Pendahuluan
Kesehatan ibu dan anak merupakan salah satu indikator untuk menilai kesejahteraan suatu bangsa. Kualitas dari sumber daya manusia ditentukan oleh kesehatan ibu dan anaknya. Pelayanan kesehatan maternal adalah salah satu unsur penentu suatu kesehatan (Saifudin, Abdul Bari, 2013). Menurut WHO tahun 2019 Angka Kematian Ibu (maternal mortality rate) merupakan jumlah kematian ibu akibat dari proses kehamilan, persalinan, dan pasca persalinan yang dijadikan indikator derajat kesehatan perempuan. Angka Kematian Ibu (AKI) merupakan salah satu target global Sustainable Development Goals (SDGs) dalam menurunkan AKI menjadi 70 per 100.000 kelahiran hidup pada tahun 2030. Terdapat sebanyak 303.000 jiwa kasus AKI didunia, sedangkan di ASEAN terdapat sebanyak 235 per 100.000 kelahiran hidup kasus AKI (ASEAN Secretariat, 2020).
Berdasarkan Data Survey Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) AKI di Indonesia meningkat dari 228 per 100.000 kelahiran hidup pada tahun 2002-2007 menjadi 359 per 100.000 kelahiran hidup pada tahun 2007-2012. Angka Kematian Ibu (AKI) mengalami penurunan pada tahun 2012-2015 menjadi 305 per 100.000 kelahiran hidup dan jumlah kematian ibu di Indonesia pada tahun 2019 yaitu sebanyak 4.221 kasus (Kementrian Kesehatan RI, 2019). Upaya yang dapat dilakukan untuk menurunkan AKI dan AKB serta mencegah terjadinya komplikasi obstetrik dan neonatal, seperti asfiksia, kelainan kongenital, penyakit penyerta lainnya pada bayi dan hipertensi dalam kehamilan dan nifas, maka petugas kesehatan diharapkan dapat memberikan pelayanan kesehatan secara continue of care (Podungge, 2020).
Data dari Survei Penduduk Antar Sensus (SUPAS) 2015 menyebut penyebab kematian ibu terbanyak masih di dominasi perdarahan (30.3%), disusul hipertensi dalam kehamilan (27.1%), infeksi (7%), penyebab lain-lain 45% cukup besar termasuk didalamnya penyebab penyakit non obstetrik (Kemenkes RI, 2016). Kematian maternal yang tinggi juga disebabkan oleh tingginya angka kehamilan yang tidak diharapkan. Lebih kurang 65% kehamilan masih terjadi karena "4 terlalu" yang berhubungan dengan kehamilan "terlalu muda (<20 tahun), "terlalu tua: (>35 tahun),"terlalu sering (jarak kehamilan <2 tahun, "terlalu banyak" (>3 anak). Sebagian besar kematian ibu dapat dicegah apabila mendapat penanganan yang adekuat di fasilitas pelayanan kesehatan. Faktor waktu dan transportasi merupakan hal yang sangat menentukan dalam merujuk kasus risiko tinggi. Oleh karenanya deteksi faktor risiko pada ibu baik oleh tenaga kesehatan maupun masyarakat merupakan salah satu upaya penting dalam mencegah kematian dan kesakitan. Untuk menghindari risiko komplikasi pada kehamilan dan persalinan, setiap ibu hamil memerlukan asuhan antental sebanyak minimal 4 kali, yaitu satu kali pada trimester pertama (usia kehamilan 0-12 minggu), satu kali pada trimester kedua (usia kehamilan 12-24 minggu), dan dua kali pada trimester ketiga (usia kehamilan 24 minggu sampai persalinan) (Khadijah & ., 2018).
Asuhan kebidanan komprehensif yang dilakukan menyebabkan ibu dapat menjalani masa kehamilan, persalinan, bayi baru lahir, nifas dan keluarga berencana secara normal, tanpa ada masalah, penyulit dan komplikasi. Dukungan keluarga terutama support suami menjadi faktor penentu keberhasilan asuhan. Untuk itu, dalam setiap asuhan, bidan sebaiknya menjalin kerjasama dengan keluarga dan masyarakat agar kesehatan ibu dalam menjalani masa obstetrik, menjadi prioritas bersama. Selain itu tingkat pengetahuan ibu tentang kesehatan reproduksi, status sosial ekonomi, dan tingkat pendidikan yang dimiliki juga berpengaruh terhadap keberhasilan asuhan. Pengetahuan ibu tentang tujuan atau manfaat pemeriksaan kehamilan dapat memotivasinya untuk memeriksakan kehamilan secara rutin. Pemenuhan gizi ibu hamil juga merupakan hal penting pada masa kehamilan. Dengan mendapatkan gizi yang seimbang dan baik, ibu hamil dapat mengurangi resiko ksehatan pada janin dan sang ibu. Memperhatikan asupan makanan dan nutrisi sangat penting dilakukan oleh ibu hamil maupun keluarganya. Menjaga keseimbangan gizi pada ibu hamil sangat di perlukan agar kondisi ibu dan janin tetap sehat dengan memberikan makanan yang cukup mengandung karbohidrat dan lemak sebagai sumber zat tenaga (Pratiwi, 2020). Hal tersebut merupakan salah satu upaya yang bisa dilakukan untuk mencegah adanya kelainan atau masalah pada kehamilan resiko tinggi sejak dini seperti kekurangan energi kronis dan anemia pada ibu hamil (Qudriani & Hidayah, 2017).
Asuhan Kebidanan
Asuhan kebidanan adalah penerapan fungsi dan kegiatan yang menjadi tanggung jawab bidan dalam memberi pelayanan kepada klien yang mempunyai kebutuhan atau masalah dalam bidang kesehatan ibu dimasa hamil, persalinan, nifas, bayi setelah lahir serta keluarga berencana (Niu Flora, 2017).
Asuhan Kebidanan Komunitas
Asuhan kebidanan komunitas adalah sebagai rangkaian kerja atau segala aktivitas yang dilakukan oleh bidan untuk mewujudkan tatanan individu, keluarga, kelompok, dan masyarakat yang sehat secara utuh dengan melibatkan semua komponen, sumber daya alam dan sumber daya manusia baik lintas program maupun sektoral meliputi usaha promotif, prefentif, kuratif dan rehabilitatif yang sesuai dengan kewenangan seorang bidan (Hamdani M, 2015).
Asuhan Kebidanan Komprehensif
Menurut Homer et al (2014) dalam ningsih (2017) continuity of care dalam kebidanan adalah serangkaian kegiatan pelayanan yang berkelanjutan dan menyeluruh mulai dari kehamilan, persalinan, nifas, pelayanan bayi baru lahir serta pelayanan keluarga berencana yang menghubungkan kebutuhan kesehatan perempuan kususnya dan keadaan pribadi setiap individu.
Kehamilan Risiko Tinggi
Kehamilan risiko tinggi adalah keadaan yang dapat mempengaruhi ibu maupun janin pada kehamilan yang dihadapi. Dampak yang ditimbulkan ibu hamil dengan risiko tinggi antara lain keguguran, partus macet, perdarahan antepartum, janin mati dalam kandungan (Intra Uterine Fetal Death), keracunan dalam kehamilan, bayi lahir belum cukup bulan, dan bayi berat lahir rendah. Dampak ini dapat dicegah melalui pemeriksaan kehamilan (antenatal care) secara teratur. Ibu hamil yang mengalami gangguan medis atau masalah kesehatan akan dimasukan kedalam kategori risiko tinggi, sehingga kebutuhan akan pelaksanaan asuhan pada kehamilan menjadi lebih besar.
Faktor resiko pada ibu hamil (Wahyuni, 2018).
- Primigravida <20 tahun atau >35 tahun.
- Anak >4.
- Jarak persalinan terakhir dan kehamilan sekarang <2 tahun.
- Kurang Energi Kronis (KEK) dengan Lingkar lengan atas kurang dari 23,5 cm, atau penambahan berat badan <9 kg selama kehamilan.
- Anemia (hb <9g/dl).
- Tinggi badan <145 cm atau dengan kelainan bentuk panggul dan tulang belakang.
- Riwayat hipertensi.
- Sedang atau pernah menderita penyakit kronis (Tuberkulosis, kelainan jantung-ginjal-hati, kelainan endokrin (diabetes mellitus) tumor dan keganasan.
- Riwayat kehamilan buruk: keguguran berulang, kehamilan ektopik terganggu, mola hidatidosa, ketuban pecah dini, bayi cacat kongenital.
- Riwayat persalinan dengan komplikasi: persalinan dengan sectio caesaria, ekstraksivakum/forceps.
- Riwayat nifas dengan komplikasi: perdarahan pasca persalinan, infeksi masa nifas, psikosis postpartum.
- Riwayat keluarga menderita penyakit kencing manis, hipertensi dan riwayat kongenital.
- Kelainan jumlah janin: kehamilan ganda, janin dampit, monster.
- Kelainan besar janin: pertumbuhan janin terhambat, janin besar.
- Kelainan letak dan posisi janin: lintang/oblique, sungsang pada usia kehamilan >32 minggu
- Penatalaksanaan Kehamilan Resiko Tinggi
Penatalaksanaan Kehamilan Risiko TinggiÂ
Kehamilan risiko tinggi dapat dicegah dengan pemeriksaan dan pengawasan kehamilan yaitu deteksi dini ibu hamil risiko tinggi yang lebih difokuskan pada keadaan yang menyebabkan kematian ibu dan bayi. Pengawasan antenatal menyertai kehamilan secara dini, sehingga dapat diperhitungkan dan dipersiapkan langkah-langkah dan persiapan persalinan. Anjurkan setiap ibu hamil untuk melakukan kunjungan antenatal komprehensif yang berkualitas minimal 4 kalidengan 1 kali pada trimester 1, 1 kali pada trimester II dan 2 kali pada trimester III, termasuk minimal 1 kali kunjungan diantar suami/pasangan atau anggota keluarga. Selain itu ada beberapa hal yang bisa dilakukan saat menjalani kehamilan dengan resiko tinggi :
- Konsumsi vitamin hamil
- Jaga berat badan agar tetap normal
- Menghentikan kebiasaan yang membahayakan janin
- Deteksi kelainan kromosom pada janin
- Melakukan rujukan untuk mendapatkan tindakan yang akurat
- Menurunkan angka kesakitan dan kematian ibu
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H