Dulu sempat bertanya-tanya. Benarkah ada ayam kampus itu? Di dalam kampus ini? Pertanyaan itu membutuhkan waktu yang tidak sebentar. Namun sekarang sudah terlihat oleh saya bagaimana sebenarnya Ayam kampus itu. Dia tidak kontras dan dia sangat pintar berkamuflase sehingga tidak terlalu kelihatan sepak terjangnya. Tetapi bangkai bila disimpan pasti cepat atau lambat akan terendus juga. Yah, mereka bersembunyi tetapi saya tahu mereka dan yang lainnya pun tahu mereka. Rahasia umumlah!
Berawal dari sifat konsumtif manusia apalagi di zaman moderen ini, semua harus kelihatan waahh... Beratnya perjuangan orangtua dalam menguliahkan anak sehingga terkadang uang jajan yang didapat kurang sementara berbagai macam gaya mencolek mereka untuk dicoba. Ketinggalan zaman? Tak mungkin! Mereka harus mendapatkan penghasilan untuk bisa mengekor zaman ini.
Di dalam keadaan galau seperti inilah yang membuat mahasiswi asal memilih pilihan yang tidak tepat. Terjerumus! Ya, mereka terjerumus dalam pelukan lelaki-lelaki yang membutuhkan mereka. Ada uang abang sayang, tak ada uang abang kutendang! Mereka tidak sadar bahwa harga diri merekalah yang tertendang. Maklum masih labil, umur muda namanya juga baru tamat SMA. Gaya hidup oke khan? Apalagi coba ? Yang penting tarif pas!
Berkelana menjajakan diri. Oh, itu sepertinya agak terlalu susah dijalani ayam kampus. Mereka lebih memilih menjadi wanita simpanan dari lelaki berduit yang memiliki istri, selain uang bulanan ada mereka tidak perlu salome khan? Cukup satu saja tak perlu beramai-ramai namun bisa memenuhi mereka ; gadget, kosmetik, hura-hura, pamer ke teman, bayar uang kost, dll. Mungkin ini yang dinamakan pelacur yang bijak menggunakan sumber daya secara efektif untuk mencapai sasaran.
Saya katakan demikian karena sering sekali ada gadis berjalan bergandengan tangan dengan mesra bersama seorang pria berkumis (GUBRAKK!!!). Bapaknya kah? Atau Oom senangnya? Kok setiap hari?
Tidak hanya satu sifat itu yang saya lihat dari gambaran umum ayam kampus yang berseliweran. Ada yang gonta-ganti. Tidak takutkah mereka penyakitan? Tidak sayangkah kesuciannya? Tetapi memang seorang wanita bila harga dirinya sudah terinjak-injak apalagi itu berhubungan dengan seks pasti tingkah lakunya pun berubah. Dengan tidak malunya dia menghisap rokok dihadapan orang ramai, bajunya seperti kekurangan bahan dan mimik wajahnya selalu sensual (uh, tak sopan). Mungkin inilah yang dinamakan cewe bispak (bisa dipake). Wew, kalau memang ada perempuan begitu, berarti didalam sarang penyamun pun dia takkan ketakutan yak?
Ayam kampus lainnya adalah ayam kampus untuk kekasihnya sendiri.Kalau sudah yang beginian akan bosanlah mahasiswa-mahasiswa lainnya melihat kemesraan mereka. Kemana-mana selalu bersama. Gak salah sich! Tapi kalau mojok di dalam kelas yang lagi kosong... Apa itu? Kalau sering menyambangi kost-annya yang sepi? Apa itu? Ckckckck... Otomatis si wanitalah yang terikat. Yang lebih parahnya, saat diadakan camping yang lain berkumpul di luar bernyanyi-nyanyi tetapi ada dua sejoli yang notabene bukan pacaran apalagi suami-istri sedang berduaan dalam tenda. Tak perlulah diceritakan bagaimana peluh mereka. Sudah sama-sama dewasa seharusnya tahu mana yang baik dan yang tidak.
Dari semua yang terlihat mahasiswi yang mudah terjerembab adalah mereka yang kost. Dengan mudahnya terbuai apalagi bila mahasiswa itu adalah rombongan urbanisasi. Dari desa yang sepi menuju ke kota yang padat sesak. Kekagetan yang tak berujunglah yang dirasakan mereka. Mau tak mau mereka memilih pilihan gila. Apalagi yang dipikirkan? Toh orangtua tak melihat!
Ckckckckck...
Berarti ada 3... Ayam kampus yang terkesan eksklusif, Ayam kampus Bispak dan Ayam kampus yang memang pada dasarnya suka sama suka dan tak perlu pamrih.
Deal-dealnya ya yang tadi itu. Ada uang abang sayang tak ada uang abang kutendang! atau bisa juga yang penting puas sama puas, gratis gapapa dweh. Pokoknya harga sejajar dengan barang yang dipunyai. GUBRAAAKK!!!