membunuh diri Laura sendiri.

“Kamu mau ngapain???!!!” Pekik Laura. Membuat semua yang diperpustakaan melirik kearah mereka.

Sahlan melepas genggamannya dari tangan Laura. Laura masih tetap kebingungan, dilihatnya Sahlan membuka kertas pembungkus silet yang masih baru itu.

“Ih, kamu Phsyco….” Hujat Laura…. Tapi Sahlan tak peduli, ditatapnya wajah Laura sebentar.

“Aku mau menggores nama kamu di telapak tanganku. Itu bukti cinta aku padamu.” Kata Sahlan. Laura menggeleng kepala untuk melarang dia. Tapi Sahlan sudah mulai menggoreskan ke telapak tangannya.

“Jangan….” Omel Laura tapi tak juga digubris oleh Sahlan. “Ah, terserah kamu dech..” Laura mengambil tasnya dan berjalan meninggalkan dia. Sahlan ditinggal begitu saja.

Laura mencoba berjalan dengan mantapnya walau wajahnya sedikit pucat. Sesampai diluar Perpustakaan muncul pikiran yang mengganggu Laura. Nanti kalau dia betul-betul menyelesaikan tulisan itu?? Dan dia kehabisan darah bagaimana?? Nanti kalau dia ternyata betul-betul sayang sama dia bukan bohongan, bagaimana?? Apa dia akan menjadi perempuan paling jahat sedunia karena menyia-nyiakan seseorang. Tiba-tiba langkah kaki Laura terhenti dan berbalik lagi sambil berlari kearah perpustakaan. Dilihatnya Sahlan masih menggurat-gurat tangannya dengan sedikit airmata disudut matanya.

“Sahlan!!!” Pekik Laura.

Sahlan yang sedari tadi menggurat-gurat tangannya dan dilantaipun sudah bercucuran darah akhirnya berhenti dan tersenyum kesakitan melihat Laura yang datang mendekatinya kembali.

“Akhirnya kamu datang….” Kata Sahlan.

“Bodoh…” Caci Laura. Sambil menarik telapak tangan Sahlan dan mengusap-usap tangan Sahlan dengan tangannya sendiri. Karena banyak yang melihat mereka, Laura pun menarik Sahlan keluar dari perpustakaan dan mereka pergi ke atas atap Kampus.

“Ih, kamu benar-benar bodoh…” Caci Laura lagi sambil menampar pipinya pelan. Sahlan hanya tersenyum bahagia walaupun dia dapat tamparan dari Laura.

“Sekarang apa kamu mau menerima aku???” Tanya Sahlan sambil mengusap-usap tangannya. Sekali-sekali dia menunjukkan telapak tangannya pada Laura yang sudah tertulis ‘LAURA’…

“Aku gak yakin sama kamu…” Laura membuang muka.

“Hmmm……. Laura aku mau nunjukin sesuatu siapa tau bisa buat kamu percaya kalo aku itu sungguh-sungguh…” Kata Sahlan sambil merentangkan kedua tangannya dan menengadah keatas.

“Apalagi sich?? Mau bunuh diri?? Yah kepinggir sana dong biar langsung terjun bebas ke bawah… Masak bunuh diri kelantai…” Kata Laura mengejek.

“Tapi aku serius Laura…. Coba bayangkan kalo kepala kita terbentur ke lantai itu pasti sakit khan….” Jelas Sahlan.

“Iya sich… Sakit… Tapi ah masa bodoh. Toh yang ngerasain itu bukan aku… Terserah!!” Kata Laura sambil membuang muka… Dan setelah itu… BRUK!!!!! Laura langsung menoleh ke asal suara itu, dilihatnya Sahlan sudah pingsan.

“Kyyaaaaa!!!!!!!!!! Bodoh!!!!!!!!!!!!” Laura memukul-mukul kepalanya. Sambil menghentak-hentakkan kaki di lantai. Dia terduduk mencoba mengangkat bahu Sahlan.

“Aduh Sahlan… Kalo pingsan mikir dulu dong… Aku gimana ngangkat kamu…” Omel Laura seperti orang gila.

Laura mulai kebingungan disudut matanya mulai bermunculan titik-titik air dan hampir mau menetes. Dia semakin ketakutan saat dilihat wajah Sahlan makin memucat. Laura menengadah keatas langit-langit. Dengan suara pelan dia berkata. “Tuhan aku harus apa?” Laura memukul kepalanya sendiri.

“Lan… Aku bukannya gak bisa… Tapi kamu harus tahu… Aku… Aku lagi bingung… Aku gak mau jatuh kedalam lubang kesalahan yang sama… Ngerti gak sich???? Bangun!!!!” Pekik Laura histeris… Airmatanya berserakan di pipi. Laura hanya terisak-isak dia tak bisa menolong Sahlan yang pingsan.

Entah karena apa? Mungkin bohongan. Atau sudah siuman. Sahlan bangun dan memandang Laura yang menangis terisak-isak.

“Udah dong nangisnya.” Kata Sahlan spontan. Laura melirik kearah suara dan matanya yang indah membelalak. Tapi Laura tidak lagi marah-marah seperti tadi. Dia hanya diam dan mencoba membersihkan pipinya.

“Maaf yah. Tapi plis, kamu mau dong jadi pacar aku.” Kata Sahlan.

“Apa kamu bisa janji?” Tanya Laura tiba-tiba membuat Sahlan seperti mempunyai harapan kembali.

“Janji apa???” Tanya Sahlan.

“Janji gak bakal menyakiti aku dengan alasan apapun?? Apalagi itu soal agama?? Kamu bisa…?? Kamu siap ???” Tanya Laura meyakinkan Sahlan.

“Siaaapppp!!!!!!!!” Jerit Sahlan histeris. “Akan aku jalani…” Kata Sahlan semangat.

“Tapi ingat satu Lan. Sebenarnya aku itu belum cinta sama kamu. Aku hanya ingin mencoba apa aku bisa mencintai kamu.” Kata Laura polos. Sahlan terdiam walau ada bahagia tetap saja ada pedih terselip dihatinya.

“Itu akan jadi tugas aku buat kamu cinta…” Kata Sahlan dengan senyum bahagianya.

“Gombal.” Laura mencubitnya. Tiba-tiba rintik-rintik hujan meluncur dari atas langit.

“Waduh hujan….” Sahlan mengajak Laura berteduh dibawah atap tembok yang sedikit. Laura hanya memandangi wajah Sahlan lekat-lekat sampai Sahlan GR.

“Ih kenapa sich??? Aku jadi ge-er nich.”

“Kamu pacar aku???” Tanya Laura seperti orang bodoh. Sahlan tertawa renyah dan kemudian Sahlan menunjukkan goresan nama Laura ditelapak tangannya. Laura terlihat bingung.

“Aku cinta kamu… Tapi kamu belum jelas cinta aku atau enggak.. Tapi aku anggap kita pacaran.” Sahlan tersenyum lembut dan mengacak-acak rambut Laura yang memasang wajah biasa. Dia tidak tahu apa dia harus senang? Apa dia harus sedih? Tapi yang pasti dalam hatinya .. Mencoba apa salahnya???

***************************

Bersambung ^_^

Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun