Mohon tunggu...
Uli Elysabet Pardede
Uli Elysabet Pardede Mohon Tunggu... Karyawan Swasta -

Inspirasiku dalam menulis adalah lagu indah, orang yang keren perjuangannya, ketakutanku dan hal-hal remeh-temeh yang mungkin saja bisa dibesarkan atau dipentingkan… Tuing! blog : truepardede.blogspot.com

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Cinta Beda Agama Bag. 2

29 September 2011   04:29 Diperbarui: 26 Juni 2015   01:31 747
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Novel. Sumber ilustrasi: PEXELS/Fotografierende

Sebelumnya, Cinta Beda Agama Bag. 1 Fatal Love (;'_';)

***************************************

Siomay Cinta

Laura memandang rintik hujan dari dalam kafe. Kafe yang baru sekali didatanginya bersama Romeo saat pacaran singkat itu. Malam ini malam minggu tapi Laura harus menyendiri dengan segelas Orange Juice didepannya. Bibir mungilnya memainkan sedotan putih itu, matanya yang sembab karena kemarin menangis tiada henti. SMS yang dikirim Laura tidak dibalas lagi oleh Romeo. Dia merasa seperti wanita yang kesepian terus mengejar cinta lelaki. Bosan dengan sedotannya Laura memangku dagunya dengan tangan. Huft….

Laura bosan memandangi rintik hujan diluar sana. Dia melempar pandangannya ke sekeliling Kafe yang tidak terlalu ramai pengunjung itu. Betapa tekejutnya dia saat melihat Sahlan laki-laki yang kemarin itu ada disitu.

“Ih, jangan sampe dia lihat aku” Laura menutupi wajahnya. Tapi terlambat Laura sudah terlihat oleh Sahlan. Dan Sahlan berjalan mendekati dia. Laura pura-pura mainin Hpnya saat dia disapa Sahlan.

“Hai, sendirian aja nih. Pacarnya mana?” Tanya Sahlan sambil dengan suka-suka duduk dekat Laura. Laura hanya memasang wajah pura-pura serius di HPnya.

“Di SMSin ke nomornya gak pernah dibalas..” Kata Sahlan lagi padahal tidak didengar Laura.

“Hei….” Sahlan sedikit memukul meja. Akhirnya Laura memandang Sahlanyang sok imut itu.

“Ada apa?” Tanya Laura jutek.

“Pacar kamu mana?” Tanya Sahlan lagi.

“Udah mati…” Jawab Laura kesal.

“Ih, bohong. Pacar kamu khan Romeo. Romeo belum mati tuch”

Laura memicingkan mata bundarnya. “Darimana kamu tahu tentang Romeo?” Tanya Laura.

“Ahahaha…. Aku tahu lah… Kita khan satu kampus.”

“Satu kampus pun kok bisa langsung tau kayak gitu jelas?” Tanya Laura curiga.

“Sebenarnya aku selalu perhatikan kamu bahkan sebelum kamu pacaran sama Romeo.” Kata Sahlan jujur.

“Oh, sebegitu indahnya kah aku makanya kamu perhatikan diam-diam” Kata Laura sombong.

“Yey, gak usah langsung sebangga itu non.”

Laura terdiam dan kembali memandangi rintik hujan yang ada diluar sana. “Romeo bukan pacar aku lagi… Kamu terlambat tau itu percuma kamu sering perhatikan aku diam-diam” Kata Laura dengan suara rendah.

“Lho, kok bisa” Sahlan terheran-heran.

“Iya, dia udah punya pacar yang lebih baik dari aku. Seagama lagi.” Kata Laura sambil menyeruput sedotannya.

“Seagama?”

“Iya, dia mutusin aku karena beda agama gitu. Huft, kenapa yah musti beda-beda begitu? Padahal Tuhan itu satu loch. Satu khan? Tuhan aku sama dia itu gak 2 khan?” Kata Laura dengan mata berkaca-kaca.

Sahlan terdiam dia membiarkan Laura menunduk untuk menyembunyikan airmatanya itu. Sahlan seperti mendapat ide dan berdiri seperti ingin pergi.

“Aku tau cara untuk kamu bisa melupakan dia. Hehehe… Ayo ke tempat Siomay langgananku. Disitu enak en murah meriah lagi.” Kata Sahlan semangat.

“Kamu aja… Aku mau pulang..” Laura mengambil tasnya.

“Hei… jangan pergi dulu… Aku serius Siomaynya itu enaknya minta ampun.” Kata Sahlan sambil mengikuti langkah Laura.

“Kamu yang bayarin yah..” Kata Laura tiba-tiba.

“Wokeeee…..!!!!!!!!!!” Sahlan gembira bukan main dia segera menarik tangan Laura dengan cepatnya keluar dari Kafe. Ditempat parkir Sahlan santai mengambil sepeda motornya. Tapi dia bingung Laura kearah yang berbeda dan dia sedang mengeluarkan sebuah sepeda motor dari barisan sepeda motor.

“Eh, kamu bawa sepeda motor juga yah” Kata Sahlan.

“Iya… Ya udah… Lagian aku juga alergi dibonceng cowok yang gak aku kenal kayak kamu” Kata Laura sambil memasang helm.

“Huh…” Sahlan memonyongkan bibirnya. “Ya udah ikutin aja aku paling 5 menit kita udah sampe ke sana.” Kata Sahlan sambil berlalu diikuti Laura.

Selang beberapa menit kemudian Laura dan Sahlan sudah ada di penjualan Siomay itu. Di depan mereka sudah bertengger 2 piring Siomay yang menggugah selera. Sahlan segera melahapnya diikuti dengan Laura. Laura memakannya sedikitmalas-malasan.

“Laura, kita lomba makan siomay. Siapa yang kalah bayarin minumannya.” Kata Sahlan.

“Oke” Laura segera membuka mulutnya lebar memasukkan sendok yang berisi Siomay. Mereka berlomba-lomba untuk gratisan bayar minum. Laura mungkin lupa kalau yang tadi janji bayarin khan Sahlan. Hihihihi….

Sek,sek,sek,sek…… Terdengar suara sendok Sahlan mengais-ngais sisa Siomaynya. Laura terlihat cemberut karena bukan dia yang menang. Dia tidak bisa menghabiskan makanannya malah.

“Hahaha… Kayaknya ada yang menang nich….” Tawa Sahlan sambil menahan pedas. “Bu, es kacang ijo dua…..” Kata Sahlan pada si tukang siomay.

“Hmmm, ketahuan yang rakus…” Omel Laura.

“Yeah…. Itulah aku….” Kata Sahlan santai sambil bersandar di kursi. Laura hanya geleng-geleng kepala sambil senyum-senyum.

“Aduh, kayaknya ada yang lagii tersenyum manis ini. Udah lupa sama kesedihan yang tadi ya?” Goda Sahlan.

“Mungkin….”

Minuman tiba di meja mereka dan langsung Sahlan yang menyeruput duluan. Laura dengan santai meminumnya.

“Bagus dech kamu udah bisa melupakan dia. Sedikit demi sedikit pasti jadi lupa beneran.”

“Hehehe…. Iya, gampang melupakan pacar yang Cuma 2 minggu doang.” Laura tertawa kecil walau itu tawa yang tak tulus.

“Sebagai hadiahnya, aku yang bayarin ini minuman.”

“Ih, mana bisa begitu…. Aku khan udah kalah.. Gak usah” Larang Laura.

“Yey, tapi itu hadiah, lagian khan aku tadi yang di kafe janji untuk bayarin kamu.”

“Hadiah? Apa sih hubungannya kamu sama aku udah ngelupain Romeo. Ada-ada saja.” Laura hanya menggeleng.

“Hmmm… anggap aja aku ini pacar kamu… Gimana..???” Kata Sahlan tiba-tiba.

“Apa????? Uhuhukkk….uhuuuhuuukkkkk…………….” Laura yang tadinya sedang menikmati es kacang ijo itu jadi tersedak kaget.

“Hehe… becanda… mana maukamu sama aku… Iya khan???” Tebak Sahlan denga wajah kecewa. Laura hanya tersenyum tak habis pikir.

Dengan gaya sedikit pamer Sahlan mengeluarkan dompetnya dan mengambil uang dari dalam. Laura sedikit terkejut anak kuliah seperti Sahlan punya uang banyak, didalamnya ada uang ratusan ribu berlembar-lembar dan beberapa kartu terselip didalamnya.

“Bu… Mau bayar nih…” Panggil Sahlan.

“RP.30.000,00 dek” Kata Ibu itu.

“Nih….” Kasih Sahlan. “Kembaliannya ambil aja.”

“Makasih…

“Iya, sama-sama bu….” Sahlan sama-sama berdiri dengan Laura.

“Eh, dek Sahlan biasanya datang kesini sendiri, tapi sekarang udah bawa cewek nih. Pacarnya yah?” Tanya seorang pelayan yang ada disitu. Laura terkejut bukan main dia segera bergegas meninggalkan tempat itu. Diikuti Sahlan yang tersenyum bangga.

“Cepat banget sih kamu.” Kata Sahlan sambil menghidupkan mesin sepeda motornya.

“Hmmm,,,, aku ada tugas…. Jadi besok dikumpul…” Jawab Laura cuek.

“Ahahaha…. Ketahuan bohongnya, besok khan hari minggu…” Tawa Sahlan meledak. Wajah Laura memerah menahan malu.

“Rumah kamu dimana sich?” Tanya Sahlan.

“Di jalan Meranti…. Kamu?” Tanya Laura balik.

“Jalan Ahmad Yani. Wah berarti rumah aku duluan nyampe…”

“O ya? Berarti aku bisa lihat rumah kamu dong.” Kata Laura.

“Boleh….”

Mereka bersama meninggalkan tempat itu dan mereka bersamaan saat mengendarai sepeda motornya. Tidak saling mendahului. Tiba di sebuah rumah yang megah yang disampingnya ada sebuah mushola yang sama megahnya, Sahlan berhenti diikuti oleh Laura.

“Ini rumah kamu?” Tanya Laura sedikit terkagum-kagum.

“Iya…. Inilah gubukku…”

“Rumah kamu dekat juga yah sama mushola.” Kata Laura.

“Bukan dekat lagi. Ini udah satu pekarangan, mushola itu punya keluarga aku tapi bisa dipakai orang kampong juga kok.” Jelas Sahlan.

“Punya kalian? Jadi…..jadi kamu muslim?” Tanya Laura sedikit ragu.

“Iya…. Kenapa?” Tanya Sahlan.

“Oh, enggak apa-apa kok. Kalo gitu aku duluan yah…” Laura menjalankan sepeda motornya.

“Eh, Laura… tunggu …… Besok kamu jangan lupa ke gereja yah?” Ingat Sahlan. Laura sedikit terkejut. Berarti Sahlan sudah tau apa agamanya… Laura hanya tersenyum kecut sambil memandang kembali kearah Mushola itu.

“Makasih” Kata Laura pelan sambil berlalu. Wajah Sahlan terlihat sedikit bingung, dilihatnya kembali kearah mushola itu.

“Apa yang diherankan Laura yah? Cckckckck…………..”



***************************************


***Bersambung…. ^_^

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun